Jangan lupa vote
untuk menghargai penulis 🙏✧ARENZELA✧
Bugh
Srekk
"Kalau Lo gak suka lepasin dia!"
Bughh
Arenza terbatuk , bibirnya mengeluarkan darah dan perutnya merasakan nyeri yang luar biasa . Jevian terengah engah setelah meluapkan emosi kepada Arenza .
Ya , setelah melihat Lizara yang menangis di pelukan Jevano . Membuat emosinya melupakan sampai ke ubun ubun . Selama ini dia tidak pernah peduli dengan gadis itu . Namun sekarang dirinya menjadi segila ini hanya untuk membalaskan ras sakit Lizara . Anehh .
Dia tidak mengerti apa yang tengah dia rasakan sekarang .Arenza menatap Jevian dengan terkekeh . Elion yang melihatnya hanya bisa berdecih . "Masih punya nyali tuh bocah?"
"Sekalipun setelah gue bikin dia sakit , Lo juga bakalan sakiti dia " ucap Arenza dengan tatapan menantang .
Jevian menarik kerah Arenza "maksud Lo apa?!"
"Masih tanya?! Luka yang gue buat belum seberapa daripada luka yang Lo buat sama keluarga Lo!"
"Brengseknya gue . Masih ada Zaidan yang lebih brengsek . Lebih sampah dari gue!" Ucap Arenza .
Emosi Jevian semakin meledak .
Bughh
"KAKAK!"
Lizara berlari mendekat ke arah Arenza dan Jevian berada . Dia berlari dan berjongkok di dekat Arenza .
"Pergi" ucap Jevian .
"Gak mau! , kakak kenapa mukul Renza?!"
"PERGI LIZARA!" sentak Jevian . Lizara terdiam namun dia tidak bergerak dari tempatnya. Dia menarik membantu memapah Arenza .
Srekk
"Gue bilang pergi anjing!" Jevian menarik lengan Lizara membuatnya berdiri .
Lizara menatap Jevian dengan mata berair. "Kakak tau apa tentang Arenza? Aku yakin di lakuin ini pasti ada alasannya!"
"Lo orang terbodoh yang gue temuin!"
"Iya! Karena aku gak punya sandaran selain dia!"
Jevian terdiam merasa tertampar dengan ucapan Lizara .
"Selama ini dia yang nemenin aku di saat aku butuh . Selama ini cuma dia yang selalu ada di sisi aku . Orang yang jadi cinta pertama buat anak perempuannya malah menjadi luka pertama buat anak perempuannya"
"Kalau bukan Arenza aku mau bersandar ke siapa kak?!"
"Kakak aja benci sama aku! Ayah juga sama ! Gak ada yang sayang Lizara! Hanya Arenza!"
Lizara berbicara dengan nafas terengah engah. Setelah menangis dengan Jevano , dia menyadari sesuatu . Dari tatapan yang diberikan Arenza tersimpan banyak ucapan yang tertahan di mulutnya. Dia juga mengingat di saat saat mereka bersama selama ini . Dia juga yakin kalau selama beberapa tahun ini . Arenza benar benar tulus dengannya. Dia tidak ada kurangnya , hanya saja arenza terlalu memendam semuanya sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARENZELA
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA! GAK FOLLOW GIGINYA KERLAP KERLIP🤟 "aku ingin menjadi rembulan , namun itu adalah hal yang mustahil dan pada akhirnya aku hanya satu bintang di antara luasnya angkasa " LIZARA PINA PREZELA "Tidak ada yang abadi , semuanya...