Bab 22 : Mikaya dan Teriakannya

159 24 2
                                    

Kembali berdiri di tengah ambang pintu rumah besar yang sudah melahirkan dan menelan senyumnya pelan pelan, rumah yang sempat ia tinggalkan tidak kurang dari sebulan yang lalu kembali menyambut putra kedua keluarga Cillision.

Jika ada yang berkata Alderan bodoh maka katakanlah dengan keras di samping telinganya, hanya karena ketakutan yang menjadi kenyataan saat berita Yunus di bawa ke kepolisian terdengar tak lama dari itu masa masa kebebasannya pun akan ikut tertangkap jadi daripada hanya menggantung diri membiarkan jiwa dan batinnya terpenjara Alderan memutuskan untuk mengeluarkan Yunus dari dalam.

Setiap langkahnya, setiap kata yang terucap, setiap tarikan nafas, setiap gerakan tangan, semuanya diawasi bahkan ketika di sekolah pun lirikan penuh kewaspadaan mengikuti Alderan kemana pun ia pergi, Red card sudah seperti mata mata yang siap mengabdi pada tuan besar mereka, Andres.

Mikaya berdiri di tengah tangga, setelah insiden perselingkuhan yang menggegerkan dunia maya anak itu bisa kembali bersekolah setelah 3 minggu berdiam di dalam kamarnya, pandangannya berbeda bukan pandangan adik yang menanti kepulangan kakak tersayangnya yang sudah lama tak terlihat.

"Untuk apa Ayah membawa benalu ini kembali ke rumah?" Alderan kaget matanya membola dengan cepat menoleh pada Mikaya.

Benalu? Apakah dirinya?

"Cukup Mikaya, Ayah tak akan segan menghukum mu jika bertindak di luar garis lagi!" Baru kali ini Alderan mendengar nada suara yang kerap kali lembut dengan tutur kata ramah berubah menjadi dingin dan penuh ancaman pada adik bungsu kesayangan keluarga, sebenarnya apa yang sudah terjadi selama gue pergi?

Mikaya terkekeh nyaris tertawa nyaring, mata anak itu yang selalu memancarkan energi positif penuh kecerahan berubah kelam menyendu, "Aku tak pernah keluar dari garis yang sudah di tetapkan tapi dia, DIA yang Ayah bawa kembali yang sudah mengobrak abrik garis yang Ayah tetapkan. " Jari manis itu menunjuk Alderan yang masih terdiam di tempatnya, mata remaja itu tidak berpaling memperhatikan setiap ekspresi dan nada suara Mikaya, jelas adiknya itu sudah melewati hal besar yang sulit di terima.

"Bukan kah aku benar? Jadi kenapa Ayah malah membawanya kembali seakan ia tak melakukan kesalahan apapun?" Nadanya kian meninggikan tapi Edward sama sekali tak berniat menghentikannya.

"Aku kehilangan segalanya! Teman temanku menjauh dan bermuka dua seolah olah mengerti apa yang aku takutkan dan membicarakan aku di belakang sana! Mereka mengolok olok keluarga harmonis yang selalu ku pamerkan tapi dia Kakak kedua ku masih bisa pergi ke sekolah dengan tenang dan damai!!"

Ya, untuk kali ini Mikaya merasa iri dengan Alderan yang tidak pernah terungkap ke publik sebagai bagian dari Cillision, identitas nya yang tertutup sangat berguna di saat seperti ini terlebih setelah membuat kekacauan.

"Mikaya, kakak gak ada maksud bikin kamu kaya gini. Kakak juga gak tau malam  itu vidio yang ke puter bakal nampilin Ibu. " Alderan berusaha menjelaskan karena ia juga tidak kalah terkejut melihat isi rekaman yang menampilkan ibunya dan laki laki lain.

"Jangan panggil namaku atau menyebut dirimu sebagai kakak! Seorang kakak tidak akan membiarkan adiknya menjadi begini!" Mikaya mulai terisak di tempatnya. "Sudah selesai?" Tanya Edward yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi sigle yang berada tak jauh dari posisi Mikaya berada.

"Kemarin kamu bertemu ibumu bukan? Apa ia mengatakan Alderan yang sudah menyebarkan vidio itu?" Memang seharusnya Mikaya tidak mengetahui siapa yang menyebarkan vidio tak senonoh itu.

"IYA! MEMANGNYA KENAPA? JIKA BUKAN KARENA IBU AKU GAK TAU SIAPA YANG UDAH NGERUSAK KEBAHAGIAAN KU!" Teriak Mikaya seakan sudah tidak memiliki rasa takut pada Edward.

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang