Di mobil..
"Kak kita mau ke mana sih? Ini kan bukan jalan ke rumah aku." Tanya Lula dengan raut bingung ketika mereka mengarah ke jalan lain.
"Liat saja nanti sayang." Balas Evan dengan tersenyum manis kepada pacarnya itu, sementara Lula hanya bisa mendengus karena dibuat penasaran oleh pacarnya itu.
Setelah menghabiskan beberapa menit, mereka pun telah sampai di depan rumah Evan.
"Lo ini rumah siapa kak?" Tanya Lula yang dibuat semakin bingung.
"Ini rumah pacar kamu sayang, Mama sama Papa aku sudah dari kemarin minta aku bawa calon menantunya ke rumah."
"Tapi kak,"
"Sudah sayang, tidak usah takut!"
Lula pun hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah pacarnya itu. Dia berharap orang tua Evan akan menyukainya.
"Kalau tahu begini, mending tadi Lula dandan dulu biar enggak malu-maluin banget ketemu camer." Batin Lula.
****
Sesampainya di dalam rumah Evan, kedatangan Lula pun sudah ditunggu-tunggu oleh orang tua Evan. Yap mereka sangat penasaran, siapa gadis yang bisa meluluhkan anak mereka itu.
"Tidak usah gugup sayang, pasti mereka bakalan suka sama kamu." Ucap Evan meyakinkan gadis manis yang sedang terlihat gugup itu.
"Iya-iya kak." Balas Lula pelan.
"Astaga, ternyata ini calon menantu Mama." Ucap Diva Mamanya Evan histeris sambil memeluk pacar anaknya itu. Dia tidak menyangka jika putranya hebat dalam memilih pasangan.
"Menantu Papa juga kali Ma." Sambung Fernan tak terima.
"Iya-iya Pa, ya ampun ternyata Evan pintar ya cari pacar. Imut, lucu, manis banget lagi. Ya ampun cepet aja ya kalian nikahnya, biar Mama bisa ngajak Lula pergi ke salon, terus pergi belanja."
"Sudah dong Ma, liat tuh pacar aku sudah merah tuh pipinya. Tenang Ma, Evan bakal nikahin Lula. Kalau Lula mau sekarang, aku siap kok Pa." Balas Evan menggoda pacarnya itu.
"Mau kamu kasih makan apa menantu cantik Papa." Ucap Fernan mengejek anaknya itu.
"Nah ide bagus, biar Mama bisa cepet gendong cucu." Ucap Diva dengan semangat.
Jangan tanya bagaimana keadaan Lula sekarang. Dia sudah merasa malu karena terus digoda mertua dan pacarnya itu. Menjadi pacar seorang Evan saja masih terasa mimpi apalagi menikah.
"Astaga, Lula enggak kuat!! Rasanya mau menghilang saja dari muka bumi." Batin Lula.
"Ya ampun sayang, pipi kamu sampai merah banget. Kamu lucu banget sih, andai anak Mama kamu bukannya Evan."
"Iya betul Ma, Papa juga berharap begitu."
"Ya ampun, jadi Mama sama Papa nyesel sudah mempunyai anak setampan Evan gini?" Tanya Evan yang pura-pura kesal karena ucapan Papa dan Mamanya itu.
"Sudah jangan berdebat lagi, sekarang kita cobain kue coklat buatan Mama."
Akhirnya setelah perdebatan itu mereka semua sibuk menikmati kue coklat yang sangat nikmat itu.
"Enak enggak sayang?" Tanya Diva penasaran kepada gadis manis yang duduk di samping anaknya itu.
"Enak banget Nte."
"Opss, kamu panggil Mama, terus panggil Papa. Kan kamu sudah kami anggap anak sendiri." Sambung Diva.
"Hmm iya Ma, iya Pa." Ucap Lula degan nada gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me Again (END)
General FictionJika sang mentari bisa menyalurkan hangatnya walaupun sesaat, akan ada senja yang akan mengobati kehilangannya. Lalu, pada akhirnya malam lah yang menutupi kesedihannya . Karena semuanya akan pergi pada waktunya . Begitulah hidup, jika kamu siap...