Pinang di belah dua

4K 306 2
                                    

"Syah Abangku kemana?" Neng Alfi langsung menanyaiku yang barusan masuk ke kamar. Jilbab dan cadar pink-dusty nya membuat matanya nampak begitu teduh. Benar, mata itu amat mirip dengan mata Gus Adnan. Mata yang pada terakhir kali menatapku memberikan kesan aneh. Gus Adnan menjadi judes setelah Kak Fathur menelponku?

Aku hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahuku. Pura-pura tidak tahu.

"Tadi aku melihat sedang bersamamu, kalian ngomongin apa?"

Huft, Neng Alfi memang selalu cermat membaca gerak-gerikku. Seperti, amat sangat memahamiku.

"Cuma ngobrol bentar kok, terus dia pergi. Tau kemana"Jawabku ogah. Duh ada apa denganku?

Neng Alfi diam tak menjawab. Kini ia sibuk membolak-balik halaman buku diaryku. Tak perlu khawatir, karena isinya hanya catatan utang, jadwal piket, jadwal ngaji yang sering bolos, dan beberapa rencana jailku dengan Vani dan Marwa dulu. Hanya satu hal yang terasa amat penting di diaryku, yaitu tulisan arab pegon yang dulu sempat menjadikanku bertengkar dengan Neng Alfi. Untuk kelanjutannya, aku tak mau tahu siapa yang menulis. Lebih baik diam dan semuanya tetap utuh seperti sedia kala.

"Neng, Marwa sama Vani kemana?"Tanyaku memecah kesunyian kamar.

"Jalan-jalan sama Bapak sama Mamah"Jawab Neng Alfi.

"Huaaaaaa? Jalan-jalan ?? Iiih, kok aku gak di ajak sih???????? Masa aku ditinggal gitu aja. Huh, Bapak memang begitu. Mentang-mentang sekarang aisy udah jarang nemenin nonton bola jadi ogah gitu ngajak aisy?" Nahlo.. mulai lagi deh bawelnya kalau udah di rumah.

"Yee.. siapa suruh bedua-duaan di teras belakang"Neng Alfi menyindir. Rrrr... Tadinya aku sendiri Neng, Abangmu aja tuh yang rese tiba-tiba dateng terus pergi gitu aja.

Aku memilih diam dan segera menyelinap di bawah selimut. Bersiap tamasya ke pulau mimpi. Melepas penat setelah seharian full gak istirahat. Huft, padahal kan jadwalnya hari ini mau nyicil utang tidur.Jangan kagetlah, namanya santri , keadaan apapun juga tetap bisa tidur.

Aku menatap langit-langit kamarku. Entah mengapa aku sulit tertidur. Setiap memejamkan mata yang muncul malah wajah Gus Adnan dan suarnya yang dingin meneduhkan. Oh, inikah cin..apaan sih Aisy !Alay tau.

Tiba-tiba saja aku teringat keinginanku yang telah lama aku pendam. Melihat wajah Neng Alfi. Bayangkan, 2 tahun setengah sekalipun melihat wajahnya, belum pernah ! Ironis sekali.

"Neng.. Aisy boleh minta sesuatu nggak dari Neng?"

"Minta apa? lamarin ke Abangku?" Iiih.. kenapa Neng Alfi jadi getol banget sih bawa-bawa aku sama Gus Adnan?

"Bukan, Neng mah pikirannya ke situ melulu. Ng... Aisy pingin banget... ngeliat wajah Neng" Kataku jujur. Neng Alfi terdiam sejenak.

"Kenapa?"Tanyanya kemudian.

"Kan kita udah sahabatan lama Neng, masa ngeliat wajah sahabatnya sendiri belum pernah sekalipun. Ayo lah Neng" Aku berkata hati-hati. Tak ingin membuatnya mengingat luka lamanya lagi.

"Nanti kamu jadi naksir aku gimana?" Huft, Ternyata Neng Alfi tidak tersinggung. Biasanya dia langsung panas ketika ada hal yang menyangkut perihal masa lalunya.

"Ya gak lah! kan udah sama Gus Adnan" Tangkasku cepat. Ups! Buru-buru ku tutup mulutku yang ceroboh ini. Pipiku seketika memanas. Malu !!!!!!

"Hayoo yaa... Aisyah... Hmm, Ya udah, tapi ada syaratnya."Kata Neng Alfi.

"Syarat, apaan?" Aku menautkan alis. Semoga nggak syarat yang aneh aneh. Doaku dalam hati.

"Kamu .. harus jadi adik ipar yang baik buat aku"

Uhk! Aku merasakan ada batu bata masuk tenggorokan. Neng Alfiii........!!!!!!!!

"Gimana, sanggup gak?"

"Ngg... Qodarullah lah Neng"Jawabku akhirnya.

"Nah, menyerahkan semuanya pada Allah untuk masalah yang sudah paten adalah salah satu ciri muslimah yang baik."

"Jadi?"Aku menautkan alis. Pertanda tak mengerti.

"Aisy tutup mata dulu"Neng Alfi memberi aba-aba.

Aku menurut saja. Ku pejamkan mataku. Dalam benak aku menebak, pasti wajahnya... mirip gus Adnan ! Ya iyalah! Kan kembar gimana sih Aisy!! Eh kalau mirip Gus Adnan dia gnateng apa cantik ya? jangan-jangan iya nanti aku jadi naksir sama Neng Alfi.Duh duh mulai kacau deh pikirannya.

"Sekarang,, Aisy boleh buka mata"

Aku bersiap. Aku yakin sebentar lagi akan melihat bidadari. Yah Bidadari.

Perlahan ku buka mataku.

Aku terperangah.

Sosok di depanku...

Benar-benar sama persis dengan Gus Adnan ! Matanya yang beriris hitam pekat, Alisnya yang nanggal sepisan. Mulut yang tipis dengan sedikit bulu halus diatasnya. Hidung yang mencuat indah. Subhanallah... Ya musowwir, betapa indah kau ciptakan makhlukMu...

Hanya saja yang sedikit membedakan, pipi Neng Alfi lebih berisi. Menambah kesan innocent di wajah keturunan Jawa-Bali itu.

"Sudah jangan melongo terus! Benerkan, pasti nanti malah jadi Nksir aku!!" Kata Neng Alfi sembari mengenakan cadarnya lagi.

"Sudah ya Aisy, tidur dulu. Semoga mimpiin Abangku. Amiin.. Selamat malam"

Neng Alfi beranjak mematikan lampu besar dan menyalakan lampu tidru. Aku hanya tersenyum kecil. h bahagia. Membaca mata dan gaya bicaranya, pasti ia tengah bahagia. Yasudahlah.. akhirnya teka-tek itu terjawab sudah.

"Selamat malam juga, calon adik ipar"Batinku dalm hati. Kemudian merasa konyol sendiri.

Adik Ipar?


"


LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang