49. GRADUATION DAY

156 13 0
                                    

Januar ingat betul dengan momen saat ia keluar dari ruangan sidang skripsi beberapa bulan lalu. Tubuhnya terasa begitu lemas hingga kakinya tak kuat menahan beban beratnya sendiri, membuatnya terjatuh sambil memegang gagang pintu. Teman-teman seperjuangannya mengerubunginya, raut wajah khawatir tampak jelas di wajah mereka.

"Woi, Januar, lo kenapa?"

Ia hanya diam, menahan napas untuk menenangkan diri. Salah satu temannya menebak-nebak. "Pasti kena semprot Bu Tika! Lo pada tahu sendiri kan kalo dia ngomong tajem banget sampe ke ulu hati!"

Januar menggeleng lemah dan menjawabnya dengan pelan. "Gue lulus..."

"Hah?" sahut temannya mengernyitkan dahi.

"Gue lulus... GUE LULUSSS! GUE LULUS TANPA REVISI AAAAA!" teriaknya sambil tertawa.

Seraya tertawa bahagia, ia berguling ke sana kemari di depan ruangan sidang, masih menggenggam laptop di tangannya. Ia sama sekali tak memedulikan tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya ataupun suara kegembiraannya yang menggema di lorong fakultas. Kegembiraan yang terlalu menggebu itu sempat direkam oleh temannya, lalu diunggah ke akun resmi fakultas sebagai momen dramatis yang tak terlupakan.

Di tengah-tengah euforia itu, tiba-tiba pandangan Januar tertuju pada sosok Chaka yang tampak berjalan dari kejauhan, tersendat-sendat membawa sebuah standee besar yang tingginya hampir seukuran tubuhnya sendiri. Tepat di belakang Chaka, Pak Yunus berjalan tergopoh-gopoh, membawa sebuket bunga tulip di tangannya.

Buket dan standee tersebut langsung diberikan kedua orang itu pada Januar. "Titipan dari Nasa nih," ucap Chaka cemberut.

Januar tertawa kecil. Ia teringat ucapan Nasa pada sebelumnya yang bilang bahwa dia tak bisa hadir langsung untuk memberi selamat, namun akan ada seseorang yang datang, bukan Nasa yang asli melainkan Nasa Zevanya versi lite. Buket bunga tulip juga membuatnya senang karena terdapat kartu ucapan di dalamnya.

Selamat, Sayangnya aku!

Yours Truly,
Nanas.

Kartu ucapan itu juga diikuti dengan jejak lipstick pada namanya.

"Puas banget lu ye, Januar," celetuk Chaka mendengkus sembari melipat kedua tangannya.

Cowok itu memeletkan lidahnya. "Fotoin gue, buru!" suruh Januar pada Chaka dengan merogoh ponsel pada kantongnya.

"Ogah, ah!"

"Ih, buru!"

"Udah sini, biar saya aja yang fotoin," kata Pak Yunus sambil tertawa kecil.

Januar tersenyum gembira dan memberikan ponselnya pada Pak Yunus. Ia berdiri di sebelah standee Nasa dengan menambahkan setengah hati lain dengan tangannya sendiri, menyatukan keduanya hingga membentuk satu hati sempurna. Tak hanya itu, Januar juga melakukan pose lainnya.

"Mas Chaka, kamu ikutan juga sana, foto sama Januar. Kamu fans berat Mba Nasa juga kan?"

"Yes!" seru Chaka semangat. Ia mendorong Januar dan mengganti posisi cowok itu untuk melengkapi setengah hati lainnya dengan pose Nasa.

"Ish, apaan sih, lo!"

"Eh, Nasa Zevanya ini cekiber, Men! Cewek kita bersama!"

Pak Yunus memotret mereka berdua yang bertengkar satu sama lain tanpa sepengetahuan mereka. Teman-teman Januar yang sedang menunggu giliran untuk sidang ikut nimbrung dan berfoto bersama standee Nasa Zevanya.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang