Sesemu Jingga

4.3K 292 2
                                    

"Masih lurus lagi kan?"Gus Adnan berkata dengan sedikit berteriak mengalahkan deru mesin motor yang meraung.

"iya, nanti tinggal belok kiri udah sampai kok"Jawabku tak kalah lantang.

Motor kami melesat dengan kecepatan sedang menembus gerimis yang turun satu-satu.Gus Adnan segera memarkirkan motornya setelah memasuki gerbang Masjid Agung Jawa Tengah. Bangunan megah berwarna ungu-krem itu menyambut kami. Ku lirik Gus Adnan sekilas. Tampak terkagum-kagum. 

Pandanganku berkeliling dan terpaku pada bangunan tinggi menjulang di sisi sebelah kiri masjid. Menara Al Husna. Bangunan setinggi 99 meter itu selalu mampu menyita perhatianku.

"Mau naik menara?"Tawar Gus Adnan tiba-tiba.

"He-eh"Jawabku cepat."Tapi kan harus ketemu Mamah dulu"Sambungku.

"Udah, naik aja dulu lagi. Ntar kalo tambah sore tutup."Jawab Gus Adnan sembari melangkahkan kakinya menuju loket pembayaran tiket.

Begitu tiket terbeli,kami segera menuju lift untuk naik ke lantai paling atas menara ini. Belasan tahun hidup di Semarang, baru kali ini aku naik menara Masjid Agung. Kata orang-orang sih, seru. Pemandangannya aduhai.

Tak salah ternyata, begitu pintu lift terbuka udara sudah berasa lain. Semilir angin yang lembut lebih terasa. Ku layangkan pandanganku pada hamparan sawah yang menguning di bawah sana, ada laut, ada perindustrian, jalan raya, dan semuanya terlihat kecil. Kecil sekali.

"MasyaAllah"Ucapku pelan.

"Mau pake teropong gak?"Gus Adnan menawari.

Mendengar teropong mataku langsung berbinar.

"Mauu" Ujarku kekanakkan.

"Bentar aku tukar dulu koinnya ya. Soalnya cuma bisa pake koin warna kuning"Katanya sembari menuju loket penukaran koin.

Aku segera mendekat ke salah satu teropong. Sayang ada petugas yang bilang bahwa hanya satu teropong yang bisa digunakan. Dan itu dia. di ujung sana. Ditengah kerumunan banyak orang. Mengantri lagi? Ah sudah biasa. Mengantri itu tradisinya santri. Tak pelu kaget.

Gus Adnan menyerahkan beberapa keping koin logam kuning padaku. Aku segera mengantr. Penasaran dengan apa saja yang bisa aku lihat dengan teropong itu. Lihat pondok as salafi dari sini bisa gak ya? Kayaknya gak deh ! Duh Aisy jangan oon donk!

Ku lihat beberapa orang yang tengah mengantri juga. Ada 5 Orang. Dan Aku urutan ke 6. Terakhir deh. 

Tapi tunggu ! Ada yang tidak asing di mataku. Itu kan...

"Aisyah?"

"Kak Fathur?"

Ujarku berbarengan dengan sesorang yang juga menyebut namaku.

"Adnan?"Kak Fathur mengalihkan pandangan ke sosok yang berdiri di sampingku.

"Sedang apa disini ?"Ujar kami bertiga berbarengan. Kami berpandangan. Kemudian tertawa. Merasa konyol dengan kebetulan yang terjadi.

Tanpa di komando kami langsung menuruni menara dengan lift dan menuju ke serambi masjid. Sungguh tak disangka bisa bertemu dengan Kak Fathur disini. Tunggu, bukannya dia waktu itu pamit mau ke Ungaran ya untuk mengurusi panti asuhan miliknya?

"Kalian saling kenal?"Kak Fathur memulai pembicaraan sembari duduk di kolam yang terketak persis di depan masjid agung ini.

Gus Adnan hanya tersenyum.

"Ya gimana nggak kenal, sama orang sefamous Muhammad Adnan Asyfi ini."Aku menanggapinya dengan santai.

Gus Adnan terkekeh. 

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang