Bab 23 : Paman Paman

151 22 1
                                    

Langkahnya terhenti di depan sebuah cermin besar yang berdiri kokoh di tengah ruangan mewah, memantulkan bayangannya sendiri. Terlihat mewah di luar namun kotor di dalamnya.

"Dengan kembali, kamu semakin terikat dan jangan berharap akan lolos kali ini. " Ujar seorang pria yang muncul dari belakang, Erland paman pertama Alderan itu artinya ia adik pertama Edward.

"Say goodbye untuk kebebasan yang kamu inginkan. "

Alderan memandang wajah pria tua yang mirip dengan ayahnya, kata katanya tidak salah tapi entah kenapa ia merasa sedikit kesal.

"Kebebasanku memang sudah hilang entah sejak kapan. " Pandangan mereka bertemu melalui cermin besar. "Tapi bukan berarti aku siap di kekang. " Alderan menajam.

"Paman pikir kamu sudah mulai biasa dengan peraturan Cillision. Oh, kamu tahu adik sepupu mu dia akan masuk sekolah yang sama denganmu. Tiba tiba saja padahal jika bukan Cillision ia tidak akan bisa masuk. Menurutmu kenapa begitu?" Alderan memutar tubuhnya, menatap Erland dengan mata penuh tanya, di antara sepupu yang lain semuanya masih muda jika tidak seumuran Andres maka mereka masih anak smp.

"Eldo, ingat anak gembul itu? Dia harusnya sudah kelas 12 sekarang. " Oh, anak dari paman ke tiganya. "Lalu urusannya denganku apa?" Tanya polos Alderan ia tidak mengerti memangnya kenapa jika mereka satu sekolah.

"Hahaha, dasar anak ini. "  Erland tertawa kecil, "Red card yang di bangun oleh kakakmu bisa jadi miliknya jika dia datang dan orang lain akan langsung tau hanya anak Cillision yang pantas untuk posisi ketua Red card, Alderan. " Erland mendekat mengikis jarak di antara mereka berdua dengan seringai tipis.

'Pantes aja akhir akhir ini Red card gencar banget kejar kejar gue apalagi kemaren' Batin Alderan.

"Alderan mau gak lu kamu harus ikut kita. " Juna datang dengan beberapa orang di belakangnya Alderan tak ingat satu satu dan merasa tidak ada urusannya mengingat mereka.

"Gue kan udah bilang gak mau kalian kenapa maksa banget sih?" Kekeh Alderan di sampingnya ada Iksan ah maksudnya di awalnya sekarang anak itu memutuskan untuk mundur beberapa langkah mencari aman.

"Kan waktu itu gue udah pernah bilang ayah lu yang minta buat lu masuk Red card. "

"Atau abang gue yang minta karena gue Cillision. Itukan juga alasan kalian tau siapa gue. " Skat, ucapan Alderan benar mereka kaget awalnya ada anak Cillision yang tidak pernah muncul ke publik wajah bahkan namanya juga tapi mereka di minta untuk memasukan anak yang gak jelas ini dengan keraguan namun seiring waktu mereka kini percaya Alderan memiliki darah Cillision yang mengalir dalam tubuhnya.

"Setidaknya lu coba dulu ikut kita rapat. " Tidak ingin lagi berdebat Juna segera menarik tangan Alderan membawanya ke sebuah ruangan yang di ketahui di sanalah Red card berkumpul.

"Ck, setelah ini jangan harap gue mau ikut kesini lagi. " Alderan menghempas tangan Juna enak sekali ia main naik tangannya begitu saja.

"Oke oke, " Kalau Abang lu gak maksa lagi, sih.

"Karena bentar lagi masa jabatan bang Baim habis mau gak mau suka gak suka lu yang harus menjabat. " Juna mulai membuka rapat dengan beberapa anak Red card ada Baim juga yang tengah sibuk menatap laptop, pemuda itu tampaknya sibuk sekali.

"Kenapa harus gue?" Alderan kembali bertanya mencoba untuk sedikit bersabar, ia bahkan belum menerima jika harus masuk organisasi gak jelas ini.

"Karena lu Cillision. " Tunjuk Juna, "Abang lu senior Andres juga ketuanya maka setelah ini lu yang harus ngambil jabatan begitupun seterusnya ketika adik lu Mikaya masuk sekolah ini dia akan jadi ketuanya. "

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang