Cuplikan bab 1
Meninggalkan Luka
Plak!
Tamparan keras dari tangan lelaki yang sangat dicintainya. Aluna, perempuan 24 tahun itu harus kembali merasakan kekerasan kesekian kalinya dari sang suami. Sembari memegangi pipi yang memerah, Aluna mencoba bangkit, tapi si suami kembali menarik rambutnya.
"Dengar, Aluna! Jika bukan karena orang tuamu, aku tidak akan pernah menjadikanku istri. Tapi sekarang berbeda, mereka sudah mati, jadi sekarang kau hanya sampah!"
Brak!
Dimas tanpa belas kasih kembali menghantam kepala Aluna ke sudut nakas. Hatinya dipenuhi amarah karena sang istri tak bisa memenuhi permintaannya ke sekian kali.
Semua berawal dari setahun lalu, Dimas terpaksa menikahi Aluna karena orang tuanya. Gadis itu hanya gadis kampung biasa yang tidak tahu apa-apa dan dengan polos mengiyakan saja saat keluarga dari kota melamar untuk menjadikan istri. Orang tua Aluna berdalih mereka sudah mengenal keluarga Dimas dengan baik di masa lalu.
Namun semua tidak semanis di awal. Keluarga Dimas ataupun Dimas sendiri hanya ingin mengambil keuntungan menikahi Aluna untuk menguasai beberapa hektar lahan yang dimiliki orang tunya. Bahkan, keluarga Dimas dengan tega membunuh keluarga Aluna yang tersisa.
Kemalangan tak cukup di sana, Aluna harus menerima fakta jika anaknya meninggal setelah beberapa hari dilahirkan. Kini, hidupnya sudah tak bermakna, maka dari itu dia selalu diam saat dihajar oleh sang suami.
Dimas sangat jengah melihat istrinya sendiri. Ia menyebutnya perempuan pplos yang terlalu bodoh.
"Hah, menjengkelkan! Melihat wajahmu membuatku ingin selalu segera mencekikmu, tapi tunggu sebentar lagi hingga surat pindah nama selesai, kau juga akan selesai, Luna."
Setelah mengatakan itu, Dimas pergi meninggalkan Aluna dalam keheningan. Luka dikepalanya masih mengeluarkan darah, tapi Aluna tidak merasakan apa pun. Bibirnya terlalu lelah untuk mengatakan sesuatu.
Wanita dengan luka di sekujur tubuhnya itu merangkak mendekati kasur tipis di sudut ruang. Ya, semenjak menikah dia tidak pernah mendapatkan haknya sebagai seorang istri. Bahkan, dia harus tinggal di bangunan belakang jauh dari kediaman utama. Semua keluarga Dimas membencinya, alhasil di sinilah Aluna sekarang.
Tangan kurus yang membiru itu mengambil sesuatu di bawah kasur lantai, sebuah foto hasil USG saat kandungannya enam bulan. Hanya itu yang Aluna miliki, bahkan dia tidak melihat saat anaknya dilahirkan.
"Sayang, apakah ibu boleh menyusul? Boleh, ya? Ibu sudah tidak kuat di sini. Rasanya sangat sakit, Nak," lirihnya nyaris tanpa suara. Bahu ringkih Aluna bergetar, ia menangis lagi.
Sementara, di sisi lain, Dimas sudah kembali ke bangunan utama. Ia disambut sang ibu yang sedang mematut kuku-kuku cantiknya.
"Ada apa lagi dengan wajahmu itu, Nak?" tanya sang ibu.
"Biasalah. Melampiaskan emosi. Jadi, kapan kita akan mengeksekusi perempuan itu?" tanya Dimas balik.
"Sebentar lagi, bersabarlah sebentar, Nak."
Mereka sungguh tak berbeda. Dimas ataupun keluarganya sama-sama ingin menguasai lahan yang cukup luas milik keluarga Aluna.
*
Seorang pria berbalut jas hitam mengerang frustrasi. Sudah kesekian kalinya dia tidak bisa melanjutkan pekerjaan karena laporan asistennya.
"Cari lagi, saya tidak mau tahu, Rik!" bentak pria itu mengusir asistennya untuk segera keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangatnya Ranjang Ayah Muda
ChickLitNarumi tidak pernah menyangka akan terlibat perasaan dengan mertuanya sendiri. *Cover bikinan temenku @dewandaru Banyak adegan 1821-nya. Bocil jauh-jauh sana!