Pelabuhan Hati

4.7K 304 31
                                    



Banyak tanya

Banyak meminta

Banyak berdoa

Banyak memohon

Siapa imamku kelak?

Siapa seseorang yang akan bersamaku di dunia dan akhiratku

Siapa pembimbingku...

Siapa yang kan mendidik anak-anakku kelak

Ya Allah.. Berikanlah lelaki sholeh untuk menjadi imamku

Lelaki yang taat kepadaMu..

Lelaki yang cinta kepadaMu dan RasulMu

Lelaki yang sangat menyayangi keluarganya

Aku selalu berdoa dalam sujudku

Aku selalu memohon dalam sholat malamku

Agar Allah mendekatkanku dengannya

Memberikan tanda-tanda kepadaku

Agar aku dapat selalu memperbaiki diri

Dan kamu, bisa membimbingku lebih baik lagi (@ama_rahmania on ig)

Aku membuka diary lawasku. Dan tersenyum ketika menemukan secarik puisi yang kubuat ditengah risaunya aku merindukan gus Adnan. Dulu, ketika masih berada di pondok pesantren As Salafi.

Dan kini. Laki-laki yang sangat aku harapkan tengah ribut dengan semangkuk bubur ayam dan segelas teh di kedua tangannya. Dengan sedikit tergesa ia meletakkan mangkok diatas lemari rumah sakit dan mengibaskan jemarinya yang memerah.

"Panass..." Katanya yang berhasil membuatku tertawa karena melihat ekspresi konyolnya.

"Nih, makan dulu. Kamu laper pastinya. Atau, lupa cara makan? Yaudah aku suapin" Gus Adnan nyerocos tidak jelas. Tapi tak bisa dipungkiri, aku merasakan bahagia yang teramat sangat ketika ia berada didekatku.

"Aku mau makan tapi dengan satu syarat." kataku.

"Hidupmu penuh dengan syarat syah. Oke, katakan tuan putri. Aku akan mengabulkannya." Jawab gus adnan dengan nada sok dramatis.

"Kamu menculikku ya? Sampe ngaku-ngaku suamiku lagi. Mana ada. Aku belum menikah dengan siapapun. Kamu pasti menculikku . Buktinya, tidak ada satupun keluargaku yang kesini. Kamu menyembunyikan identitasku ya? Atau jangan jangan.. Kamu membawaku ke pluto? Bukankah terakhir kali aku sadar, aku ingat yang datang kerumah bukan kamu, tapi..."

"ssst..." Guas Adnan memotong celotehku dengan menyentuhkan telunjuknya ke bibirku.

"Jangan terlalu banyak menjelaskan. Aku sudah tau apa yang akan kamu tanyakan , syah. Dan sebagai suamimu, akupun berkewajiban memberitahumu. Tapi, kamu sebagai istriku juga harus patuh padaku. Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Tapi kamu makan bubur ayam dulu, ini bubur ayam yang sama lo seperti yang ku bawakan padamu dulu waktu pertama kamu pingsan di pondok lalu tidur di kamarku dan memarahiku gara-gara aku masuk tanpa ketok pintu. " Katanya.

Dan entah seperti sebuah mantera, ia begitu mujarap hingga bisa membuat kepalaku mengangguk beraturan. Tanda menurut. Gus Adnanpun mulai menyuapiku. Aku tak berani menatap matanya. Aku lebih senang mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

Dan diluar sana. Aku melihat mentari yang menghangat. Allah... sudah berapa lama aku tidak menatap cahaya lembut mentariMu??

*****

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang