Part. 42

4.9K 336 13
                                        


Kara tersenyum miring kala melihat Gino menodongkan pistol ke arahnya, menatap intens "cukup berani juga anda menodongkan pistol ke arah saya Tuan Gino" tekan Kara.

"Anda jangan coba macam-macam dengan saya, apalagi itu mengenai putra saya" ucap Gino lantang.

"Berarti anda belum mengenal kami?" Sarkasnya lalu menyenderkan punggungnya ke belakang sanggahan sofa dengan kaki yang di angkat sebelah, mengacungkan tangannya "lakukan"

Brught.!!

Brught.!!

Satu persatu bodyguard yang ada di ruangan tersebut ambrug tak bernyawa, yang lebih tepatnya di tangga di puntu lift dan beberpa penjaga pintu lainnya.

Setelah Kara berucap seperti perintah, membuat mereka yang ada di sana termenung heran lalu dengan sigap beranjak dan mengeluarkan pistol mereka ke arah Kara, termasuk Arka, Raka dan Reksa kecuali Renhard yang masih duduk tak bergeming.

"Tahan" ucap Riyu ketika lima bawahannya mengacungkan ujung pisau yang mengarah ke arah leher mereka dan itu berhasil membuat mereka sedikit terkejut karena tanpa mereka sadari, orang-orang itu sudah berada di belakang mereka, yang apabila mereka bergerak sedikit saja, leher mereka akan terputus.

"Apa anda ingin mengacau di kediaman saya, tuan Kara?" Tekan Renhard yang kini sudah mengeluarkan aura kepemimpinannya.

"Hahah... Jangan bercanda, siapa disini yang ingin bermain dengan saya duluan? Tentu jika anda tau seperti apa kami, maka anda juga tau konsekuensinya seperti apa?"

"Turunkan senjata kalian" perintah Renhard "tapi Opa" sanggah Reksa.

"Lakukan" mau tak mau mereka akhirnya menurunkan senjata mereka dan kembali duduk dengan tenang, membuat bawahan Riyu itu mundur beberapa langkah.

"Jadi apa yang sebernarnya anda inginkan dari kami? Dan ada urusan apa anda dengan Alvan cucu saya?" Tanya Renhard dengan penuh penekanan.

"Bukankah sudah saya katakan, bahwa saya kesini hanya untuk menyapa keluarga dari adik kesayangan kami?" jawab Kara.

"Dengan mengacau di kediaman kami?" Tanya Reksa datar.

"Dasar bodoh" imbuh Ash yang kini beranjak dari rebahannya dan duduk lalu menatap mereka dengan tajam "ternyata kalian sebodoh itu untuk memiara beberpa tikus" ucapnya.

"Apa maksud anda?" Tanya Gino.

Ash menatap ke arah Renhard "anda tau siapa yang kami bunuh barusan bukan?"

Hahh...

Renhard menghela nafas sesaat "ya saya sudah menduganya"

"Kenapa tidak anda lakukan? Mencari moment? Anda terlalu naif" ucapnya dan itu membuat Renhard mengangguk sekilas.

"Saya tau" balasnya lalu menatap ke arah Ash intens "jadi ada hubungan apa anda dengan cucu saya?"

"Dia adik kesayangan kami, jadi anda sekalian tidak perlu khawatir karena Alvan berada di bawah naungan kami" ucap Ash.

"Lalu dimna Alvan sekarang?" Tekan Gino.

"Untuk apa anda menanyakan keberadaan adik saya? Anda siapa?" Balas Ash meremehkan.

"Saya Daddynya, jadi saya berhak tau dimana anak saya"

"Apa saya tidak salah dengar? Dengan anda menelantarkan dia, lalu menyiksanya dengan penuh kebencian dan sekarang dengan lancangnya anda bicara bawah Alvan anak anda?" Tekan Ash lalu menatap penuh permusuhan kepada Gino "layak kah jika anda di sebut sebagai orang tua? Kebal juga muka anda itu tuan Gino.!!" Tekannya dan itu berhasil membuat Gino bungkam.

Alvandy ArrsyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang