Mr.Cool Datang (lagi)

4.5K 331 4
                                    

Aku baru menyadari sudah 2 minggu aku di Semarang dan selama itu pula aku jarang di rumah. Toh mau di rumah, juga sama aja. Bapak kerja. Mamah juga kerja, kembali ke profesinya dulu, penyiar radio.

Hari ini aku memutuskan untuk dirumah saja. Sembari membersihkan seluruh rumah, ku stel kaset sholawat yang kebetulan ku bawa. Sholawat dari grup Al Badriyyah. Ya, grup hadroh pondoknya Gus Adnan. Suara khas nan lembut itu menggema diseluruh penjuru ruang dalam rumahku, mencipta kenyamanan dan secuil harapan dalam hati ini.

Tapi, ku rasa ini bukan saat yang tepat untuk membahas mengenai isi hati. Karena hari ini akan ku habiskan waktu bersama Mamah dan Bapak. Mumpung keduanya lagi dirumah, ya meski ba'da dzuhur nanti Mamah harus ke Laskar Fm, tempat kerjanya,

"Nduk.. Kalau nyapunya sudah selesai bantu Mamah masak bentar" Teriak Mamah dari dapur. Suaranya yang cempreng terdengar hingga teras depan rumah.

"Mamahmu itu kok hobinya bengak-bengok to.." Bapak terdengar ngedumel sambil mengutak-atik motor tua kesayangannya, si jaguar.

Aku hanya geli melihat Bapak yang seperti punya 'mainan baru'. Terlihat teramat serius. Ku perhatikan dengan seksama wajah Bapak yang kian menua, terlihat kerutan di ujung matanya dan rambut yang dulunya hitam itu kini telah bermahkotakan perak, menjadi putih sebagiannya. Kalau sudah begini aku selalu teringat masa-masa sebelum mondok, Bapak yang selalu heboh ngajak tanding PS anaknya, Bapak yang selalu marah kalau aku telat sholat dan gak mau ngaji, Bapak yang selalu minta di kelitikin kakinya ketika hendak tidur, Bapak yang akan selalu menjadi orang paling khawatir saat aku sakit, Bapak yang marah-marah kalau aku nggak bisa ngerjain pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan cewek, Huft, itu jadi salah satu fajtor kenapa aku sedikit tomboy dan petakilan.

Tapi sudahlah, Toh kini berkat didikan Bapak aku merasa jadi "wonder Woman". Bagaimana tidak? Memasang genteng, aku bisa. Benerin onderdil motor, oke aja. Benerin antena di atas rumah, juga bisa. Mengangkut pasir, Batu bata, atau semen, aisy kuat. Tapi.. Berkat itu juga aku tidak sepandai wanita yang umumnya diharapkan bisa masak, dandan, pinter bersih-bersih, kalem. Tanpa aku sadari aku tumbuh dengan didikan unik dari orang tua 'angkat' ku itu. Tak salah, Abi secepat itu memberikan amanah pada mereka untuk merawatku.

Toh sekarang juga, setelah aku mondok berkat 'tipuan dunia ps' yang Bapak Mamah buat menjadikan aku sosok wanita yang super. Aku bisa memunculkan sisi kelelakian dan wanitaku secara bersamaan. Menjadi karaterku yang __Katanya__ nyeleneh tapi tegas.

Cukup mereview nya. Karena Mamah sudah bersuara lantang lagi dari dapur. pertanda aku harus segera berlari dan melemparkan sapuku begitu saja.

Aku segera berlari menuju dapur. Tapi ketika sampai, aku terbengong bengong melihat Mamahku bersama 3 orang gadis yang tak asing lagi untukku.

"Neng Alfi? Marwa? Vani? Aaaaa... kapan dateng" Kataku sembari menghambur untuk memeluk mereka.

"Udah dateng dari tadi malem Aisy sayang.. kamu sih terlalu sibuk sama kaset sholawat itu" Kata Vani menyindir, membuatku ingin menimpuknya dengan berton-ton kapas.

"Semalem? Yah..Afwan deh, habisnya aku cape banget abis ngisi acara di kampung.. Jadi pulang langsung ke pulau kapuk deh..hehe"Ujarku berusaha tidak salah tingkah akibat sindiran Vani.

"Terus kalian kesini naik apa?" Tanyaku lagi. Efek gembira betemu kawan seperjuangan.

"Naik mobilnya dia"Neng Alfi berujar sembari menunjuk sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi.Allah. Jantungku serasa ingin berhenti berdetak.

"Gus Adnan.." Gumamku pelan. Kakiku tiba-tiba serasa seperti jely. Tak ada penyangganya. Lemas sudah. Antara bahagia dan sedih. Antara kaget dan terharu. Antara percaya dan merasa ditipu. Ah, konyol sekali perasaan ini.

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang