Bab 11: Kedukaan yang Mendalam

3 0 0
                                    

Hari-hari setelah insiden itu berlalu dengan lambat. Rafael masih belum bisa melupakan pertemuannya dengan Vince dan gengnya. Meski begitu, yang paling menghantuinya adalah adiknya, Karel. Ia merasa sangat tidak berdaya melihat adiknya semakin terpuruk.

Di rumah, suasana semakin suram. Karel semakin sering mengurung diri di kamarnya. Setiap kali Rafael mencoba untuk berbicara, Karel hanya memberi jawaban singkat dan terburu-buru. Raut wajahnya tampak kosong, dan lebih sering terbayang kesedihan yang mendalam di matanya.

Suatu malam, saat Rafael pulang dari sekolah, dia melihat adiknya duduk di tepi ranjangnya, memandangi ruang kosong di depan dengan mata yang terlihat seperti tidak ada harapan. Rafael tahu, adiknya sudah hampir tidak bisa lagi menahan beban itu. "Karel," Rafael memanggil lembut, mencoba untuk mendekat.

Namun, Karel hanya terdiam. Tidak ada jawaban, tidak ada ekspresi. Rafael bisa merasakan betapa rapuhnya adiknya sekarang. Tiba-tiba, Karel berdiri dan berjalan menuju jendela. Tanpa kata-kata, dia membuka jendela dan melihat keluar, seperti ada yang mengundangnya untuk keluar dari kegelapan yang selama ini menghantuinya.

"Karel... lo nggak sendiri. Gue ada buat lo," Rafael berkata dengan penuh ketulusan, meskipun hatinya sendiri sudah hancur melihat keadaan adiknya.

Namun, Karel hanya menunduk. "Lo nggak ngerti apa yang gue rasain, Bang," jawabnya dengan suara pelan dan penuh kepedihan. "Gue nggak kuat lagi, Bang."

Rafael merasakan dadanya sesak. "Gue ngerti lebih dari yang lo kira, Karel. Lo nggak sendiri. Gue bakal bantu lo, apapun yang terjadi."

Namun, malam itu berlalu tanpa perubahan. Karel tetap diam, menatap langit malam, dengan perasaan yang semakin jauh dari jangkauan.

---

Pagi berikutnya, Rafael terbangun lebih awal, perasaan cemas menggerogoti hatinya. Tanpa banyak berpikir, ia langsung menuju kamar Karel. Namun, pintu kamar adiknya terkunci dari dalam. Dengan cepat, Rafael mengetuk pintu dan memanggil, "Karel! Lo oke?"

Tidak ada jawaban.

Panggilannya semakin keras, namun tetap sepi. Rafael mulai merasa ada yang tidak beres. Dengan ketakutan yang semakin menyelimutinya, ia mencoba membuka pintu dengan paksa, merasakan ada yang aneh dari kunci yang macet. Setelah beberapa detik, pintu berhasil terbuka sedikit.

Saat pintu terbuka lebar, Rafael terkejut melihat adiknya tergeletak di lantai. Di sekelilingnya, ada botol pil yang berserakan. Karel, dengan mata tertutup, tubuhnya kaku dan tidak bergerak. Rafael berlari menuju adiknya, memeriksa denyut nadi dan mencoba membangunkannya, tapi tidak ada respons.

Rafael mulai panik, berteriak memanggil nama adiknya, "Karel! Bangun, Karel! Jangan tinggalin gue!" Namun, saat itu juga dia sadar bahwa adiknya tidak akan bisa bangun lagi.

Karel sudah pergi.

Rafael merasakan seluruh dunia berhenti berputar. Semua perasaan itu datang sekaligus, marah, kesal, bingung, dan hancur. Ia mengguncang tubuh Karel, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tangisan berat keluar dari tenggorokannya, suara kesakitan yang memekakkan telinga.

Ia tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup setelah ini. Semua yang dia perjuangkan untuk adiknya, semua yang dia coba lakukan, ternyata tidak cukup. Karel sudah pergi, meninggalkan segalanya dalam kekosongan yang sangat dalam.

---

Rafael terdiam. Ia merasa sangat bersalah, merasa gagal sebagai seorang abang yang harusnya melindungi Karel dari semua penderitaan yang telah ia alami.

---

Sore itu, setelah kejadian tragis itu, Rafael duduk sendirian di halaman rumah, memandang ke langit yang mendung. Dendam itu membakar dalam dirinya, membara lebih kuat dari sebelumnya. Karel, adiknya yang telah pergi, tidak akan ia biarkan mati sia-sia.

Rafael bersumpah dalam hati, "Mereka yang telah membuat adikku menderita, mereka yang telah menghancurkan hidupnya, akan merasakan akibat dari perbuatan mereka."

Dendam ini akan membawa Rafael pada sebuah perjalanan yang tak akan pernah dia lupakan. Dengan tekad yang membara, ia akan membalas semua yang telah dilakukan pada Karel.

---

Di Balik Bayangan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang