Sajak Dari Egypt

4.9K 300 19
                                    

Jalan semarang yang ramai menyapaku pertama kali ketika aku terbangun dari tidur. Ku lirik ke kanan jendela , sebuah Masjid besar yang tak asing bagiku berlalu cepat.Itu masjid Agung Jawa Tengah. Bangunan utama masjid itu beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar pilar bergaya Athena di Romawi dihiasi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua , pada bidang datar tertulis "Sucining Guno Gapuraning Gusti".

Itu salah satu tempat yang paling sering diceritakan Neng Alfi , katanya dia pingin banget ke situ.Dia sering meminta diceritakan tentang masjid bernuansa ungu muda itu, sayangnya selama di Semarang aku hanya pernah kesana satu kali. Itu aja untuk tugas sekolah dan aku disana cuma numpang selfie .Jadi , Sampai sekarang Neng Alfi masih ngebet pingin ke MAJT ini.

Mobil kami mulai memasuki sebuah perumahan di perkampungan yang asri. Ku lirik keluar jendela , sudah tidak ada anak-anak kecil yang biasanya bermain di pelataran rumah kayu milik Mbah Minah.Sebagai gantinya , aku malah melihat anak-anak kecil beramai-ramai dengan mengenakan busana muslim berjalan beriringan .

"Loh Mah , ada acara apa tah?" Tanyaku kepo.

"Ndak tau e , kayaknya ada peresmian TPQ ."

TPQ ? Di kampung yang kecil ini ? Wah , nggak pernah kebayang deh . Dulu , orang-orang disini kalau mau mengaji harus keluar ke arah daerah Genuk . Lumayan jauh dari kampung ini . 

Tapi , siapa yang mendirikan TPQ ini?

Aku meminta Bapak menghentikan mobil . Aku segera turun , Mamah dan Bapak segera faham apa maksudku .

Ketika aku berjalan , tiba-tiba seseorang yang amat kukenali memanggilku .

"Lek Hamdan ? "

"Ya Allah Jan , wes dadi santri tenan kue ," Aku menyalami tangan tua milik Lek Hamdan , si pemilik rental ps yang dulu sering kujadikan tempat nongkrong . Haduuh .. beliau masih menggunakan nama bekenku . yang seharusnya "Jannah" malah diplesetkan jadi "Jan tenan" . Hoho , mungkin itu efek karena dulu aku memang paling jago bikin onar.

"Lek , ada TPQ ? Siapa yang ndirikan to?"Tanyaku .

"Oalah .. itu , Mahasiswa dari IAIN Walisongo . Cuma buat KKN kok jan , tapi ya Alhamdulillahi kok responnya warga itu nyenengin . Apalagi yang ibu-ibu itu , ngebet banget nyuruh anaknya ikutan TPQS ini. " Lek Hamdan berhenti sejenak , kemudian meneruskan "Mungkin , gara-gara ada nak Fathur yang guanteng itu." Lek Hamdan terkekeh , memamerkan giginya yang tinggal beberapa butir saja

"Halah lek , nggih ampun su'udzan riyen . Kan mungkin saja ibu-ibu itu pingin anaknya ngaji , disini mau ngaji kan susah lek . "Jawabku mengoreksi . Lucu kan ya , ibu-ibu masih melek bin genit ngeliat cogan ?

"Iya syah , lek kan cuma guyon .."

"Yaudah lek , Aisyah pamit dulu ya , Assalamualaikum" Aku berpamitan kemudian langsung menuju rumah .

Sesampai dirumah , aku tidak langsung masuk . Aku memilih duduk dikursi bambu yang dulu jadi tongkronganku sama temen-temen Geng Bel tiap malam minggu . Di bawah pohon mangga yang rindang ini , aku bernostalgia . Tentang masa-masa ku yang telah berlalu , yang kunamai 'masa jahiliyyah'

Aku masih melamun sebelum akhirnya aku teringat surat yang diselipkan Neng Alfi untukku.Segera ku ambil kertas beramplop cokelat itu.Aku agak sedikit ragu ketika membaca sekilas kalimat 'from : MAA' .

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang