Bab 17 : GO

366 45 2
                                    

Tidak terbayang sebelumnya kehidupan Alderan yang memang tak berjalan mudah kini di hantam pukulan kuat oleh fakta yang menyanyat.  Selama ini, ia menjalani ke hidupan seorang diri, ekpetasi tinggi sang ayah, adik yang tak selalu terlihat, kakak yang tak pernah ada dalam mata adiknya, dan anak yang mungkin juga tak ada dalam pandangan ibunya wanita yang sudah melahirkan dirinya, tapi di balik semua itu Alderan masih memiliki sahabat yang selalu ada sebagai tempat ia berkeluh kesah menjadi pendengar yang baik dalam setiap cerita.

Namun, semua itu berubah dalam sekejap ketika ia menemukan kenyataan pahit dalam bingkai senyum Yunus, sahabat baiknya.

Anita yang selama ini di anggap sebagai sosok yang setia dan peduli pada keluarga di tengah kesibukan bisnis yang ia geluti, tengah terlibat dalam skandal berselingkuhan yang membawa nama Cillision dan satu lagi nama keluarga yang cukup terpandang, Ketanagra.

Alderan berdiri terpaku di tempatnya, nafasnya tercekat dan dadanya sesak tercabik cabik. Ia mengambil langkah cepat semakin cepat hingga berlari dengan air mata yang mulai mengalir di tengah dinginnya malam dan padatnya lalu lintas dengan banyaknya orang berlalu lalang Alderan berlari sendirian dengan rasa sakit yang ia bawa.

Alderan tak bisa berbicara dengan siapa pun, Yunus tempat ia bercerita dan mengadu tentang hari yang sudah ia lewati, adalah anak dari pria yang menjadi partner perselingkuhan Anita. Setiap kali Yunus datang untuk bermain dan mengajak les bersama, senyum yang selama beberapa bulan ini kerap menghiasi wajahnya ternyata menyimpan rasa pedih di dalamnya.

Ketika rasa lelah ia semakin menggerogoti tubuhnya, Alderan akhirnya memutuskan untuk pergi ia tidak bisa lagi tinggal dengan keluarga yang siap hancur kapan saja. Tidak, bukan ia yang egois tidak ingin terlibat dalam perseteruan yang terjadi tapi seperti yang sering Anita katakan suaranya tak mungkin di dengar ia hanya akan menjadi penonton dan boneka untuk memuaskan nafsu Edward.

Selama ini Alderan selalu menguatkan hati dan batinnya setidaknya sampai ia kuliah ia akan terbebas dari jerat yang mengikat leher serta tangan dan kakinya dan sekarang adalah saat yang tepat, tidak ada mata yang mengawasi atau tangan yang siap menarik kerah bajunya.

"Setelah malam ini aku kembali tersadar jika hadirnya ku mungkin adalah sebuah kesalahan yang di sesali semua orang termasuk ibu. Aku harap masalah ini segera reda. "

Tulis Alderan pada selembar kertas mungkin dengan ini mereka tak akan repot mencari dirinya atau mungkin mereka memang tak akan mencari.

Dengan langkah yang mantap Alderan meninggalkan rumah tempatnya menaung selama 16 tahun tepat satu bulan lagi sebelum hari kelahirannya datang yang tak pernah di rayakan. Meski tak tahu harus pergi kemana tapi setidaknya untuk saat ini menjauh adalah pilihan yang lebih baik karena ia sudah memutuskan kemana langkah pertama akan membawanya.

Suara pecahan vas saling beradu dengan dinginnya lantai, memecah tawa hangat yang biasanya menyelimuti ruang tamu. Malam itu keluarga Ketanagara yang tengah bersantai menikmati secangkir teh dan makanan ringan ikut menonton pesta perusahaan Cillision yang di tayangkan salah satu stasiun tv besar. Tapi kehangatan itu tak bertahan lama,

kemarahan, tangisan, penghianatan yang terbuka lebar di depan mata bak medan perang yang siap membunuh siapa saja yang lemah, Johnson shock bukan main, ia masih pada posisinya duduk dengan segelas teh hangat di dalam genggaman tangan.

Anak pertama dalam keluarga Ketanagara, Jay berdiri di tengah ruangan dengan wajah tegang tak ada raut hangat seperti sebelumnya sementara ibunya Irena menangis tersedu di sudut ruangan dengan anak bungsunya saling berpelukan menyalurkan rasa marah, kecewa, sedih dalam bentuk tangisan.

"Apa yang ada dalam otak Daddy? APA KURANGNYA MOMMY?" Teriak Jay, suaranya pecah penuh kemarahan di sertai urat leher yang menengang. "Bagaimana Daddy akan bertanggung jawab? Daddy menghancurkan kita semua. " Matanya memerah, penuh air mata yang tertahan.

Mengusap wajahnya kasar Johnson meletakan gelas berisi teh yang sudah dingin di atas meja kaca, "Jay dengarkan Daddy dulu, kamu percaya kan dengan Daddy_.."

"Percaya? Dengan semua bukti yang sudah sangat jelas? Apa aku terlihat seperti anak kemaren sore?" Potong Jay ia tak akan melunak. "Daddy selingkuh,..bagaimana bisa selama ini Daddy bersikap seolah mencintai Mommy?!" Si bungsu yang masih berada dalam pelukan rentan Irena berucap ia tak akan membiarkan Daddy-nya mengatakan omong kosong.

Irena yang terduduk di lantai dengan wajah pucat berlinang air mata menatap Johnson dengan seribu rasa kecewa. Selama pernikahan yang telah melahirkan empat orang anak sehat cantik dan tampan ia selalu bersyukur mendapatkan segala rasa bahagia ini dengan menjadi istri dan ibu yang sempurna untuk anak dan suaminya.

Tidak pernah seharipun terlewat tanpa cinta dari suaminya, Johnson laki laki itu terlalu melimpahkan segala rasa sayang dengan ugal ugalan.

"Apa yang kurang dariku Mas? Sampai kau mencari dari wanita lain. Wanita yang sudah memiliki keluarga lain!" Nadanya menaik terdengar parau dan bergetar. "Aku selalu menjadi pendukung nomer satumu, tidak pernah ingkar dalam kewajibanku tapi kini kamu mencari apa dalam diri jalang sialan itu?" Pertama kali dalam rumah ini terdengar nada tinggi di sertai umpatan kasar Irena, mereka terdegun sejenak.

"Bukan karena kamu kurang Irena, hanya saja,.. aku membuat kesalahan yang tak bisa di maafkan. " Johnson menunduk dalam tak sanggup menatap binar mata itu berubah kelam.

"Kesalahan?!" Teriak Yunus yang baru tiba di belakangnya ada kakak kedua yang ikut berlari dengan cepat ia butuh penjelasan saat ini. "Jika ini adalah sebuah kesalahan haruskan aku yang mendapat nilai di bawah Alderan harus menerima hukuman setiap harinya? Apakah ini hukuman untukku karena terlahir bodoh atau kau yang_

"Tidak Yunus ini bukan hukuman untukmu tapi untuk kita, di masa lalu kita pasti melakukan dosa besar sampai harus bertemu bajingan yang sayangnya menjadi alasan kita lahir. "  Yesa, anak kedua dari Ketanagara berujar marah tatapan yang hampir sama dengan milik sang Daddy memancarkan rasa marah yang tak terbendung.

Yunus menatap Mommy nya yang hancur di temani sang adik dan hatinya semakin sakit, ini lah ketakutan terbesar ketika fakta ini terungkap bagaimana patahnya hati kedua wanita paling berharga dalam hidupnya.

"Kita tak bisa memperbaiki ini lagi. " Johnson menggeleng kencang tak mungkin jika ia harus meninggalkan setiap kebahagiaan nya. "Daddy berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi, ja-jadi mari perba-iki se-semua,..." Gagap Johnson ia ketakutan bukan main.

Bruk,..bruk,..

Dua bogeman mentah di terima Johnson tanpa berniat menghindar ia dapatkan dari sang anak sulung, "Daddy tak akan menggulanginya lagi karena kita akan berpisah. "

"Pergi, " Lirih Irena, "Aku dan anak anak tidak akan mengambil nama Ketanagara lagi seperti kamu bajingan yang tak mengingat anak dan istri ketika tengah bersama dengan jalang itu kami juga akan melakukan hal yang sama. Johnson Ketanagata tidak pernah ada dalam hidup kami. " Air mata memenuhi pipi Irena ia menangis sangat deras tapi tak ada keraguan sedikit pun.

Johnson, berdiri terpaku dengan rasa bersalah ia menunduk dalam tak menyadari kata kata itu akan keluar dengan mudah. Ia terpuruk dan jatuh dalam lubang yang ia gali sendiri tanpa seorangpun berniat mengulurkan seutas tali padanya.

"Selamat telah menghancurkan dua keluarga sekaligus. "

.
.
.
.
Votenya lebih dikitnya😕 tapi gak apa itu bisa jadi motivasi biar aku nulis cerita yang lebih baik lagi

Votenya lebih dikitnya😕 tapi gak apa itu bisa jadi motivasi biar aku nulis cerita yang lebih baik lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Misi numpang lewat,.. aku terlalu happy liat Injun balik lagi 🥹🦊💚

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang