Kini gadis manis itu sedang berbaring di sebuah kamar dengan nuansa warna biru muda yang sangat luas dan mewah. Ya, itu memang kamar yang sudah mereka sediakan untuk adik perempuan mereka.
"Aduh bagaimana ini kak, adikku pingsan gara-gara kalian!" Ucap Byan menyalahkan kelima kakaknya itu. sontak ucapan Byan membuat kelima pria tampan yang juga merasa sangat panik itu menatap tajam ke arah adik mereka itu.
"Bukan hanya adik kamu!! Tapi dia adalah adik kita!" Balas Arsen menekankan kata di setiap kalimatnya itu. Sementara Byan pun langsung mengangguk patuh mendengar perkataan kakaknya itu.
"Mungkin dia syok karena kita tiba-tiba diminta menjadi adik kita." Ucap Nata yang baru mengeluarkan suaranya. Ya dia adalah seorang dokter yang sangat tampan.
"Nah betul!! Siapa juga yang tidak syok jika tiba-tiba diminta menjadi adik oleh laki-laki yang tidak dikenalnya sama sekali." Sambung Lio setuju dengan ucapan Nata.
"Oh iya kak, kakak tidak ke rumah sakit?" Tanya Azka yang tiba-tiba baru menyadari jika Nata masih berada di sana.
"Enggak dek, lagi enggak ada jadwal kakak sekarang jadinya free." Balas Nata sambil terus menggenggam tangan Lula.
"Sumpah ya dia pingsan kayak gini saja imut banget apalagi pas bangun." Sambung Adit yang tidak pernah melepaskan pandangan dari gadis manis yang masih setia memejamkan matanya itu.
Beberapa menit berlalu, Mereka pun masih setia memandangi wajah imut gadis yang sebentar lagi akan menjadi adik mereka. Mereka berharap gadis ini tidak menolaknya.
"Oh iya bagaimana kalau kita telepon Mama, Papa, dan kak Rian, biar mereka semua pulang dan melihat gadis menggemaskan ini." Sambung Azka yang langsung disetujui oleh yang lainnya.
"Ya sudah biar kakak saja!" Lio pun langsung keluar dari kamar untuk menghubungi orang tua dan kakak tertuanya itu.
****
Selang beberapa menit, Abraham, Andhara, dan Rian putra pertama Alexander itu telah sampai di Mansion mereka dan langsung bergegas melihat gadis yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka.
"Wah, gadis ini imut sekali." Teriak Andhara ketika baru saja memasuki kamar tersebut dan langsung memeluk gadis yang masih saja setia menutup matanya itu.
"Ihh Mama kebiasaan deh suaranya toa banget." Ucap Abraham jengah dengan kebiasaan Istrinya yang tidak bisa mengontrol suaranya itu. Sedangkan ketujuh putranya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan ajaib Mamanya itu.
Karena merasa terusik, gadis itu pun perlahan mulai membuka matanya dan lihatlah betapa terkejutnya dia melihat begitu banyaknya orang yang mengelilinginya.
Lula pun langsung bangun dari tidurnya. "Hmm, maaf ya Tuan, nyonya kalau saya sudah merepotkan kalian semua." Ucap Lula gugup dan merasa tidak enak kepada keluarga terpandang ini karena sudah menyusahkan mereka.
Semua orang pun memandang ke arahnya secara bersamaan. Tentu saja hal itu langsung membuat Lula semakin gugup dan dirinya langsung ingat kepada bunga pesanan Nyonya Andhara itu.
"Ke mana perginya bunga itu?" Gadis itu pun berusaha mengingat di mana terakhir kali dia memegang bunga itu. Dia pun juga merutuki kenapa dia tiba-tiba pingsan.
"Hahaha, kamu menggemaskan sekali." Teriak Byan sambil memeluk gadis yang masih saja memikirkan masalah bunga tersebut. Karena bunga itu sangat mahal. Bisa-bisa dia akan dipecat setelah ini. Sementara yang lain mendengus tidak suka melihat Byan yang lebih dulu memeluk adik mereka.
"Eh Byan main menyosor aja sih. Seharusnya kan kakak yang meluk duluan. Kan kakak anak pertama!" Rian pun tak bisa menahan kesalnya ketika dia tidak menjadi orang pertama yang memeluk adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me Again (END)
General FictionJika sang mentari bisa menyalurkan hangatnya walaupun sesaat, akan ada senja yang akan mengobati kehilangannya. Lalu, pada akhirnya malam lah yang menutupi kesedihannya . Karena semuanya akan pergi pada waktunya . Begitulah hidup, jika kamu siap...