Matahari telah berganti dengan bulan, tetapi gadis cantik itu masih setia di dalam kamarnya. Jangan lupakan ketujuh pria tampan yang sedari tadi setia duduk di depan kamar princessnya itu. Tak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara. Mereka juga tidak punya keberanian untuk mengetuk pintu kamar adik mereka itu. Saat ini mereka berharap jika ucapan adiknya tadi tidaklah serius. Sementara gadis yang menjadi pusat pemikiran para lelaki keluarga Alexander itu pun sibuk menonton drama Korea, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau hari sudah malam dan dia pun belum makan. Karena merasa sangat lapar dan haus, Lula pun memutuskan untuk keluar kamar.
Klek...
Pintu kamar pun terbuka, seorang gadis cantik yang terlihat acak2kan karena rambut yang diikat asal, hidung yang memerah dan mata yang terlihat sembab karena menangisi drama di laptopnya. Dia pun terkejut melihat ketujuh kakaknya yang duduk memanjang di depan kamarnya.
Melihat adiknya yang keluar kamar, mereka pun langsung berdiri dan memperhatikan penampilan adiknya, mereka pun semakin merasa bersalah karena membuat adiknya terus menangis.
"Ya ampun sayang, kamu nangis dari tadi? Maafin kami semua ya sayang. Kakak tidak bermaksud buat marah sama kamu. Kami semua sangat sayang sama kamu dek, kamu jangan diamin kita semua dong. Lebih baik kamu marah-marah saja sama kakak, dari pada harus kayak gini." Ucap Rian panjang lebar mewakili yang lainnya, karena tak ada yang berani membuka suara. Terlebih lagi karena melihat Lula yang sama sekali tidak menunjukkan senyuman manisnya itu.
"Ya ampun, Lula enggak tega. Tapi kapan lagi kan bisa mengerjai ketujuh pria tampan ini." Batin Lula sambil berusaha menahan tawanya. Kali ini dia harus bertahan untuk tidak memeluk para kakak tampannya ini.
Lula pun hanya melihat dengan tatapan datar kepada ketujuh pria yang berdiri di hadapannya. Sontak hal itu membuat para lelaki itu terdiam dan semakin menunduk tak berani menatap gadis itu. Seolah-olah sekarang mereka kehilangan semua keberanian mereka. Sosok yang selalu ditakuti oleh semua orang sekarang merasa sangat takut kepada gadis mungil yang manis itu. Tatapan datar yang baru pertama kali ditunjukkan adik mereka pun memberikan efek yang luar biasa untuk mereka semua. Rasanya mereka ingin kembali memutar waktu dan memperbaiki semuanya.
"Rasain, siapa suruh suka banget natap tajam orang. Baru tahu rasa kan kalau ditajamin balik." Batin Lula sambil berjalan melewati mereka semua dan segera menuju dapur karena merasa sangat lapar.
****
"Gimana dong kak, aku tidak kuat didiemin sama princess." Rengek Byan kepada kakaknya yang lain.
"Kamu pikir kakak kuat gitu?" Tanya Azka.
"Apalagi tatapan queen tadi tajam banget." Lirih Arsen sambil menunduk. Dia sangat tak kuasa melihat tatapan tajam adik manisnya itu.
"Iya kakak juga menyesal sudah menatap tajam princess. Kakak tidak bermaksud begitu. Hanya kakak tidak bisa menahan rasa cemburu." Ucap Rian sambil membayangkan bagaimana tatapan adik kesayangannya tadi. Apa rasa takut seperti ini yang dirasakan adiknya tadi. Dia semakin merasa bersalah saat ini.
"Bagaimana dong, pokoknya aku mau Lula tidak marah lagi sama kita!" Lanjut Lio sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan agar adiknya itu mau memaafkan mereka semua.
"Bagaimana kalau kita beliin semua kemauan Lula?" Ucap Nata memberikan ide.
"Tapi kan princess kita beda kak, dia tidak suka belanja." Balas Adit menanggapi usulan kakaknya itu.
Sementara ketujuh pria tampan itu sibuk memikirkan bagaimana cara membuat adiknya tidak marah lagi. Gadis yang menjadi topik pembicaraan pun tengah sibuk melahap makanannya tanpa memikirkan kakak-kakaknya yang entah sedang apa di depan kamarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Me Again (END)
Genel KurguJika sang mentari bisa menyalurkan hangatnya walaupun sesaat, akan ada senja yang akan mengobati kehilangannya. Lalu, pada akhirnya malam lah yang menutupi kesedihannya . Karena semuanya akan pergi pada waktunya . Begitulah hidup, jika kamu siap...