Aku meronta-ronta di tengah pelukan sosok itu. Entah dia siapa. Asalnya dari mana. Perempuan , laki laki, atau banci kah. Aku tidak tau.
Yang jelas dia mengenakan sarung bergaya ninja saat membekapkan sapu tangan berbau amat wangi yang memusingkan itu. Apa lagi ini? Sebuah penculikan pada gadis manis seperti aku?
But, wait ! Dimana sekarang aku? Aku sekarang dimana? Sekarang dimana aku ? Kenapa semuanya gelap.
Deg. Ada suara langkah mendekat. Tapi siapa? Bahkan aku tidak tau dimana letak pintu di ruangan ini. Yang jelas aku merasakan tanganku terikat ke belakang , berikut kaki ku, dan mulut yang di ikat kain. Sedikit rasa takut dan khawatir menyusup di pikiranku.
Jika benar ini kasus penculikan ? Kenapa harus aku? aku tak punya musuh sejauh ini. Apa orang-orang yang dulu pernah ku jaili? Tapi itukan di semarang, mana mungkin bisa sampai sini? Apa orang yang mau nagih utang ke aku? Seingatku utangku sudah ku lunasi lebaran tahun lalu.
Aku benar-benar tak bisa menebak dan menjawab 5W+1H yang kini mulai menari gangnam style di otakku. Ralat. Maksutku menari gaya kram ala patrick . Berputar-putar tak menentu.
Dan suara langkah itu kian mendekat. Jika aku prediksi, maka bayangan yang muncul adalah sosok pria bertubuh besar dengan kaki bagaikan debog pisang. Suara langkah itu, menakutkan! Terlebih di gelapnya pagi yang masih buta ini. Jika ini di pondok, setidaknya akan ada santri yang memergoki karena ini jam sholat tahjjud.
Tapi, sekali lagi, aku tak tau dimana ini.
"Ehm"
Bagai petir, suara berat itu mengejutkanku. Aku menahan nafas. Dia, mendekatiku.
Deg. Sontak aku teringat dengan preman desa ini. Masih ingat? Petaka maghrib ! Di setapak desa. Apa jangan-jangan.. Mereka datang lagi dan ingin berbuat seperti yang dulu lagi? Bagaiamana jika lebih parah? Bagaimana jika seperti kasus kasus di televisi. Cangkul, bambu, pembunuhan, mutilasi? Astaghfirullah..
Ya Allah aku benar benar takut.
Tiba-tiba kain yang mengikat mulutku terlepas. Dan , klik. Sebuah lampu neon kecil berwarna kuning menyala di pojok ruangan. Sesaat mataku silau. Mencoba menyesuaikan intensitas cahaya yang dapat diterima retinaku.
Dan.....
Lihat, di sana.
Deg.
Kali ini aku berharap tidak pingsan. Jangan ! Nanti aku bisa di apa-apakan !!
Dia berdiri di sudut ruangan, dekat lampu. Tubuhnya besar. Perawakannya tegap. Ia mengenakan jubah hitam dan topi lancip khas pembunuh di film-film. Dan.. Di tangan kirinya, tergenggam erat sebuah pisau bergerigi.
Kruess. Perutku mual jika membayangkan apa-apa yang akan menimpaku. Ya Allah, tolong !
Badanku berkeringat dingin. Kali ini aku benar benar takut. Lupakan saja bualan soal tarian kram tadi. Yang pasti sekarang seluruh tubuhku yang kram. Aku beku. Mau berteriak takut jika tiba-tiba ada benda tajam mengenai tubuhku. Yah, aku paling takut dengan benda tajam. __inilah yang membuat aku tak bisa memasak sampai sekarang__.
"Bicaralah nona" Tiba tiba sosok itu berbicara. Ia tetap berdiri membelakangiku. Sesekali tangannya memainkan pisau yang berada di genggamannya.
Aku masih beku.
"Hah, ternyata kamu terlalu cengeng untuk menghadapi situasi seperti ini saja nona. " Katanya lagi.
"Sssia, ssiapa, siapa ka kaa kamu?' Kataku gagap. Jangan dibayangin betapa konyolnya aku. Karena ini situasi yang sedang menegangkan. Berpikirlah bahwa kini nyawaku sedang terancam, atau bayangkan saja aku kini dalam teror valak. Serem !
KAMU SEDANG MEMBACA
LASKAR JM fi Ma'had
SpiritualAis si gadis tomboy penggila playstation harus kecewa berat.Bukannya di bawa holiday sebagai hadiah kelulusannya , ais malah di bawa ke pondok pesantren as salafi. Bersama Marwa dan Vani ,ais membentuk "Geng Jemuran" yang selalu bikin onar di...