Allah merindukanku

5K 284 17
                                    

"Aisy...."
Mataku bergerak perlahan mendengar suara itu. Ku lirik jam , pukul satu dini hari. Aku terbangun dan mendapati Gus Adnan tengah mengigau namaku. Aku masih mengenakan gamis dan khimar panjang lengkap dengan kaus kaki. Hampir saja aku kaget dan akan menendang gus adnan karena aku belum terbiasa tertidur dengan seorang pria ganteng macam dia. Aku memperhatikan wajahnya yang terlelap dalam damai.
Wajahnya putih bersih, hidungnya tidak begitu mancung, tapi bibirnya yang merah dan mungil sungguh proporsional. Kumis tipis itu menghias diatas bibirnya, tanpa sadar, tanganku bergerak hendak menyentuhnya.

"Aisy...." Gus Adnan tiba tiba berteriak keras. Aku tersentak. Dan dia segera terbangun dengan nafas terengah-engah. Aku bergergas mengambilkannya minum, tapi tanganku segera di tariknya. Dia memelukku erat. Erat sekali.

"Jangan pergi" dia terisak.

Aku kebingungan. Apakah dia mimpi buruk?

"Jangan pergi Aisy... Wallahi, ana uhibbuki, teruslah bersamaku isy.. Jangan pergi" tangisnya makin menjadi.

Aku mengusap punggungnya. Membalas pelukannya dan berbisik lembut padanya.

"Mas.. Aku enggak pergi. Aku bakalan terus nemenin kamu kok. Kita sholat tahajud dulu yuk..." kataku.

Gus adnan melepas pelukannya, menghapus air matanya, dan menatapku sendu.

"Kamu, masih pakai pakaian syar'i gini didepan suamimu."

Aku bengong. Cengo banget ya. Aku baru sadar selama menikah dengannya -padahal baru seminggu- belum pernah menampakkan rambutku padanya. Aku selalu berjilbab dengan rapi. Dan aku sama sekali tidak menyadari bahwa dia kini berhak atasku.

Tangan gus adnan perlahan melepas peniti dibawah daguku. Dan jilbabku terlepas, diturunkannya dengan pelan. Masih ada ciput yang aku kenakan, dia melepas tali di belakang tengkukku dengan lembut. Tangannya yang melingkar dileherku yang kini tak tertutup apapun, membuat aku merinding sendiri. Geli.

"Sejak kapan rambutmu panjang? Terakhir kali aku melihatmu waktu kamu sedang mencuri sesuatu dari kulkas"

Aku memgingat ingat. Iya, waktu dirumahku, dia melempar aku dengan handuk gara gara mendapatiku menari cari makanan dari dalam kulkasku sendiri. Hei, tapi dia bilang aku mencuri ?

"Aku tidak mencuri ! Itu kulkasku"

"Tapi kamu seperti mengendap endap"

"Hehehe... Kalo ketahuan Mamah nanti dimarahin . masak anak cewek makan lima kali sehari tapi gak gendut-gendut. Aku dikira cacingan dan mau di bawa ke psikiater sama mamah"

Gus adnan terbahak dengan ocehanku. Aku suka gigi gingsul dan lesung pipitnya. Gemes.

"Aisy..." Gus Adnan merapatkan tubuhnya ketubuhku. Aku sedikit menyingkir ke tepi ranjang.
Gus adnan mendekat lagi, dan aku sedikit menggeser tubuhku lagi, dia makin mendekat, membelai rambutku pelan, aku sedikit menjauhi dia lagi. Tidak tidak aku belum siap.

Gus Adnan kini makin merapatkan tubuhnya, tangannya mnyentuh titik lemahku -pinggang- . aku akan menjerit atau menendang orang yang berani menyentuh titik geliku itu. Tapi mata gus adnan mengunciku, aku hanya bisa menatapnya dan sedikit demi sedikit memundurkan tubuhku ke tepi ranjang, tapiii...

GEDEBUG !

"Auuuuuuuu..." aku menjerit kesakitan karena punggungku menatap lantai kamar dengan lumayan keras. Hih dasar gus adnan.

"Hahahaha.... Baru digituin aja udah kayak siput, geser dikit geser dikit.. Mana mungkin aku melakukannya pada gadis dibawah umur" gus adnan berkata mengejek.

"Hei, aku sudah punya ktp" kataku tidak terima.

"Ktp tidak menjamin kedewasaan seseorang" gus adnan menimpali, kemudian beranjak ke kamar mandi.

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang