Seminggu sudah berlalu, gadis manis yang malang itu sudah boleh keluar dari rumah sakit, jahitannya pun sudah dilepaskan, dan juga lukanya sudah kering.
"Lula mau tinggal di mana ya?" Keluhnya risau memikirkan nasibnya, apakah dia akan tetap sekolah? Semua pertanyaan itu bergejolak di kepalanya itu. Semua gerak gerik gadis itu pun tak luput dari perhatian pria tampan yang sedang menatapnya begitu dalam, selama seminggu ini dia selalu menemani gadis itu. Semua pekerjaannya pun diselesaikan oleh orang kepercayaannya, baginya menemani malaikat penolongnya lebih penting dari pada mengurus perusahaannya itu. Pria tampan itu pun sampai tidak mengangkat telepon dari siapa pun termasuk orang tuanya yang mungkin sudah beratus ratus kali mencoba menghubunginya.
"Baby, enyahkan semua pikiran risau dari kepala mungilmu itu! Sekarang kau menjadi tanggung jawabku." Ucap Nathan dengan lembut.
"Om mau jadi orang tua aku ya? Istri Om mana?" Ucap gadis itu polos.
"What?? Aku tidak setua itu sayang! Dan aku juga belum mempunyai istri." Balas lelaki itu tak habis pikir dengan pola pikir gadis mungil yang saat ini semakin terlihat menggemaskan itu.
"Sayang?" Gumam Lula.
"Kamu sekarang jadi pacar aku!"
"Aku--"
"Aku enggak terima penolakan baby!" Balas Nathan sambil memberikan senyum manisnya itu.
"Pemaksaan banget sih! Om kan sudah tua, masak pacaran sama bocah." Balas gadis manis itu tak habis pikir. Kenapa setiap orang yang dia temui memiliki sifat yang sama.
"Tapi aku tampan kan baby?" Goda Nathan dengan terus menampilkan senyuman yang tidak pernah dia perlihatkan kepada orang lain.
"Jangan senyum terus Om! Kayak orang gila tahu enggak." Dumel gadis itu yang sebenarnya tidak kuat melihat senyuman manis lelaki dewasa di depannya itu.
"Wah ternyata kamu menyukai senyumanku baby?" Godanya lagi.
"Percaya diri banget sih Om! Ingat umur." Balasnya kesal dan membuang muka. Dia berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya itu.
"Sudah lah sayang, sekarang waktunya kita pulang!"
"Kita akan pulang ke mana?"
"Wah kita, berasa suami istri ya."
"Apaan sih Om!" Ucap Lula bertambah kesal. Sementara Nathan kembali tersenyum lembut sambil menggendong gadis mungil itu.
"Lula tidak mau digendong, kan Lula sudah besar!" Gadis itu pun terus berteriak mencoba untuk turun dari gendongan pria tampan itu, namun lelaki itu sama sekali tak terganggu dengan Teriakan gadis manis itu, dia tetap santai dan jangan lupakan sepanjang koridor rumah sakit para suster, dan semua orang di sana pun berteriak histeris karena seorang Nathan yang tak tersentuh menggendong seorang gadis. Gadis manis itu pun hanya bisa menyembunyikan wajahnya karena merasa sangat malu menjadi pusat perhatian.
"Kenapa aku selalu berhubungan dengan orang yang berpengaruh seperti ini." Batin Lula.
****
Sementara di kediaman keluarga Alexander, mereka sibuk tertawa bersama gadis yang sudah merebut kebahagiaan gadis manis yang malang itu, seakan posisi Lula sudah tergantikan, di sana juga ada Evan, Gavin, Zidan dan juga Rayhan. Mereka tertawa tanpa beban, sedangkan Azka dan Byan hanya mendekam dikamar adiknya itu. Bahkan ketika Byan dan Azka memberitahukan bahwa Lula menghilang, mereka pun tidak ada yang peduli.
Flashback...
"Astaga kak, Lula tidak ada dikamarnya, teleponnya pun tidak dibawa." Teriak Byan histeris. Sontak teriakan Byan pun membuat semua kakaknya berlari ke atas dan menuju kamar bertuliskan princess Lula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me Again (END)
General FictionJika sang mentari bisa menyalurkan hangatnya walaupun sesaat, akan ada senja yang akan mengobati kehilangannya. Lalu, pada akhirnya malam lah yang menutupi kesedihannya . Karena semuanya akan pergi pada waktunya . Begitulah hidup, jika kamu siap...