Cemburunya perempuan

6.7K 197 6
                                    

Agak sedikit vulgar. Tiati deh!





Pria itu masih cemberut. Kesalnya sama sekali belum reda. Terlebih Narumi malah asyik terkekeh ringan.

Jendra juga tidak tahu. Di dekat Narumi, dia menjadi sosok kekanakan. Mungkin di mata orang lain akan terlihat menyebalkan, akan tetapi di hadapan Narumi, sikap kekanakan Jendra itu menggemaskan. Apalagi kalau sudah salting, telinganya memerah terus mengalir ke pipi. Hidung mancungnya juga ikutan merah. Beuh!

Kadang Narumi sangat kagum dengan hidung pria itu yang bisa semancung itu. Narumi pernah bertanya suatu hari, katanya "Pa, hidung Papa op di Korea, ya?" Tentu saja jawabannya, tidak. Emang turunan mendiang sang ibu yang merupakan Suku Uighur.

"Nonton apa ke toko buku dulu?" tanya Jendra.

Kini, mereka telah sampai di parkiran mal.

Narumi menimbang-nimbang. Sebelum itu, dia mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa jadwal film. Ahaah, masih dua jam lagi film yang dimaunya tayang. Jadi, dia akan ke toko buku dulu. Gini-gini Narumi suka buku. Terutama fiksi, seperti novel atau kumpulan cerpen. Tak pelak terkadang dia pun memesan secara online jika memang sreg dengan suatu bacaan.

"Toko buku dulu. Filmya baru tayang dua jam lagi."

Jendra keluar lebih dulu, lalu membuka pintu mobil untuk Narumi. Wanita itu tersenyum dan dengan gerakan kilat, menyambar bibir Jendra yang masih mengerucut.

"Nah, senyum gituloh! Bibir, kok, cemberut. Papa tau, gak, kalo bibi Papa itu cipokable? Jangan cemberut lagi."

Jendra tak kuasa menahan senyumnya. Dia terkekeh singkat hingga gigi ratanya terlihat. Duh, mati! Narumi memegang dadanya lebay. Tawa Jendra itu mematikan, mematikan saraf-sarafnya. Manis banget! Narumi terpekik dalam hati. Mending lihat wajah datar, daripada wajah tersenyum, Narumi bisa-bisa mati mendadak. Lebay memang.

"Ayo, Sayang. Kenapa malah kamu yang bengong?"

"Hehe, gak papa. Ayo, daripada kelamaan di sini, takut jantung lemah, Pa."

Jendra yang tidak mengerti arah perkataan Narumi, hanya mengernyit. Dia sudah biasa mendengar wanita itu bergumam tidak jelas. Entah membicarakan apa. Dan anehnya, Jendra menyukai hal itu.

Mereka berjalan bergandengan. Bukan Narumi, tetapi Jendralah yang menggenggam pergelangan tangan Narumi. Sesekali matanya memicing saat sekumpulan pemuda menatap minat pada kekasihnya.

"Cih!"

"Heh? Kenapa?" tanya Narumi tak sengaja mendengar Jendra berdecih.

"Gak papa. Langsung ke toko buku, kan?"

"Humm, ada novel yang aku incer dari kemarin."

Keduanya melangkah pada eskalator. Narumi memperhatikan sekeliling, sedang Jendra terus menatapnya penuh cinta.

Pria itu tidak menyangka, gadis yang dulunya suka menganggu dan ceroboh, malah jadi kekasihnya sekarang. Ya, Jendra akui, Narumi itu ceroboh, selalu memancing situasi yang rawr. Membuatnya selalu berusaha untuk menahan diri dan berakhir senam lima jari di kamar mandi.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang