Suasana terang pun sekarang sudah menjadi gelap, sementara itu gadis itu masih tertidur nyenyak, bahkan yang lebih ajaibnya dia tidak terbangun sama sekali.
"Sayang bangunin Lula dong, sudah waktunya makan malam." Ucap Nadhira kepada anak semata wayangnya itu.
Lelaki tampan itu pun langsung menuju kamar kekasihnya itu. Saat memasuki kamar itu, pemandangan yang dilihatnya sangat lah lucu. Gadis manis itu membalut semua tubuhnya dengan selimut, apakah dia takut ada yang akan mengambil selimut itu darinya?
"Kamu terlihat sangat menggemaskan, aku tidak sabar untuk menikahimu." Gumam Nathan sambil tersenyum memandang gadis yang masih terlelap itu.
"Sayang, waktunya makan malam. Mama sama Papa sudah menunggu," Ucap Nathan lembut sambil mengelus rambut gadisnya, sontak mendengar suara yang terdengar sangat menggoda itu membuat gadis itu membuka matanya.
"Iya-iya Nathan aku mau cuci muka dulu dan aku akan segera ke bawah." Balas Lula dengan suara yang masih sangat mengantuk itu.
"Baby, kalau kamu ingin berganti pakaian, semuanya sudah ada di walk in closet ya! Aku tunggu di bawah." Sambung Nathan sambil mengecup kening gadisnya itu, dan langsung meninggalkan Lula yang sangat merasa terkejut.
"Nafas Lula." Batinya gugup, gadis itu pun tersenyum sekaligus malu karena kecupan itu, dan dengan semangat dia pun pergi ke kamar mandi. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi Lula pun langsung masuk ke walk in closetnya itu.
"Hhh, apakah ini toko baju? Kenapa sangat banyak sekali. Lebih banyak dari pada punyaku yang dulu." Ucap Lula merasa sangat terkejut. Bayangkan saja waktu di keluarga Alexander saja dia sudah sangat syok, apalagi yang sekarang, mau diapakan baju sebanyak ini. Apakah dia akan berganti baju setiap lima menit? Ayolah dia bukan gadis yang fashion seperti itu. Kadang dia hanya berganti pakaian satu kali dalam sehari karena merasa sangat malas.
"Apa orang kaya selalu begini?" Gumamnya tak mengerti. Tanpa menunggu lama, gadis itu pun memutuskan untuk memakai piama tidur berwarna pink muda yang terlihat sangat menggemaskan itu.
****
Setelah berganti pakaian, Lula pun segera berlari kecil menuju ruang makan.
"Wah sayang, kamu semakin menggemaskan memakai piama itu," Ucap Nadhira ketika melihat Lula. Memang tidak hanya dia yang berpikiran begitu, Anton dan juga Nathan pun masih memandang gadis imut itu, dia terlihat seperti boneka yang menggemaskan.
"Ya ampun, kamu seperti boneka sayang," Ucap Anton tak kalah hebohnya.
"Iya baby, rasanya aku ingin mengurungmu dikamarku."
Ucapan Nathan pun langsung membuat Lula menutup wajahnya karena lelaki itu sangat suka berbicara sembarangan. Apalagi ini di dekat orang tuanya. Apa dia tidak merasa malu?
"Wah, awas saja! Menikah dulu baru boleh mengurung kesayanganku ini anak nakal! Dan jangan lupa buatkan kami cucu yang menggemaskan."
"Iya benar Nathan! Papa tidak sabar menggendong cucu."
"Wah baby, bagaimana jika kita buat sekarang?" Tanya Nathan dengan kedipan mata yang membuat Lula sangat gugup sekaligus bingung.
"Memangnya kita akan membuat apa?" Tanya Lula yang masih tidak mengerti.
"Bikin anak sayang," Balas Nathan menjelaskan.
"Hhhh anak?" Balas Lula semakin bingung.
"Apa kita bisa membuat anak Nathan?" Tanya Lula lagi dengan wajah polosnya, sontak mereka semua pun tertawa karena kepolosan gadis itu.
"Kenapa semuanya tertawa? Apakah ada yang lucu?" Tanya gadis itu di dalam hati.
"Sudah-sudah sekarang kita makan dulu. Tidak usah dipikirkan sayang, nanti kamu juga akan mengerti." Ucap Anton ketika sudah bisa menghentikan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me Again (END)
General FictionJika sang mentari bisa menyalurkan hangatnya walaupun sesaat, akan ada senja yang akan mengobati kehilangannya. Lalu, pada akhirnya malam lah yang menutupi kesedihannya . Karena semuanya akan pergi pada waktunya . Begitulah hidup, jika kamu siap...