Setelah Vince ditemukan meninggal secara tragis di taman, ketegangan menyelimuti kelompok pelaku bullying. Kematian Vince yang tiba-tiba, ditambah luka-luka aneh di tubuhnya, membuat semuanya bertanya-tanya siapa pelakunya. Meski tak ada yang berani mengatakannya secara langsung, semua merasa ini bukanlah sebuah kebetulan.
Edo, salah satu pelaku, merasa tertekan sejak kejadian itu. Ia sering merasa ada yang mengawasinya. Malam itu, saat sedang berjalan pulang dari tempat biliar, ia mendengar langkah kaki yang mengikuti dari belakang. Ia berhenti, menoleh, tapi tidak ada siapa pun. Ia tertawa kecil, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya imajinasi.
Namun, beberapa meter kemudian, ia kembali mendengar langkah itu. Kali ini lebih cepat, seperti mengejarnya. Edo panik, ia mempercepat langkah, lalu berlari hingga masuk ke rumahnya.
Di dalam, ia memeriksa setiap pintu dan jendela, memastikan semuanya terkunci. Tapi saat ia hendak naik ke kamarnya, sebuah benda kecil di depan pintu menarik perhatiannya. Itu adalah pisau kecil, serupa dengan yang ditemukan di dekat tubuh Vince. Edo terdiam, tangannya gemetar saat mengambil pisau itu. Di gagangnya tertulis, "Giliranmu berikutnya."
---
Keesokan harinya, Edo mulai menunjukkan perubahan drastis di sekolah. Ia menjadi pendiam, berbeda dari biasanya yang selalu bersikap keras kepala dan percaya diri. Saat istirahat, ia memanggil Raka dan Bima ke sudut taman sekolah.
“Kalian ngerasa ada yang aneh, nggak?” tanyanya pelan, matanya terus melirik sekeliling.
“Aneh gimana?” Raka menatapnya curiga.
“Kemarin, ada pisau kecil di depan pintu rumahku. Sama persis kayak yang ditemukan di deket mayat Vince.” Edo berbicara dengan suara gemetar.
Bima tertawa sinis, meski wajahnya sedikit pucat. “Mungkin ada yang ngerjain kamu. Jangan-jangan itu kerjaan Davin, dia sekarang kelihatan beda banget.”
“Ini serius, Bim! Gue nggak bercanda!” bentak Edo.Sebelum diskusi mereka berlanjut, Edo mendengar suara tawa kecil dari balik pohon. Ia melirik ke arah itu, tapi tidak ada siapa pun. Tawa itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas. Edo memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata lagi, membuat Raka dan Bima saling bertukar pandang.
---
Malam itu, Edo kembali merasakan sesuatu yang aneh di rumahnya. Ia mendengar bunyi berisik dari arah dapur. Dengan langkah ragu, ia menuju sumber suara, hanya untuk menemukan bahwa lemari penyimpanannya terbuka. Di dalamnya, ia menemukan foto dirinya bersama Vince, Raka, dan Bima. Wajah Vince pada foto itu dicoret hingga penuh goresan seperti luka. Di bawahnya tertulis dengan tinta merah, "Siapa yang akan menyelamatkanmu sekarang?"
Panik, Edo mengunci dirinya di kamar. Tapi malamnya, ia mendengar ketukan di jendela kamarnya. Ketukan itu pelan, tapi konstan, seolah-olah seseorang sedang mencoba menarik perhatiannya. Dengan gemetar, ia membuka tirai. Tidak ada siapa pun di sana, hanya sebuah kertas kecil yang menempel di kaca. Kertas itu bertuliskan, "Aku tahu apa yang kamu lakukan. Kamu tidak bisa lari."
---
Di tempat lain, Rafael tersenyum tipis di dalam kamarnya. Ia tahu teror yang ia mulai sudah berhasil meruntuhkan salah satu pelaku. Ia memegang buku catatan kecil yang penuh dengan nama dan rencana, setiap detailnya tertulis dengan rapi.
“Ini baru permulaan,” gumamnya sambil menatap keluar jendela.Teror terhadap Edo baru saja dimulai, dan ini hanya langkah pertama menuju pembalasan dendam yang lebih besar.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Bayangan Dendam
Mystery / ThrillerKarel Pratama adalah seorang siswa SMA yang hidup di bawah bayang-bayang rasa takut dan penghinaan. Setiap hari, ia menjadi sasaran bullying dari sekelompok siswa yang tak kenal belas kasihan. Meski memiliki sahabat setia, Rey, yang selalu mendukung...