Alfiana

4.8K 311 7
                                    

Huft , pengumpulan naskah tentang Jihad buat event nulis di Madrasah tinggal 2 hari lagi . Untungnya aku bisa minta ustazah Dina buat bolos setoran satu hari buat ngerjain naskah itu.Alhamdulillah , tinggal aku koreksi ulang lalu di print , dan .. yeay , semoga hasilnya memuaskan . 

Tak terasa ya , hampir satu tahun aku di penjara suci ini . Selama itu pula , aku sedikit demi sedikit mulai berubah .Aku rasa ini adalah sebuah kebanggaan , keberhasilan Bapak dan Mama dalam memaksa aku menempuh pendidikan di jalan Allah ini. Dan Abi ... ah , itu sesuatu yang abstrak untukku . Bahkan , ketika aku meminta Umi untuk melihat wajah kedua orang tua kandungku saja Umi mengelak . Katanya , akan ada saatnya . Aku bertanya sama Abah , katanya wajah Umi ku , itu mirip Ammah , istrinya Abah. Ah iya , mereka kan kakak adik !

Aku mendapat berjuta pengalaman disini , persahabatan , kekeluargaan , niat , tekad , kerja keras , tirakat, mulai dari makan yang ala kadarnya mencuci sendiri , menimba air , memasak sendiri , yah .. suka duka itu satu kesatuan yang tak pernah bisa lepas untuk menggambarkan suasana di pondok ini ,

Ingatanku melayang satu tahun yang lalu , Aisyah yang bandel . Aisyah yang sedang gila dengan Playstation . Aisyah yang payah dan teledor . Huft .. sekarang Aisyah ini sedang bermetamorfosis seperti kupu-kupu kali ya ? Menanti dan membangun kesempurnaan . Tentunya dalam ketaatan , Bukan kah kodrat seorang wanita memang menanti ? Menanti dalam hal apa ? Takdir ? Rezeki ? Jodoh .. ? Yah , ketiganya . Menanti dalam mengharap keridhaan Allah .

Aku membuka diaryku , catatan-catatanku . Daftar hafalan yang ngadat , kitab yang belum ku maknani , utang di kantin pondok , bolos piket yang belum ku ganti , dan .. selembar foto , foto Mama dan Bapak . Hhhh, Apa kabar mereka ? Apa mereka masih mengingatku setelah sekian bulan tidak menengok dan tidak mau bicara walaupun lewat telfon padaku ? Kebiasaan ! semua orang membuat segala sesuatunya menjadi abstrak dan tidak ku mengerti . Ada apa sampai Mama dengan dalih biar aku tambah kangen , enggan bicara padaku , meskipun sekedar mengingatkan PS ku yang mulai digerogoti tikus ? 


Waktu . 

Jawaban paling merantai segalanya . Dia yang membuat misteri , kita yang penasaran , dan dia sendiri yang menjawabnya .

itu salah satu tulisan di lembar tengah diaryku , ku buka halaman selanjutnya , ada coretan yang asing . Arab pegon yang rapi , ini tulisan siapa ? Tak mungkin arabku sebagus itu . Ini kalau tidak Neng Alfi ya ... Gus Adnan? Ah entah , mereka itu serba mirip . Gaya bicara , suara sama-sama merdu , cerdas , kalem , dan tatapan mereka berdua , tatapan hujan __ meneduhkan ! tapi sayangnya , satu tahun berteman dengannya tak pernah sekalipun aku melihat wajahnya . Dia selalu menolak apabila aku meminta , terlebih hubungan ku dengannya yang semakin merenggang , menjadikan kesempatan untuk bisa melihat wajahnya menjadi semakin tipis . 

Aku jadi penasaran , 


"Tresno iku gak iso di pekso , Aku miwiti rasa iki luwih seko awakmu , dadi ngalaho" (Cinta itu nggak bisa dipaksakan . Aku yang terlebih dahulu perasaan ini lebih dari dirimu , jadi mengalahlah) . 

Apa maksudnya ? Apa itu sebuah ancaman ? Dan aku yakin itu dari Neng Alfi , tak mungkin Gus Adnan menulis yang seperti itu . Lalu apa tujuannya ? lebih dulu merasakan ? apa iya ini ada kaitannya dengan anggapan bahwa aku merebut Gus Adnan darinya ? Bukankah itu hal yang bodoh ? seharusnya ia tidak begitu , memang ada hubungan sepesial apa antara Neng Alfi dan Gus Adnan ? Pacaran ? mana mungkin seorang Gus berpacaran , dan mana mungkin gadi sealim Neng Alfi berpacaran juga ? Bukankah Neng Alfi paling anti ketemu sama ikhwan , lalu kenapa tidak kalau dengan Gus Adnan ?????


Alisku bertaut tanda tak mengerti . masalah sepele semacam ini selalu menjadi kerikil yang merumitkan .

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang