Misi Kedua

4.3K 299 2
                                    

 Dua hari setelah reuni aku kembali mengajak temen se-gengku untuk kumpul. Aku memilih angkringan dekat kali babon yang dulunya sering untuk tempat kami nongkrong sambil gitaran. 

"Sekarang udah pada berubah ya, terutama Aisyah noh, dulu aja dia paling bawel plus bandel."Nadia mengomentari aku yang tengah membaca tafsir, muroja'ah hafalan sambil menunggu yang lain datang.Mau tak mau selama liburan ini aku harus nyicil belajar, agar tahun depan semua madrasahku lulus. Dan, hafalanku selesai. Amiin.

"Alhamdulillah dong sekarang punya temen ustazah gini. Kerudungnya panjang, kalem, hafal Al Quran lagi. Eh kita ketularan barokahnya nggak ya?"Rizal menimpali.

Aku hanya cuek. Mendengar komentar orang-orang tentang diriku di hadapanku sendiri sudah sering. Istilahnya sudah kebal.

"Eh liat noh, Rosita sama Candra gandengan tangan broh" Aldi berteriak heboh ketika melihat Rosita dengan jilbab pashimina bermotif polkadot datang bersama Candra. Dengan tangan saling berpaut satu sama lain.

"Mereka pacaran tau. Nggak update banget sih lo" celetuk Nadia.

Rosita berjalan menghampiri kami dengan wajah merona. Tampak bahagia dan berseri-seri. 

"Assalamualaikum vroh" Sapa Candra hangat.

"Gaya lo Assalamualaikum "Kata Nadia seenaknya.

"Loh ya bagus toh, salam kan wajib di jawab kok malah begitu. Kita ini orang islam loh"Candra berargumen. 

Aku memilih diam. Terlibat pembicaraan dengan mereka yang kekinian terasa begitu asing bagiku.

"Aisyah ngomong dong. Diem mulu dari tadi" Candra duduk di dekatku. Aku segera menyingkir

Candra pasti faham. Dia anak pondokan juga. 

"Ehm, jadi gimana nih masa depan kita bray? Lo abis ini pada mau kemana?" Tanya Aldi memecah kekakuan di antara kami. Maklum, lama tidak berkumpul kini berkumpul lagi dengan sifat yang sudah berubah semua.

"Aku abis ini mau kuliah jurusan akutansi di UIN. Kalau keterima" Kata Nadia.

"Kalau enggak keterima?" Aku akhirnya membuka mulut. Mengakrabkan diri.

"Ya.... ngg.. "

"Nikah aja lo sama Bang Boy"Rizal memotong.

kontan saja kami tertawa. Rizal dari dulu memang suka sembarangan kalau ngomong. Tapi anehnya sekali ucap dia pasti berhasil bikin kami ketawa.

"Ya bener dong. Dari pada kelamaan pacaran lo eh ujungnya kagak jadi nikah. Cape deh. Mendingan kayak gue nih. Walaupun kagak ngerti agama, bukan santri bukan kiyai tapi seenggaknya gua paling anti noh ama yang namanya pacaran . Andainya enggak dilarang agama pun gua tetep ogah. Soalnya bener-bener , pacaran bukan masa terindah dalam suatu hubungan, tapi masa paling lebay bin alay bin norak" Rizal memperjelas omongannya. Jujur aku mulai tertarik sama topik ini. Dalam hati sebenarnya aku bingung. Rizal memang anak paling gak jelas . Tapi dia punya prinsip yang kuat. Sudah dewasalah menurutku.

"Yee.. bilang aja kagak ada cewek yang mau sama elo" Rosita yang sedari tadi hanya bermesraan dengan Candra menimpali. "Kayak gua nih dong, sahabat jadi cinta. Ya nggak say?" Sambungnya sambil mengelus pipi Candra.

"Jomblo itu takdir bro. bisa dibilang fitrah juga sih . Soalnya sebelum seseorang menikah, punya pacar berapapun tetap aja statusnya jomblo. Sendirian. gitu sih yang pernah gua baca. Coba noh tanya sama Bu Ustadzah" Rizal melirik ke arahku. Aku bersiap. Start Mision!!

"Gini sih kalau menurut aku, pacaran itu halal kok"Kataku santai.

"Hah?? Halal? " Teriak mereka berbarengan. Aku hampir aja nggak bisa nahan tawa melihat ekspresi mereka yang kaget bercampur heran.

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang