Rafael terus melangkah dalam jalan yang dipilihnya, meski bayang-bayang keraguan terus menghantuinya. Setiap langkahnya menuju pembalasan terasa semakin berat, namun lebih sulit lagi bagi dirinya untuk mundur. Hatinya dipenuhi dengan rasa kehilangan yang mendalam, dan seolah-olah hanya satu cara yang bisa menghilangkan rasa sakit itu—menghancurkan mereka yang telah membuat adiknya menderita.
Malam itu, Rafael duduk di meja belajarnya, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan foto-foto Karel yang tersenyum bahagia, yang kini hanya menjadi kenangan pahit. “Karel…” Rafael berbisik pelan, menahan air mata yang ingin keluar. “Aku janji, mereka semua akan merasakannya.”
Rey, yang masih merasa cemas akan tindakan Rafael, memutuskan untuk menemui sahabatnya di rumah. Ia tahu bahwa Rafael semakin terperosok dalam rencananya yang kelam. Begitu ia tiba, ia langsung masuk ke kamar Rafael dan duduk di sampingnya.
“Raf, ini tidak benar,” kata Rey, mencoba menahan rasa khawatirnya untuk menyampaikan kembali kalau Rafael udah terlalu jauh . “Kamu dapat membahayakan dirimu sendiri dengan semua ini. Pembalasan dendam tidak akan membawamu kemana-mana.”
Namun, Rafael tetap diam, seolah-olah tidak mendengar kata-kata sahabatnya. Baginya, tidak ada yang bisa meredakan kemarahannya. Tidak ada jalan keluar selain membuat mereka yang telah menyiksa Karel merasakan ketakutan yang mendalam, seperti yang telah dirasakan oleh adiknya.
“Kau tidak mengerti, Rey. Mereka sudah menghancurkan hidup adikku,” jawab Rafael dengan suara yang penuh amarah. “Mereka harus membayar atas semua itu.”
Rey menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu betul perasaan Rafael, namun ia juga tahu bahwa balas dendam hanya akan membuat keadaan semakin buruk. “Kamu ingin membalas mereka, Raf, tapi kamu juga tahu kalau tidak ada yang bisa mengembalikan Karel. Kamu akan kehilangan dirimu sendiri kalau terus seperti ini.”
Rafael menatap sahabatnya dengan tajam, matanya penuh dengan keteguhan. “Aku sudah kehilangan segalanya, Rey. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi setelah ini.”
Sementara itu, para pembuli Karel—Vince, Edo, Raka, Bima, dan Davin—masih menjalani hari-hari mereka seperti biasa, tanpa menyadari bahwa waktu mereka semakin pendek. Rafael mengamati mereka dengan cermat, mencari celah yang tepat untuk melancarkan rencananya. Setiap pergerakan mereka ia catat, setiap langkah mereka ia amati dengan seksama.
Di malam yang sama, Rafael memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat lagi kepada mereka. Kali ini, pesannya lebih jelas dan mengancam. Pesan itu dikirimkan kepada setiap pembuli Karel dengan satu kalimat yang mengerikan:
“Akan ada harga yang harus dibayar. Waktumu sudah habis.”
Mereka yang menerima pesan itu merasa ketakutan, meskipun tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Namun, ketakutan itu mulai meresap, dan mereka mulai merasa ada sesuatu yang mengintai mereka.
Rafael, di sisi lain, merasa puas. Ia tahu bahwa ancamannya telah berhasil membuat mereka gentar, tetapi ini baru permulaan. Semua yang telah dilakukan kepada Karel akan dibayar dengan harga yang sangat mahal. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang.
Namun, di dalam hati Rafael, ada perasaan yang tak terdefinisikan. Sesaat, ia merasa seperti berada di ujung jurang yang sangat dalam, dan satu langkah lagi bisa membuatnya jatuh. Tapi saat ia menatap foto Karel yang tersenyum, perasaan itu kembali menguatkan tekadnya. Ia tak akan berhenti sampai para pembuli itu merasakan rasa sakit yang sama.
Ketika semua tampaknya semakin memburuk, Rey kembali mencoba mendekati Rafael. “Raf, berhentilah. Kamu tahu ini tidak akan mengubah apa pun. Jangan biarkan dirimu terjerumus lebih dalam lagi.”
Namun, Rafael hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Tidak ada jalan kembali baginya. Rencana itu sudah jauh berjalan, dan ia akan menyelesaikan apa yang sudah dimulainya. Tidak ada yang bisa menghentikannya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Bayangan Dendam
Mystery / ThrillerKarel Pratama adalah seorang siswa SMA yang hidup di bawah bayang-bayang rasa takut dan penghinaan. Setiap hari, ia menjadi sasaran bullying dari sekelompok siswa yang tak kenal belas kasihan. Meski memiliki sahabat setia, Rey, yang selalu mendukung...