Part 16

2 0 0
                                    

 Kantin....

Setelah kejadian Angel dan kedua temannya yang sudah dikeluarkan dari sekolah karena keputusan mutlak semua anak Alexander itu, Lula pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya patuh terhadap kakak-kakaknya itu. Karena mereka sudah mengurangi hukuman kepada ketiga gadis itu. Awalnya mereka ingin membuat Angel dan dua temannya itu merasakan hidup di kolong jembatan, tetapi karena Lula yang terus memohon, mereka pun terpaksa menurutinya. Mereka juga tak habis pikir dari apa hati adik mereka itu terbuat! Kenapa mudah sekali memaafkan orang yang jelas-jelas sudah mencelakainya.

"Sudah dong sayang, kamu jangan cemberut gitu. Untung saja cuma dikeluarin, tidak sampai di bikin miskin mereka bertiga." Ucap Azka yang berusaha menghibur adik tersayangnya yang sedari tadi hanya cemberut dan diam membisu.

"Iya princess sudah dong!! Marahnya ke yang lain aja, jangan ke kak Azka sama kak Byan!" Bujuk Byan yang mulai menyelamatkan dirinya. Untung saja tidak ada kelima kakaknya, kalau ada bisa tamat riwayatnya.

"Iya sudah dong Lula." Ucap Cherry yang juga ikut membujuk sahabatnya itu.

"Sudah ya sayang. Itu pelajaran buat mereka supaya tidak semena-mena lagi." Sambung Evan lembut sambil mengelus dengan sayang rambut pacarnya itu.

"Sudah princess, jangan cemberut makin imut lo." Gavin pun juga ikut membujuk gadis manis itu, tetapi langsung dihadiahi pukulan kecil di lengannya, siapa lagi kalau bukan Raihan dan Zidan.

"Jangan panggil princess!" Teriak Azka dan Byan berbarengan.

"Ya sudah panggil sayang aja deh." Sambung Gavin yang tidak merasa takut sama sekali dengan tatapan kedua kakak dan pacarnya Lula itu.

"Sekali lagi lo panggil sayang ke cewek gue, gua potong lidah lo!" Ucap Evan tajam yang langsung membuat Gavin memucat dan menyesali perbuatannya itu yang memancing kemarahan ketiga pria tampan penjaga sang ratu itu. Sepertinya dia tidak akan mempunyai niat untuk mendekati Lula, karena penjagaan yang sangat ketat dan para pengawal yang sangat mengerikan itu.

"Sudah jangan berdebat, Lula pusing nih!" Bukannya merasa lebih baik, malah gadis manis itu merasa semakin pusing dengan tingkah aneh mereka semua.

"Mangkanya lihat situasi dong!" Ucap Zidan yang langsung disetujui oleh Raihan.

"Lula lapar!' Rengek gadis manis itu ketika melihat kedua kakak dan pacarnya itu hanya terdiam. Dan sekarang Lula sudah mulai merasa nyaman dengan Evan, karena perhatian yang ketulusan yang diberikan lelaki itu kepadanya. Dan dia berharap supaya ini tidak akan berakhir menyakitkan.

"Biar gue yang pesan." Ucap Gavin yang langsung pergi memeskan makanan, kenapa tidak bertanya terlebih dahulu? Jawabannya, karena Gavin sudah hafal makanan kesukaan mereka semua, sahabat yang sweet bukan? Alasan sebenarnya adalah, dia takut mendapat amukan dari mereka semua karena membuat mood Lula hancur.

Mereka semua pun sibuk bercengkerama hangat sambil menunggu pesanan mereka.

****

"Sayang, ingat ya kamu jangan dekat-dekat dengan cowok lain, terus jangan ngobrol sama cowok kalau itu tidak ada sangkut pautnya sama pelajaran, dan kamu jangan mandang cowok lain dan kalau gurunya cowok tidak usah terlalu didengarkan!"

"Ehhh, lo ini mau ngajarin adik gue buat malas ya? Masa guru nerangin tidak usah didengar sih!" Ucap Byan tak terima dan ucapan dia pun sama sekali tidak mendapat respons apa pun, malahan Evan masih sibuk menasihati adiknya. Apa dia dianggap makhluk tak kasat mata oleh dua sejoli itu?

"Nasib dikacangin terus." Azka pun mengejek adiknya yang sangat sering diabaikan itu.

"Dasar, kakak durhaka!" Dengus Byan yang langsung ditertawai oleh Gavin, Zidan, Raihan dan juga Cherry.

"Iya-iya kak. Aku tidak akan melihat cowok lain kok." Balas Lula dengan senyuman manisnya, yang langsung ditutupi oleh Evan. Hal itu sontak mengundang tanda-tanya semua yang berada di sana.

"Buat apa ditutupi wajahnya?" Tanya Cherry dengan bingung dan juga penasaran.

"Tahu tuh, aneh lo!" Ucap Azka.

"Tahu ih kak, kenapa ditutup sih!" Kesal Lula.

"Gue tidak mau yang lain melihat senyum manis Lula." Ucap Evan yang langsung membuat semuanya cengo dan merasa alasannya sangat tidak masuk akal. Melihat senyumnya saja tidak boleh, dasar laki-laki posesif.

"Lagian gue sama kakak-kakak gue yang lain yang paling sering ngelihat senyuman Lula." Ejek Byan memanas-manasi pacar adiknya sekaligus sahabatnya itu.

"Tahu tuh, lebay lu bambang!" Teriak Gavin yang juga tak menyangka bahwa temannya yang terkenal dingin itu ternyata seposessesif itu.

"Dasar bucin!" Batin Cherry sambil menggelengkan kepala melihat pacar sahabatnya itu, untung ganteng.

"Aduh kak, masak senyum saja tidak boleh sih!" Lula pun tak habis pikir dengan pacarnya itu.

"Biarin sayang. Oh iya sayang kamu sekarang masuk ke kelas ya, belajar yang rajin, biar bisa mengajarkan anak-anak kita nanti." Ucap Evan tak menghiraukan semua kakak ipar dan sahabatnya.

"Iya kak." Balas Lula sambil menarik tangan Cherry untuk memasuki kelas.

"Evan....

"Males ngomong gue!" Ucap Evan memotong pembicaraan Gavin.

"Sabar hayati, ini cobaan." Lirih Gavin.

"Drama lu," Teriak Raihan tepat ditelinga Gavin,

"Kampret lo!" Teriak Gavin yang langsung mengejar sahabat terlaknatnya itu.

"Dasar bocah." Ucap Evan.

Mereka pun pergi memasuki kelas masing-masing dan sibuk mendengarkan penjelasan guru mereka.

****

Bunyi bel pun membuat semua murid berbahagia karena sudah bosan mendengarkan penjelasan guru mereka. Seakan bel adalah suara penyelamat para siswa.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Lula sambil menghela nafas.

"Iya nih Lula, gue aja sampai susah nahan kantuk." Balas Cherry kepada sahabatnya itu.

"Ya sudah sekarang waktunya kita pulang!" Ucap mereka berbarengan sambil bergandengan tangan keluar. Ya mereka memang suka bergandengan tangan seperti bocah SD.

"Sayang, kamu sekarang pulang sama kakak ya." Ucap Azka ketika melihat adiknya telah tiba di tempat parkir sekolah.

"Lula sama gue!" Ucap Evan tiba-tiba.

"Enggak bisa gitu dong!" Sela Byan tak terima.

"Sudah ya, kalian kan bisa ketemu sepuasnya sama Lula nanti di rumah, lah gue kan enggak bisa, kecuali Lula sudah jadi istri gue." Balas Evan yang langsung membuat rona merah di pipi Lula karena mendengar kata istri yang keluar dari mulut pacarnya itu.

"Memang gue dan kakak-kakak gue sudah menyetujui lo?" Cibir Azka kepada sahabatnya yang sekarang berubah menjadi cowok yang sangat bucin dan narsis itu.

"Tahu tuh, kepedean banget lo!" Sambung Zidan, Gavin, dan Rayhan berbarengan.

"Bodo amat!" Balas Evan yang langsung menggandeng tangan pacarnya itu.

"Ehh tapi Cherry pulang sama siapa?" Tanya Lula. Inilah yang membuat Cherry semakin menyayangi sahabatnya itu, karena Lula tidak pernah melupakan keberadaan dirinya walaupun sedang bersama para pria tampan itu.

"Cherry biar sama gue aja, dan gue enggak terima penolakan!" Ucap Gavin tiba-tiba sambil menggandeng tangan Cherry dan meninggalkan teman-temannya. Sementara yang digandeng pun tak berbicara apa-apa, dia hanya bisa mengikuti langkah cowok yang menggandengnya itu dengan berbagai pertanyaan di benaknya.

"Tumben dia tidak menolak." Ucap mereka berbarengan.

"Mungkin sudah ada rasa suka di antara mereka kak." Balas Lula sambil tersenyum berharap itu benar-benar terjadi.

****

Hurt Me Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang