Bab 6: Runtuhnya Pertahanan Karel

2 0 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, namun bagi Karel, setiap menit di sekolah terasa seperti siksaan tak berujung. Vince dan gengnya semakin berani. Mereka tidak hanya memojokkan Karel di lorong-lorong sekolah, tetapi kini mereka mulai mempermalukannya di depan kelas.

"Karel, coba jelasin ke kita kenapa nilai lo selalu rendah, padahal lo diem aja sepanjang waktu!" ejek Vince, sambil melempar buku matematika Karel ke lantai.

Tawa teman-teman sekelas menggema, tapi ada beberapa yang tampak gelisah, termasuk Rey. Namun, tidak ada yang cukup berani untuk melawan Vince.

Rey mencoba mendekati Karel di jam istirahat. "Karel, lo nggak bisa gini terus. Gue serius, kita harus bilang ke guru atau ke kakak lo," ucapnya dengan nada khawatir.

Namun, Karel hanya menggeleng lemah. "Gue nggak mau bikin Rafael khawatir. Dia udah punya cukup banyak beban tanpa harus ngurusin gue."

Rey menghela napas panjang, merasa putus asa. Dia tahu Karel terlalu keras kepala untuk meminta bantuan.

---

Sementara itu, di rumah, Rafael mulai merasa ada yang berubah dengan adiknya. Karel yang biasanya ceria kini lebih sering diam di kamar. Senyum yang dulu selalu terlihat di wajahnya perlahan menghilang.

Suatu malam, Rafael mencoba mendekati Karel. "Karel, semuanya baik-baik aja di sekolah?" tanyanya lembut.

Karel terdiam sejenak, lalu memaksakan senyuman. "Iya, Bang, semuanya baik. Gue cuma capek aja, kok."

Rafael tahu Karel sedang berbohong, tapi dia tidak ingin memaksa adiknya berbicara. Dia hanya bisa berharap Karel akan membuka diri dengan sendirinya.

---

Di sekolah, Vince dan gengnya tidak berhenti. Suatu hari, mereka menyeret Karel ke gudang olahraga, tempat di mana tidak ada yang bisa melihat atau mendengar.

"Lo pikir lo bisa ngeluh ke siapa aja tentang kita?" Vince mendekat, wajahnya penuh amarah.

"Aku nggak bilang apa-apa," jawab Karel dengan suara bergetar.

Namun, Vince tidak percaya. Dengan satu dorongan kuat, Karel terjatuh ke lantai. Tawa kejam dari geng Vince mengiringi rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

Di sudut gudang, Karel merasakan air mata menggenang di matanya. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasa hancur.

Di tengah kegelapan itu, hanya ada satu pikiran di benaknya: "Kenapa semua ini harus terjadi sama gue?"

---

Di Balik Bayangan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang