A/n: info kurang penting, tapi akan aku sampaikan. Daripada ditanya "Bang, kapan up lagi?" rasanya lebih memotivasi kalau ditanya "Bang, masih hidup kan?" seperti itu. Wkwk.
Omong-omong, memangnya ada kah orang lain di antara kalian yang berpikir atau mengira aku ini cowok? Jujur kalian! 🧐
Terlepas dari itu, terima kasih banyak yaw atas dukungan dan apresiasi kalian yang masih setia membaca sampai sini.
P. S. Kalau jarang update berarti aku sedang lebih suka melakukan hobi lain saat senggang.
Kadang kalau sedang senang menulis aku tidak termotivasi melakukan hobi lain seperti main game atau menggambar, tapi sebaliknya kalau sedang senang dengan hobi lain aku akan sangat tidak termotivasi untuk menulis, hehehe. Maaf yaw.
Hobi aku memang banyak, main game, nonton anime, baca komik, menggambar, dan menulis adalah salah satunya saja hehe.
Akhir-akhir ini aku masih maraton anime dan sesekali lebih suka menggambar saat mulai lelah menatap layar gadget 😅🙈.
Sudahlah, maaf banyak cincong yaw. Kalau begitu langsung ke ceritanya saja.
Selamat membaca ^^.
•
•
•
•
•
•
"Sabtu kau akan ke kantor? Jika tidak Minggu juga bisa, minggu depan," ucap Axel di sela kegiatan makan malamnya bersama Miller malam ini.
Miller mengangkat kepalanya untuk menatap langsung pada Axel. "Apanya yang bisa?" tanyanya bingung.
"Pemeriksaan rutin, memang tidak terasa, tapi dia sudah mau memasuki minggu kedua belas," jawab Axel merujuk pada kandungannya.
"Oh?" Miller terlihat memikirkan sesuatu yang lain untuk sejenak sebelum memberikan jawabannya akan pertanyaan Axel di awal tadi.
"Sebenarnya aku punya rencana sendiri sih untuk dua hari itu mulai minggu ini, tapi kalau kau tidak keberatan menyetir aku akan membatalkannya untuk minggu depan," ucap Miller akhirnya.
Alis kanan Axel terangkat sedikit. Penasaran tentang apa rencana lain yang Miller singgung itu. "Memangnya kau mau apa? Bukan pekerjaan?"
Miller menggeleng. "Aku mau belajar mengurangi traumaku saat mengendarai mobil. Agar nanti saat kandunganmu semakin besar dan semakin membatasi aktivitasmu aku juga bisa meringankan bebanmu saat ingin pergi keluar atau saat kita harus ke rumah sakit," jawabnya apa adanya.
Mata Axel terbuka lebih lebar. Dia merasa tersentuh saat mendengar itu, dalam dadanya bahkan jantungnya mulai berdetak lebih cepat.
"Heh, manis sekali." Sebuah senyum tertarik di wajah tersipu Axel lalu dia kembali melanjutkan makannya.
Miller memalingkan wajahnya, rasanya selalu saja salah tingkah saat Axel memuji dirinya meski sekecil apa pun itu.
"Oh ya, setelah ini ada yang mau aku bicarakan denganmu. Sedikit tentang organisasi," ucap Axel beralih pada topik lain.
"Baiklah, mau bicara di ruang tengah seperti biasa?" balas dan tanya Miller balik.
Axel mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya makan malam mereka berlangsung seperti biasanya.
"Biar aku yang bereskan, tunggu aku di ruang tengah." Miller mencegah Axel untuk membereskan alat makannya sendiri setelah makan malam mereka usai.
"Oke." Tanpa mau banyak protes Axel mengiyakan ucapan Miller lalu beranjak untuk pergi ke ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Mpreg, Yaoi/BL, Smut]
RomanceSaat dua penerus organisasi mafia besar harus menikah karena terpaksa, bukan cinta. Sebagai seorang alfa, Miller tidak pernah menyangka bahkan tidak menyadari sama sekali bahwa Axel, bos mafia dari pihak musuh yang terkenal kejam itu adalah seorang...