Akhirussanah

5K 335 4
                                    

Langit sore minggu ini tidak begitu cerah ,segerombolan camar beterbangan kembali menuju sarangnya ,kepak sayap hitamnya yang mungil tampak senada dengan mendung yang menggantung sore ini. Mungkin, setelah ini akan terjadi badai. 

Sayup-sayup santriwati dari aula bawah yang sedang melantunkan nadzom alfiyyah menggema di seluruh sudut ruang ghurfah asrama al fattah. Terlebih pada ghurfahku , sebuah kamar berukuran 4x4 yang dihuni 4 orang itu kini kosong , melompong . Semua penghuninya sedang sibuk , marwa masih dirawat , aku rapat dengan tim jurnalistik untuk mereport akhirussanah besok pagi , huft , kebiasaan ! rapat dadakan ! , Vani ikut jamaah santriwati yang sedang menadzomkan alfiyyah itu , dan Neng Alfi akan mengisi tilawah .

Hiruk pikuk persiapan akhirussanah membuat pondok menjadi ramai , dan terlihat lebih bergairah.Suara hadrah dari pondok putra samar-samar juga terdengar. Dari atas jemuran , pasti seluruh kegiatan bisa dilihat.Mulai dari santri putra yang sedang mendirikan tratak , hingga mbak-mbak pengurus yang sedang sibuk di dapur umum.

Hanya saja , ditengah keriuhan itu ada sebuah langkah ringan , sedikit tergesa memasuki ghurfah 26 , Perempuan berusia 30 tahunan itu menenteng sebuah koper merah . Aku yang hendak ke kamar mengambil berkas jurnalistik , kaget dengan keberadaan perempuan itu . 

"Tante Mira?" suaraku yang pelan terdengar keras diruangan yang hening ini.

"Aisyah , mana Vani ?"Perempuan yang mengenakan gamis hitam model jersey yang dipadukan dengan pashmina donker itu tersenyum kearahku.Dia tante Mira , tantenya Marwa.

"Vani diaula bawah tan , gimana keadaan marwa?"Tanyaku .

"Marwa sudah siuman , meski masih lemes."

"Dia tidak terkena apa-apa kan?"Tanyaku khawatir , mengingat cairan berwarna merah pekat itu aku bergididik nyeri. Dan , setelah aku berfikir , kurasa saat itu aku pingsan bukan karena lemah jantung , tapi fobia darahku merajuk . Ya Allah , semoga Marwa baik-baik saja .

"Dia baik"Jawab Tante Mira sedikit ragu ,"Hanya saja malam ini dia harus dibawa kesolo"

"Malam ini?" aku mengangakan mulut , malam ini ?????? saat akhirussanah???

"Iya ,Mamahnya marwa nggak ada yang jagain , lusa Papahnya harus ke luar negeri , dirumah hanya ada mbok karim , ndak enak juga kalau ngerepotin beliau terus buat jaga mamahnya marwa ,"

"tapi marwa sendiri masih sakit ," Aku mencoba memprotes.

"Tiket pesawat sudah dibeli , ba'da maghrib kita terbang ke solo." Tante Mira mulai memasukkan baju-baju , buku , dan barang-barang milik marwa lainnya kedalam koper merah itu .

"Kenapa .. harus seperti ini?" aku menggumam pelan . Ku lirik tante Mira yang sibuk mengemasi barang marwa , dan tanpa pikir panjang aku segera menuju aula bawah dan menarik paksa Vani yang sedang latihan nadzoman dan Tentunya Neng alfi juga , meski saat mengajaknya aku mendapat pelototan ganas dari Mbak Sarah .


"Marwa bakalan boyong malam ini !" seruku agak ngos-ngosan .

"Serius?"Vani melototkan matanya , Alis Neng Alfi bertaut , menandakan keterkejutan.

"Iya ! sekarang Tantenya lagi ngemasin barang-barang Marwa di kamar! kita harus ke marwa sekarang" Ajakku panik .

"Gila ! Kenapa kita nggak bujuk papahnya marwa aja ?"Vani tersulut emosi.

"Nggak akan bisa !!! Keadaanya super tidak memungkinkan , Mamahnya marwa...."

"Sudah , sekarang kita ke Marwa aja , saat-saat terakhir gini , lebih baik digunakan untuk berbahagia , jarak bukan syarat mutlak terputusnya persahabatan , inget itu"Neng Alfi memotong kata-kataku dengan nasihatnya .

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang