Spesial chapter Jendra's PoV

2.2K 103 3
                                    

Hehehehe maaf baru up, ya. Kebanyakan main, jadi baru ingat!  Semoga masih nungguin, ya!

Sudah sangat lama aku ingin mendengar kata 'mas' tersemat menjadi panggilan. Dan siang ini, Narumi mengabulkan permintaanku beberapa waktu lalu itu. Aku tidak memaksa, aku ingin dia berinisiatif dengan sendirinya.

Ada rasa hangat menjalar, sangat nyaman dan membahagiakan. Apalagi pengucapannya disertai malu-malu kucing dengan pipi bersemu merah. Aish! Narumi menggemaskan berkali-kali lipat.

Cup!

"Hummmp ..." Aku membungkam bibir tebal Narumi berwarna merah alami itu. Decakan demi decakan terdengar bersahutan.

Tanganku reflek menaikkan tanktopnya hingga gundukan berlapis bra putih itu terlihat. Tanpa menunggu lagi, aku mengeluarkan keduanya agar terbebas. Nipple Narumi sudah mengacung sempurna. Ah, aku segera meraup salah satunya, sementara yang lain kuremas dan pilin, hingga membuat Narumi mendesah. Aku makin terpacu. Komitmen yang kutanam untuk tidak menyentuh Narumi lebih dari ini segera menggetok kesadaran.

"Sayang," panggilku serak.

Narumi yang dari tadi mendongak, menatap sayu ke arahku.

"Kenapa, Mas?"

"Ayo, kita menikah!" ajakku serius.

Narumi mengerjap. Sepertinya, dia belum menyadari ucapanku barusan.

"Sayang, Naru, ayo kita menikah!" ucapku sekali lagi, kini diiringi mengecup bibirnya yang terbuka.

"Mas Jendra ceritanya ngelamar?" tanya Narumi polos.

"Iya, Sayang. Maaf, ya, tidak ada romantis-romantisnya." Seharusnya, aku mempersiapkan makan malam atau sebuah cincin. Ini malah mengajaknya saat kami sama-sama menahan gairah. Ya ampun, Jendra!

"Gak papa, sih. Tiap hari Mas juga romantis. Jadi, ini beneran?"

Aku mencubit caping hidungnya gemas. Kenapa Narumi sepolos ini, padahal dia tidak polos sama sekali.

"Iya. Agar kita lebih leluasa melakukan apa pun."

"Heee? Jadi, karena ingin melakukan apa pun?"

Lah, malah salah paham. Perempuan memang makhluk paling sulit dimengerti. Sekalipun aku berusaha peka, tetap saja kadang terjadi missing.

"Bukan gitu, Sayang. Memang sudah saatnya."

Narumi tampak berpikir. Sementara, aku menurunkan bajunya seperti semula. Tidak baik lama-lama menatap gundukan lembut itu. Bisa-bisa macan yang tadi bangun, malah lepas kendali.

"Baiklah. Naru mau nikah sama Mas Jendra."

Cup!

Aku kembali menghujani wajah Narumi dengan kecupan-kecupan ringan. Hah, rasanya kembang api meledak di dada Jendra.

*

Wanita itu masih tersipu-sipu. Duh, lucunya. Pengin nerkam, tapi lagi-lagi kesadaran paling rasional mengurung gairah seorang Jendra. Aku akan menyentuh Narumi setelah mengikat janji di hadapan Tuhan.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang