Hari ini Haikal merasa teramat kesal. Entah apa masalah yang terjadi membuatnya harus meninggalkan kelas dan segera pergi menuju tempat yang akan di gunakan sebagai acara sekolahnya itu.
Jam sudah menujukkan pukul 15.00 dan dia masih berada di sana. Sejak dua jam yang lalu ia sudah mencoba menghubungi Reyna, namun hingga kini sang adik tak kunjung mengirim balasan. Sebelumnya ia sudah memberitahu Reyna bahwa ia ada urusan OSIS dan tidak dapat mengantarkannya.
"Reyna mana sih, ngga di bales-bales" ungkap Haikal kesal.
Ingin sekali rasanya ia segera pergi dari sini dan mencari sang adik. Setelah beberapa kali Reyna sempat menghilang membuatnya merasa lebih was was.
"Bang, gue boleh ke sekolah dulu ngga? Gue mau ngecek Reyna udah pulang atau belum" ucap Haikal pada Mahesa.
Belum sempat Mahesa menjawab seseorang sudah memberikan jawaban terlebih dahulu.
"Dia udah gede kali ngga perlu dicekin kaya gitu" jawab Renjana ketus
Haikal diam, tak ingin memperkeruh suasana. Masalah kemarin saja belum kelar, masa mau menambah masalah lagi. Ia hanya membuang nafas pasrah kemudian meminta izin untuk menelepon saja dan Mahesa mengizinkan.
Haikal mulai melangkahkan kakinya menjauh agar tidak mengganggu yang lain. Namun, seseorang menghentikannya.
"Siniin kunci motor lo!" ucap seseorang itu.
"Buat apa Ren?" tanya Haikal bingung.
Ya orang itu adalah Renjana.
"Buat mastiin lo ngga akan kabur pakai alibi cuma telpon" jawab Renjana datar
"Gue ngga akan kaya gitu kok Ren" ucap Haikal lagi
"Tinggal kasih kunci lo aja apa susahnya sih" ujar Renjana
Haikal kemudian mengeluarkan kunci motornya dari saku seragam dan dengan cepat Renjana merampas dan memasukkan kunci itu pada saku celananya.
Haikal mengacak rambutnya cukup frustasi kemudian melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.
Lima kali sudah ia mencoba menghubungi sang adik. Namun tak ada satupun yang terangkat.
"Kenapa lagi-lagi gini sih Rey? Apa bener ya kata Bang Darren gue keluar aja dari OSIS?" monolog Haikal
"WOI KAL, LAMA BANGET SIH CUMA TELPON!" teriak Renjana pada Haikal.
"Iya iya ini udah kok" jawab Haikal kemudian kembali ke arah teman-temannya.
•••
15.20
Reyna tengah berjalan menyusuri koridor rak yang ada di perpustakaan sekolahnya. Ia bingung apa yang mesti ia lakukan.
Ia kemudian berhenti pada jajaran buku mengenai psikologi. Ia baru tau bahwa perpustakaannya juga menyediakan pembelajaran itu. Reyna lalu mengambil sebuah buku asal dan berjalan kembali ke arah bangkunya.
Di sana tertidur gadis cantik di antara tumpukan buku sejak satu jam yang lalu. Reyna lantas memandangi rupa elok gadis itu, nampak jelas raut kelelahan di wajahnya.
"Lo pasti capek banget ya Kak, sampai tidur semantep ini" ujar Reyna kemudian mengelus kepala gadis itu lembut.
Tak ingin mengganggu Reyna kembali fokus pada buku yang sempat menarik perhatiannya. Ia mulai membuka dari halaman awal dan berhenti pada bagian yang membahas BPD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa || On Going
Teen FictionSadewa Chandra Mahendra pria yang tak pernah bisa menjalani kehidupan dengan tenang, bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Namun, karenanya gadis itu justru mengalami teror dari musuhnya. Bagaimanakah Chandra melindungi sang gadis...