Author POV
Gavin menaruh satu mangkok bubur di depan Darren yang sedang duduk di atas karpet di ruang tengah apartmentnya alih-alih duduk di atas sofa yang ada disana. Jika Gavin perhatikan keadaan Darren sudah jauh lebih baik dari tadi malam dan dia bersyukur untuk itu.
"Lo masak?" tanya Darren pada Gavin yang juga duduk di bawah dengan satu mangkok bubur yang sama.
"Enggak. Gue gak bisa masak. Ini tadi gue gofood." sahut Gavin
Darren mengangguk lalu mulai makan bubur yang Gavin siapkan.
"Udah mendingan?" tanya Gavin pada Darren.
"Udah. Sorry buat yang tadi malem, otak gue kayaknya lagi bermasalah kemarin."
"Cerita aja kalau emang lo butuh cerita."
"Kan kemarin udah."
"Maksud gue jangan nunggu sampe kayak kemarin. Gue panik."
"Panik kenapa?" tanya Darren.
"Pake nanya."
"Lagian gue gapapa."
"Mama bilang lo ngasi uang trus lo juga bilang nggak balik lagi, gue takut kejadian kayak yang di kolam renang." sahut Gavin.
"Hampir.." kata Darren menanggapi.
"Tapi lo nyelametin gue sekali lagi." lanjut Darren.
"Kenapa ngasi uang ke mama?" tanya Gavin.
"Permintaan maaf."
"Lo nggak salah, ngapain minta maaf?"
"Gue cuma mau bertanggung jawab sama kekacauan yang udah gue bikin."
"Bukan lo yang bikin kacau dan bukan lo yang harusnya bertanggung jawab." kata Gavin.
"Iya, yaudah."
"Jangan kayak gitu terus. Kan gue udah bilang kalau lo boleh cerita ke gue. Kalau dipendam terus jadinya malah kayak kemarin."
"Hmm got it."
Mereka lalu makan dengan diam.
"Vin, gue mau stay di Sydney." kata Darren tiba-tiba sampai membuat Gavin terbatuk.
"Sydney?"
"Iya. Opa sama Oma nawarin gue buat tinggal sama mereka disana."
"Seterusnya? Nggak akan pulang kesini?" tanya Gavin. Dia tidak tau kenapa matanya memanas mendengar apa yang Darren katakan.
"Pulang? Emangnya gue punya rumah, Vin?" tanya Darren sambil tertawa miris.
"Punya, rumah ragasta punya lo."
"Gue nggak mau kesana lagi, terlalu banyak kenangan buruk disana."
"Yaudah nanti rumahnya dijual aja trus beli yang baru. Kita bisa tinggal bareng. Emang lo nggak akan kangen sama Eva?"
"Kangen, pasti. Tapi gue kayaknya butuh menjauh dari sini dulu."
"Lo mau pergi setelah hubungan kita membaik kayak gini?" tanya Gavin pelan.
"Kalau nanti gue minta lo pulang gimana? Gue udah tepatin janji buat selalu ada buat lo, trus sekarang lo mau pergi? Trus gue sama siapa? Gue kira kita bakalan selalu ada satu sama lain." kata Gavin lagi. Tidak ada nada marah, hanya kecewa dan sedih.
"Lo punya banyak temen disini Vin."
"Kata siapa?"
"Gue nggak punya banyak temen Ren. Papa bilang gue nggak boleh terlalu deket sama orang lain jadi gue nggak bisa nyari temen." kata Gavin dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars | Watanabe Haruto
Teen FictionAnd how the star lost in the darkness . . . . . . ⚠️ Physical Abuse, Mental Illness, Harsh Word, Brothership, BxG, Angst. 🦋 Hati-hati dengan warning diatas ya..