Bab 16 : Penghianat

383 41 0
                                    

Tamu-tamu yang awalnya riang kini menghilang, mencium aroma ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti acara pesta tahunan perusahaan Cillision. Perayaan itu berubah menjadi kekacauan yang tak terhindarkan ketika rekaman adegan tak senonoh terputar di layar besar di depan sana yang seharusnya menampilkan sejarah perusahaan Cillision, tapi sepertinya kejadian ini pun akan menjadi sejarah lain.

Mikaya terpukul, kini ia hanya bisa berdiri mematung mencoba mencerna pemandangan yang baru saja dilihatnya. Pemandangan yang tak seharusnya anak seusia dirinya lihat.

"Ini,.. Ini gak seperti yang kalian pikirkan. "

Edward tak bisa menahan amarahnya lagi, wajahnya memerah dengan tangan mengepal di kedua sisi meremas celana bahan yang ia pakai, merasa di permalukan di depan banyaknya tamu undangan.

"Ibu selingkuh. " Kalimat lirih yang di ucapkan Mikaya mendapat delikan tajam dari Anita ia tak mungkin mengakui perselingkuhannya dengan Johnson meski bukti sudah di depan mata.

Pria lain di sebelah Mikaya berusaha tenang ia tak boleh meledak ketika Ayah dan adiknya bersiap meledak kapan saja. "Dek, tenang dulu. Sekarang bagaimana berita ini tak menyebar keluar lebih penting. " Ucap Andres.

"TENANG? GIMANA AKU BISA TENANG? PANTES AJA AKHIR AKHIR INI AKU GAK BOLEH IKUT IBU LAGI. " Teriak Mikaya meluapkan emosinya yang tak bisa di kontrol di usianya yang beru remaja ia sudah di hadapkan kenyataan pahit.

"Apa lagi yang perlu aku pahami? Ibu menghancurkan keluarga kita! Cillision sudah hancur,.. huuh,.. semuanya hancur,..." Tangis gadis itu pecah ia tak bisa membayangkan akan bagaimana menghadapi dunia luar ketika berita ini menyebar.

"TENANG LAH MIKAYA!" Edward membuka mulut menghentikan Mikaya yang bisa saja terus berteriak. Kepalanya ikut pusing, ia tak menyangka kebenaran perselingkuhan Anita akan terbongkar tepat di depan matanya dan seluruh tamu undangan.

Anita melangkah maju, mencoba meraih tangan Mikaya putri kesayangannya, tetapi Mikaya mundur ia menolak segala jenis sentuhan dari siapapun itu, "Mikaya dengarkan Ibu. Ini,.. gak semuanya apa yang kamu lihat benar,.. Ayahmu juga bertanggung jawab!" Baru kali ini baik Mikaya ataupun Andres melihat ibunya yang angkuh dan tak tersentuh memohon penuh iba tapi meski begitu nada suara yang sirat akan ketidak terimaan dengan situasi yang menyudutkannya.

"Ayah? Ibu melemparkan kesalahan pada Ayah?" Andres bertanya ia harus tahu titik terang bagaimana Ibu yang selama ini selalu di sibukan dengan segala kegiatan penuh sosialita nya berakhir menyalahkan Edward untuk perselingkuhan yang ia lakukan.

"Andres, kau ingin tahu nak?" Pandangan itu beralih menatap sang anak sulung yang masih berusaha menahan segala jenis caci makian, ia sangat menghormati Edward tak mungkin Ayahnya yang pekerja keras menjadi penyebab segala kekacauan ini.

"Ayahmu dia yang tak ingin menceraikan Ibu, coba kamu tanya apa pernah dia peduli dan menyentuh ibumu ini? Dia yang selalu menolak untuk bercerai dan mempertahankan pernikahan hambar ini dengan embel embel menjaga nama baik keluarga! Yang dia pedulikan hanya nama Cillision!" Jawab Anita menggebu jari telunjuknya terus menunjuk pada Edward tak lupa nada suaranya yang kian naik setiap kalimatnya.

"Cerai? Kamu ingin bercerai dari pernikahan hambar ini dan merebut pria beristri yang sudah memiliki 4 orang anak? Begitu?!" Tak ingin kalah Edward membalikan omongan Anita dengan nada penuh tekanan.

Anita terdiam, sulit untuknya membela dirinya sendiri lagi jika memang benar partner selingkuhannya sendiri sudah memiliki keluarga lain yang tak kalah di cap sebagai keluarga harmonis. Ia tak bisa menemukan kata kata yang tepat untuk menjelaskan.

"Johnson Ketanagara, pembinis ulung di pasar mode ku tebak kalian bertemu di salah satu mall yang ada di LA, istrinya bernama Irena Asih dan sudah di karunia 4 orang anak oh anak ke 3 mereka memiki umur yang sama dengan adiku Alderan, yang saat ini mengeyam pendidikan di International High School in Jakarta mengambil jurusan IPA, Wah benar benar sebuah takdir yang luar biasa. Bisa saja anak itu dan Alderan saling mengenal. " Andres melemparkan tablet yang ada di tangannya yang sebelumnya menampilkan informasi mengenai Johnson.

"Ya, kami saling mengenal, bahkan jauh sebelum aku masuk sma. " Alderan datang dengan pandangan kosong terlihat bekas air mata di antara kedua pipinya. "Jadi kamu kabur untuk ke sini?" Edward yang bertanya ia sudah mendapatkan laporan Alderan yang kabur dari rumah.

"Yunus, namanya Yunus Ketanagara teman les ku sejak masuk smp sampai sekarang. Teman yang selalu membanggakan Daddy nya yang hebat! Daddy yang sayang keluarga! Daddy yang selalu ada kapan pun ia butuh! Daddy yang gak pernah nuntut dia apapun! Daddy yang sialnya malah berselingkuh di hadapannya, orang tua brengsek yang selalu ia ceritakan yang ternyata berselingkuh dengan ibu sahabat baiknya sendiri. " Alderan meluap ia menangis tak tahan dengan penderitaan Yunus selama beberapa bulan terakhir menceritakan bagaimana sakitnya melihat orang yang ia sayang bekhianat dan dengan tak tahu malunya Alderan bersikap seolah paling mengerti dan peduli.

"Bahkan sepertinya ia tahu Ibu yang menjadi selingkuhan Daddy ya. " Suaranya mengecil hanya isakan pelan yang terdengar. "CUKUP ALDERAN! Kamu gak tahu apa apa. " Bentak Anita ia tak ingin mendengar apapun lagi apalagi jika itu dari mulut anak tengah yang tak pernah beruara selama ini.

"Kenapa? Yang di katakan Alderan gak salah. " Bela Andres ia tak pernah membayangkan Alderan mengetahui fakta yang menyakitkan ini di tambah teman baiknya ikut terlibat.

Sementara Mikaya hanya diam menatap kosong sekitar dan terduduk di lantai marmer yang dingin beberapa confetti pesta masih berserakan tapi ia tak peduli dengan baju mahal yang ia kenakan.

"Makasih Al di saat gini pun lu masih khawatirin perasaan gue tanpa sadar lu juga hancur. " Lirih Yunus melihat pertengkaran keluarga Cillision yang tampak hancur dari jarak yang cukup jauh ia harus memastikan bukan hanya keluarganya saja yang hancur, sepertinya segini juga sudah cukup karena ia pun harus menghadapi keluarganya sendiri yang bisa ia tebak sang Mommy sedang menangis dengan adiknya sementara kedua kakaknya akan memberikan bogeman mentah pada sang Daddy.

Alderan berbalik badan menuju pintu, sebelum keluar dia berbalik lagi matanya menatap tajam pada sang Ibu, "Aku muak dengan semua ini. Aku muak dengan keluarga ini. Kalian pikir aku akan bertahan? Lagipun di luar sana gak ada yang kenal sama aku. " Pergi, Alderan pergi dengan perasaanya sendiri tak berniat berbalik membalas teriakan Andres yang memintanya untuk kembali.

Tangis Anita semakin kencang, bukan karena Alderan yang pergi tapi ia tahu situasinya menjadi lebih buruk dari sebelumnya, dasar anak sialan tak berguna.

"Apa lagi yang kau inginkan dariku?" Edward menatap Anita tajam masih berusaha untuk tak terlalu meluap, "Aku telah memberikan semua yang kau inginkan, rumah besar, harta, status dan gelar Cillision di balik namamu yang tak akan kau temukan di luar sana. Dan kau balas dengan ini?"

Anita mendengus, wajahnya memerah penuh emosi yang di katakan Edward memang benar semua yang ia inginkan maka ia dapatkan dengan mudah terlebih gelar Cillision yang bersemayam apik di balik nama indahnya tak akan ia dapatkan lagi setelah keluar dari rumah besar itu.

Tapi tak mungkin ia jatuh sendiri, "Segalanya? Kamu pikir uang dan status bisa menggantikan waktu yang sudah ku buang selama ini? Ya benar nama Cillision cukup membantu usahaku selama ini tapi hal yang tak pernah kau berikan padaku seseorang memberikannya dengan percuma cuma tanpa aku memintanya!"

PLAK

Edward tak tahan lagi ia menampar Anita begitu keras ia tak bisa melunak meski di depan anak anaknya menyaksikan. "Percuma cuma? Kalau begitu terus lah mengangkang yang lebar dan mengemis minta perhatian. "

Anita mencibir, bibirnya mengejek seakan tak peduli dengan sindiran Edward, "Edward mau kau menghinaku, bahkan memukul sekalipun aku tak peduli, seperti kamu yang sangat amat memperdulikan Cillision aku sudah memberi kesempatan padamu untuk menceraikanku, tapi kamu selalu menahan dengan alasan yang hanya bisa di terima oleh mu saja. " Anita tersenyum ia seperti orang gila dengan pakaian acak acakan.

"Ibu gak peduli kepada kita?" Mikaya masih pada posisinya duduk dan menunduk dengan pendengaran yang semakin teriris. "Jika Ayah kalian tidak menahan Ibu untuk bercerai semuanya tak akan berakhir begini. Kita tetap menjadi keluarga yang harmonis. "

"Dan ibu menghancurkan keluarga lainnya. " Ucap Andres menyadarkan Anita jika bukan hanya satu keluarga yang hancur. "STOP! KENAPA KALIAN TIDAK MENGERTI DENGAN PERASAAN KU? Karena semua nya sudah terjadi mau tidak mau kita harus berpisah dan kau Mikaya jika mau ayo ikut dengan Ibu. " Putus Anita ia sudah muak terus di salahkan.

"Tidak ada yang akan ikut dengan mu. " Tungkas Edward tak mungkin anak anaknya akan bersuka cita ikut dengan ibu yang berselingkuh. "Oh, ya? Kita lihat nanti apa kamu masih kercanya diri. " Tatapan sengit kini terlayangkan.

.
.
.

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang