Kehidupan Alderan ketika SMP maupun SMA sama saja tidak ada perbedaan signifikan ia tetap menjajakan printilan di warung warung menuju sekolah tak lupa menitipkannya di kantin dan koperasi meski awalnya menolak tapi entah kenapa setelah melihat name tag miliknya mereka dengan mudah setuju. Tidak mungkin para pekerja koperasi tahu siapa aku?
International High School in Jakarta, berada di jalan yang berbeda dengan tempat kerja Andres dan Edward karena itu tidak ada tumpangan untuk Alderan ia tetap naik angkot setiap paginya atau kadang berjalan kaki menuju halte yang cukup jauh jaraknya. Anak itu lebih terbiasa menaiki kendaraan umum daripada mobil yang ada di rumah.
"Al, lu udah mau pergi ke tempat les?" Tanya Iksan menghampiri Alderan yang tengah duduk di kursi halte. "Iya. Lu mau ikut?" Balas Alderan. "Ogah. Lagian pelajaran tadi aja udah cukup. " Iksan ikut duduk di samping Alderan, "Lu juga nunggu bus? Motor kemana?" Iksan memang pulang pergi menaiki kendaraan roda dua kesayangannya yang ia dapat ketika ulang tahun.
"Ada, itung itung nemenin lu nunggu si lemper. " Alderan Terkekeh kecil merasa aneh dengan kedua sahabatnya yang tidak bisa akur, baik Iksan dan Yunus saling memiki nama panggilan masing masing. Yunus yang memang sedikit lebih berisi dan pendek di antara mereka sering di panggil lemper oleh Iksan.
Plak
Bunyi nyaring dan ringisan terdengar, Iksan mengaduh sakit di kepalanya, "Lu apaan sih anjir? Kepala gue benjol gimana?" Ucap Iksan tak terima di geplak oleh Yunus yang sering datang tiba tiba.
"Ya makanya gak usah ngomongin orang di belakang. Yuk Al tinggalin aja si prosotan. " Yunus segera menarik tangan Alderan ketika bus yang akan mengantar mereka pergi sudah datang.
Suasana di dalam bus terlihat ramai dengan beberapa siswa dan siswi dari berbagai sekolah saling bercengkrama tak sedikit yang menuju tempat les yang sama dengan Alderan dan Yunus tapi yang aneh biasanya Yunus mengoceh berisik, menyapa setiap anak murid yang naik dan mengajak mereka mengobrol tapi kini anak itu hanya diam memandang jalan yang sudah mulai padat.
"Al, menurut lu gue baik baik aja gak?"
Alderan melirik Yunus di sampingnya pandangan anak itu jauh menerawang dan entah apa yang sedang ia pikirkan. "Lu keliatan oke tapi gue tau masalah lu belum selesai kan?" Alderan bertanya seingat dirinya setelah obrolan di tempat les sebelum masa MPLS di mulai Yunus tak pernah bercerita tentang Ayahnya lagi.
"Iya. Gue rasa udah cukup selama ini gue diem aja. "
"Lu mau ngapain?" Tanya Alderan hati hati. "Gue akan bongkar kelakuan busuk Daddy di depan semua orang. Gue udah gak peduli sama citra keluarga kalau kenyataannya hati Mommy gue lebih sakit. " Alderan menatap miris ia tak pernah menyangka Yunus yang selalu di limpahkan kasih sayang dan perhatian dari keluarganya akan jatuh sangat dalam.
"Lu harus bantuin gue. " Yunus menatap penuh harap pada mata Alderan, "Asal gue bisa gue pasti bantuin lu. Lu gak sendiri. " Nyakin Alderan bukan hanya karena ia merasa sakit melihat teman baiknya seterluka ini tapi Yunus anaknya sangat nekat setidaknya ia bisa mengawasi Yunus agar tidak bergerak terlalu jauh.
"Thanks and sorry. " Mata mereka saling bersitatap menampilkan kesedihan dan lelah yang berbeda beda, "No, lu korban di sini dan lu gak berhak bilang sorry. " Senyum Alderan, "Kasih tau gue apa yang harus gue lakuin. " Ucapnya mantap.
"Nanti gue kasih tau. "
"Tapi lu beneran udah konfirmasi siapa selingkuhan bokap lu?" Alderan memastikan takut jika mereka bergerak terburu buru tanpa bukti yang cukup. "Lu tenang aja semua bukti dan indentitas tuh jalang udah ada di tangan gue. " Yunus tak akan mundur ia tahu sang Mommy hanya akan menangis dan memaafkan dengan mudah Daddy ya karena itu biarkan saja ia yang menghancurkan mereka lebih dulu sebelum orang orang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alderan
Short StoryAlderan Cillision, anak tengah dari keluarga Cillision yang terpandang, hidup dalam senyap di antara bayang bayang yang kian besar. Meski segala pendidikan terpenuhi ia harus terus mencari beberapa koin tambahan. Dibalik kediamannya, tersimpan perju...