Langit yang mendung menambah atmosfer mencekam di sekitar kota, membawa kegelapan yang semakin pekat. Malam itu, Davin, Raka, dan Bima berkumpul di sebuah kafe kecil, membahas kejadian-kejadian yang semakin meresahkan mereka. Edo yang masih belum pulih sepenuhnya, terdiam dalam kecemasannya. Ia tak bisa melupakan suara-suara yang menghantui malam itu.
Davin menatap layar ponselnya, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia tahu mereka berada dalam bahaya besar, namun tetap tidak tahu siapa yang sebenarnya mengincar mereka.
“Lo pikir siapa yang ngelakuin ini?” tanya Raka, sambil meneguk minumannya. “Kok bisa sih ada orang yang kayak gitu?”
Bima hanya menggelengkan kepala. “Gue nggak tahu. Tapi kayaknya ini bukan cuma kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar.”
Tiba-tiba, suara ponsel Davin berdering, memecah keheningan. Ia segera melihat pesan yang masuk.
Pesan:
“Mereka nggak tahu siapa lo sebenarnya, kan? Tapi gue tahu. Waktunya balas dendam sudah dekat.”
Davin menatap pesan itu dengan mata terbelalak. Itu adalah ancaman. Teror yang semakin nyata.
“Gue nggak tahu siapa yang ngirim ini, tapi ini pasti ada hubungannya dengan Karel,” gumam Davin. “Lo masih inget kan tentang si Rafael? Orang yang selalu membela Karel?”
Raka mengangguk, namun matanya masih penuh kebingungan. “Tapi kenapa dia nggak pernah muncul? Kenapa nggak ada yang tahu dia?”
Bima menatap Davin dengan cemas. “Mungkin dia sudah lama hilang. Tapi sekarang, dia kembali.”
Davin mengangguk pelan. “Dan dia nggak main-main. Ini bukan cuma soal Karel. Ini tentang semuanya. Tentang kita.”
Sementara itu, di tempat yang jauh dari mereka, Rafael berdiri di atas gedung tinggi, menatap kota dengan tatapan kosong. Dia memegang foto lama Karel di tangannya, gambar yang sudah mulai pudar oleh waktu. Wajah Karel yang masih muda itu memantulkan kenangan lama yang tak pernah bisa dihapuskan. Dendam yang sudah terpendam terlalu lama.
“Gue akan pastikan lo semua menyesal,” kata Rafael dalam hati, suara hatinya penuh dengan amarah yang membara. “Ini baru permulaan.”
Ia menurunkan pandangannya dan mulai melangkah menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Sebuah rencana baru sudah terbentuk di benaknya, lebih gelap dan lebih mengerikan. Tidak ada yang akan lolos dari terornya.
---
Di Rumah Davin
Raka, Bima, dan Davin duduk terdiam, menatap satu sama lain. Udara di sekitar mereka terasa tegang. Mereka tahu bahwa ancaman yang datang sudah terlalu dekat, dan tak ada tempat yang aman lagi. Mereka harus bergerak cepat. Jika tidak, mereka akan menjadi korban berikutnya.
“Apa yang harus kita lakuin?” tanya Bima, suaranya gugup. “Kita nggak bisa terus-terusan ketakutan kayak gini.”
Davin menghela napas, matanya menatap ke luar jendela, memandang kota yang tampak biasa-biasa saja dari luar. “Kita harus cari tahu siapa yang ada di balik semua ini. Kalau nggak, kita nggak akan bisa bertahan.”
Tapi saat Davin berbicara, pikirannya melayang pada Rafael. Dulu, mereka hanya tahu dia sebagai seorang yang jauh dari perasaan dendam. Tapi kini, semuanya berubah. Rafael bukan hanya musuh dari masa lalu, tapi juga ancaman besar bagi mereka semua.
“Siapa pun itu, dia pasti tahu lebih banyak dari yang kita pikirkan,” kata Davin, memecah keheningan.
---
Di Tempat Lain
Rafael menggerakkan jarinya di atas meja kayu yang gelap, matanya tetap kosong dan penuh amarah. Ia tahu siapa yang akan dia hadapi selanjutnya. Semua ini sudah direncanakan dengan matang.
Dan kali ini, dia tidak akan berhenti sampai semuanya hancur. Mereka harus membayar untuk apa yang telah mereka lakukan.
---
Kembali ke Tempat Kumpul Davin
Raka menatap Davin dengan cemas, mencium ketegangan di udara. “Lo pikir, Rafael bakal menyerang kita satu per satu?”
“Bisa jadi,” jawab Davin. “Tapi dia pasti punya rencana lebih besar. Kita harus siap untuk itu.”
Keheningan kembali merayapi ruangan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Mereka hanya bisa berharap bahwa mereka bisa bertahan lebih lama lagi sebelum teror itu sampai pada mereka.
Namun di luar sana, Rafael sedang mempersiapkan langkah selanjutnya. Dan kali ini, dia tidak akan ada ampun.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Bayangan Dendam
Mystery / ThrillerKarel Pratama adalah seorang siswa SMA yang hidup di bawah bayang-bayang rasa takut dan penghinaan. Setiap hari, ia menjadi sasaran bullying dari sekelompok siswa yang tak kenal belas kasihan. Meski memiliki sahabat setia, Rey, yang selalu mendukung...