Rafael menatap langit malam dari jendela kamarnya. Kota yang dulu terasa ramai dan penuh kehidupan kini terasa sunyi, seolah semua orang di sekitarnya tahu bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi. Kegelapan malam menciptakan bayangan yang semakin panjang, dan Rafael merasa bahwa bayangan itu mengikutinya. Setiap malam, ia merasakan adanya ketegangan yang makin menekan, sebuah kekuatan yang datang dari balik kegelapan. Itulah yang ia rasakan setiap kali ia berpikir tentang Karel, adiknya yang tak akan pernah kembali.
Ia tahu, dalam hati, bahwa ini adalah waktu yang tepat. Semua rencana yang ia buat sudah hampir selesai, dan semuanya akan berakhir dengan cara yang sama—balas dendam yang tak terelakkan. Pembuli-pembuli yang dulu menganggap Karel tak lebih dari sekadar objek hinaan mereka akan merasakan akibatnya. Rafael tidak akan membiarkan mereka hidup tenang setelah apa yang telah mereka lakukan.
Hari demi hari, ia telah mempersiapkan segalanya dengan hati-hati. Ia mengikuti setiap langkah mereka, memantau setiap gerakan mereka tanpa mereka sadari. Setiap detail yang ia dapatkan akan menjadi bagian dari rencana balas dendam yang sempurna. Tidak ada yang bisa lolos dari keinginannya untuk membalas apa yang telah terjadi pada Karel.
Namun, meskipun hati Rafael dipenuhi kemarahan yang membara, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ketika ia mengingat wajah-wajah pembuli itu—Vince, Davin, Edo, Bima, dan Raka—ia merasakan bukan hanya kemarahan, tapi juga sebuah kesedihan yang dalam. Mereka bukan hanya orang-orang yang telah merusak hidup Karel, tapi juga bagian dari kehidupannya yang hancur. Namun, itu tidak akan menghentikan Rafael. Semua yang telah terjadi adalah akibat dari tindakan mereka sendiri.
Malam itu, Rafael menerima pesan lain, pesan yang membuat darahnya mendidih. Pesan itu datang dari nomor yang tak dikenal, seperti biasanya, namun kali ini kata-katanya jauh lebih tajam.
"Kalian pikir kalian bisa menang? Jangan kira kalian bisa lolos dari apa yang sudah kalian lakukan. Kami akan datang untukmu."
Rafael merasa terkejut, namun juga puas. Ini adalah tanda bahwa ancaman yang ia berikan pada pembuli-pembuli itu telah sampai pada mereka. Mereka mulai merasa terpojok, dan itu membuatnya semakin yakin bahwa semuanya sudah berjalan sesuai rencana. Namun, Rafael tahu ini baru permulaan. Semuanya akan semakin memburuk.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Vince, Davin, Edo, Bima, dan Raka mulai merasa ketakutan yang semakin mendalam. Mereka yang dulu tidak pernah merasa takut pada siapa pun kini hidup dalam bayang-bayang ancaman yang datang dari arah yang tak mereka ketahui. Vince, yang selama ini merasa sebagai pemimpin kelompok, kini merasa bahwa posisinya mulai goyah. Semua orang yang terlibat dalam perundungan itu mulai merasakan adanya tekanan yang tak terelakkan.
Vince yang biasanya berani dan tak kenal takut kini terjaga di tengah malam, matanya terbelalak, mendengar suara-suara aneh di luar jendela. Suara langkah kaki yang datang mendekat, seakan-akan seseorang mengintai di luar sana. Ketakutan yang tidak biasa menghinggapi dirinya. Begitu pula dengan Davin, yang mulai merasa takut berlebihan. Setiap kali ia membuka pintu, ia merasa ada seseorang yang menunggu di luar, mengawasi gerak-geriknya.
Bima dan Raka juga mulai merasa cemas. Mereka yang dahulu begitu percaya diri dan merasa tak terkalahkan kini mulai merasakan kelemahan dalam diri mereka. Ketakutan yang menyesakkan, seakan-akan mereka terperangkap dalam perangkap yang mereka buat sendiri.
Rafael tersenyum samar saat ia mendengar cerita dari beberapa teman Karel yang mulai merasa tertekan oleh ancaman yang datang. Namun ia tahu, ini baru permulaan. Semua yang telah mereka lakukan pada adiknya akan dibayar dengan harga yang jauh lebih mahal. Mereka akan merasakan ketakutan yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.
"Ini belum selesai," kata Rafael dalam hati, "Kalian belum merasakan apapun."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Bayangan Dendam
Mystery / ThrillerKarel Pratama adalah seorang siswa SMA yang hidup di bawah bayang-bayang rasa takut dan penghinaan. Setiap hari, ia menjadi sasaran bullying dari sekelompok siswa yang tak kenal belas kasihan. Meski memiliki sahabat setia, Rey, yang selalu mendukung...