Bab 7 : Hancur

657 77 1
                                    

Sejak hari itu di mana segala rencana yang ia susun dengan baik hancur dalam satu malam Alderan berubah, jika biasanya ia masih bisa bertanya kabar atau kadang mencoba berbasa basi dengan anggota keluarga Cillision maka kini ia hanya diam enggan bertatap apalagi bertutur kata pada mereka.

Kini ia fokus mencari uang tambahan untuk biaya studi tour waktunya tak lama lagi dan ia tak ingin keinginan terakhirnya sebelum berpisah dengan para sahabat juga ikut lenyap dalam semalam.

Berangkat paling awal dan pulang setelah lewat jam makan malam sudah menjadi rutinitas nya beberapa hari ini, tidak ada yang bertanya atau merasa khawatir atau ada satu orang.

"Kakak kenapa baru pulang? Mia bahkan dah lama gak ketemu kakak padahal kita satu rumah. " Mikaya yang sering di panggil Mia ketika di rumah menghadang langkah Alderan menuju ruang makan, ia masih bisa merasakan lapar ngomong ngomong.

"Kakak sibuk. Kamu juga istirahat udah malam. " Wajah itu tampak murung wajah yang sangat dan amat sangat mirip dengan sang ibu membuat Alderan tidak ingin memandang terlalu lama, ia memalingkan muka.

"Kakak juga harusnya istirahat, kita udah lama gak ketemu gak sarapan bareng, gak makan malam bareng gak main bareng juga gak_

"Mikaya kenapa kamu bersikap kaya gini? Seolah olah kita sering bermain dan menghabiskan waktu bersama?" Memotong ocehan Mikaya. "Ketika di sekolah apa pernah kamu nyapa kakak? Ngajak main? Makan bareng? Atau pulang bareng?"

"I-ibu.."

"Karena ibu yang larang jadi lakukan juga ketika di rumah. " Pungkas Alderan tidak jadi mengambil makan dan kembali ke kamarnya.

Ia sedikit merasa bersalah dengan Mikaya adik kecilnya itu memang sering mengajaknya bermain ketika di rumah ketika mereka asik bermain atau menghabiskan waktu bersama hanya akan tersisa teriakan Anita memisahkan mereka.

Seolah tidak saling kenal bak orang asing yang berjalan di jalan yang berbeda Alderan sudah terbiasa dengan seluruh keluarganya.

Sungguh Alderan mulai lelah,

"99,100,10,30,... OH UANGNYA DAH CUKUP. " Pekik Alderan amat sangat senang uang hasil berjualannya sudah cukup untuk studi tour ia bisa menyerahkannya besok setelah itu ia akan sedikit beristirahat mengistirahatkan sejenak anggota badannya sebelum kembali bertempur.

"Duh nak Al udah gak bisa, kamu telat ngasih uangnya. " Bu Aini wali kelas Alderan berucap sesal menatap manik Alderan yang ketara sekali kaget dan sedih. "Emangnya gak bisa bu? Kan masih ada dua hari lagi sebelum berangkat. "

"Gak bisa Al, dari akomodasi, transportasi, biaya makan sampe tiket udah di pesan sesuai jumlah murid yang sudah membayar awal minggu ini. Maaf nya gimana pun kamu gak bisa ikut. " Mengusap pelan punggung Alderan menyalurkan semangat tak terucap.

'Yang ini pun gak bisa. '

"Sumpah Al kalau orang lain hari sial gak ada di kalender kalau lu semua hari di kalender hari sial. " Iksan gemas sendiri mendengar kembali berita buruk di pagi yang sudah mendung ini benar benar menggambarkan suasana sang sahabat.

Plak

"Omongan lu ntar jadi doa gimana?" Menepuk main main pipi Iksan ia melengguh lebay. "Habisnya gue capek tau gak. Rasanya pengen gue ubrak abrik aja isi dunia. " Laganya seakan yang menempati dunia hanya dirinya saja.

"Terus lu bakal diam di rumah aja dong? Gak ada temen. " Memang masa pembelajaran sudah usai di tutup serangkaian ujian dan pekan remedial bagi Alderan yang mendapatkan nilai sempurna untuk setiap mata pelajaran tidak ada alasan untuk masuk sekolah tapi seperti yang di katakan Iksan ia tidak punya teman.

AlderanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang