Aula utama gedung High School in Jakarta kembali ramai di penuhi anggota Red card semuanya hadir memakai Almameter sekolah lengkap dengan bros kecil mengkilat memancarkan warna merah sebagai tanda anggota Cillision.
Berbeda saat Alderan masuk, tidak ada penyambutan karena ia memilih main kejar kejaran bahkan sekarang Alderan sudah malas jika harus mengorbankan jam mata pelajaran hanya untuk hal tidak jelas seperti ini.
Sang ketua, Baim meminta semua anggota berkumpul tanpa ada alasan untuk tidak datang, berita anak dari pasangan bungsu Cillision akan datang sudah menyebar luas di seluruh penjuru sekolah tidak ada yang tidak tahu semua siswa tengah menanti jam istirahat untuk dapat melihat wajah rupawan sang Cillision.
Tidak lama pintu terbuka menampilkan Eldo bersama Juna dan Eric di sisi kanan dan kiri, langkah lebar yang penuh kepercayaan diri berjalan masuk dengan pandangan angkuh. Seperti di komando semua anggota Red card berdiri dan bertepuk tangan hanya Alderan yang masih berada di posisinya ia bingung kenapa mereka berdiri seperti menyambut presiden saja.
"Selamat datang Eldo Cillision, kami Red card mengucapkan salam terbuka dan penuh hormat. " Baim tersenyum ramah atau setidaknya ia berusaha tersenyum untuk meninggalkan kesan baik, "Cih" Alderan berdecih kesal sekali kenapa semua orang berlebihan sekali? Si Baim juga tidak pernah tersenyum padanya??
"Tentu saja, jadi ini yang namanya Red card. " Eldo memperhatikan sekeliling menatap lama setiap anggota Red card sampai pandangannya jatuh pada Alderan anak itu masih sama ternyata atau tidak?
"Kami sudah menyiapkan posisi yang sesuai di Red card atas saran Alderan. " Juna berdiri siap menyalakan proyektor di depan sana seolah tak ingin kena amuk dan memilih cari aman dengan membawa nama Alderan.
Alderan yang namanya disebut hanya tersenyum tipis di sudut ruangan, namun ada sedikit keraguan tapi ia sudah tidak bisa mundur atau menghentikan Juna, "Jika itu adikku pasti posisi yang pantas. " Eldo seketika menatap Alderan dan memberi anggukan penuh arti.
Tanpa sadar semua orang meneguk ludah kasar, pantas? Seksi kedislipinan hanya akan menguras tenaga dan otot.
Layar menyala menampilkan poto dan biodata Eldo disertai posisi dirinya di Red Card 'KOORDINATOR PENANGGUNG JAWAB KEDISLIPINAN' memenuhi layar suara hangat yang mengisi aula leyap menyisakan keheningan, semuanya saling melirik seolah mengerti dengan perasaan masing masing, khawatir menjadi satu saat melihat respon Eldo yang hanya bergeming menatap lekat layar proyektor.
"Hahahaha. " Suara tawa memecah keheningan menambah merinding di sekujur badan, respon Eldo hanya tertawa seolah apa yang ada di hadapannya adalah lelucon. "Ah, maaf. Kalian pasti menyiapkan ini untuk mengerjaiku ya? Kalian berhasil. " Eldo mengusap sudut matanya yang sedikit berair.
"Itu sungguhan. " Baim berkata menyadarkan Eldo jika ini bukan lelucon. "Ah, gila. " Desisnya pelan tak lama menatap Alderan yang masih sama. "Jadi Alderan bisa katakan posisi ku di Red card?" Nada suaranya berubah keramahan tadi hilang detik demi detik.
Alderan tersenyum, "Ey, kak El kenapa serius begitu? Ini posisi yang sesuai untuk kakak yang sudah kelas dua belas. " Ucap Alderan penuh akrab layaknya seorang saudara. "Sesuai?" Eldo masih berusaha menekan marahnya tak mungkin di pertemuan pertama ini ia sudah di cap 'pemarah'.
"Coba kakak pikirkan jika kakak yang menjabat sebagai KOORDINATOR PENANGGUNG JAWAB KEDISLIPINAN sekolah ini akan sangat tertib teratur tidak akan asa murid yang berani melangkahi aturan karena kakak penanggung jawabnya. " Alderan menekan posisi Eldo seakan usulan ini murni memikirkan sekolah.
"Kenapa tidak kau saja?" Geram Eldo. "Mana bisa? Mereka kan gak tau aku anak Cillision yang ada mereka mengolokku karena hanya anak beasiswa. " Terlihat sekali tampang tanpa dosa Alderan yang acuh tak acuh, senyum di wajahnya kian melebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alderan
PovídkyAlderan Cillision, anak tengah dari keluarga Cillision yang terpandang, hidup dalam senyap di antara bayang bayang yang kian besar. Meski segala pendidikan terpenuhi ia harus terus mencari beberapa koin tambahan. Dibalik kediamannya, tersimpan perju...