Semangat yang memudar

4.1K 279 11
                                    


Selamat sore As salafi. Aku kembali dengan semangat baruku. Yeay ! Imtihan ,aku akan menaklukanmu!.

Aku sedang murojaah juz 27 ku diatas jemuran ketika Neng Alfi datang dengan dua mata yang berbinar-binar.

"Aisyah... Musytaq anti.."Katanya sembari berhambur ke pelukanku.

"Maaf Aisy, aku kemarin sakit jadi tidak bisa ke Semarang. I'm sorry for your dad.."Katanya dengan nada yang lembut. Ah, suara ini suara yang ku rindukan.

"Gak papa Neng, i'm fine. Seperti yang kamu lihat sekarang kan? Hehe" Jawabku mencoba tenang.

"Ada kabar menggembirakan dari Vani, kamu sudah tau belum?"

Aku menggeleng. Kabar apa? Kemarin Vani hanya menelponku dan mengabarkan bahwa Neng Alfi sakit.

"Belum, emang ada apa?"

Neng Alfi berjalan membelakangiku menuju teras gedung muhadlarah. Angin sore menerbangkan jubah pink dusty kesukaannya. Anggun.

"Vani lolos ujian tahfidz, lancar ujian UN, ujian pondok juga nggak sulit katanya"

Aku merasakan angin menelisik sela sela jilbabku. Yah, Vani memang berbakat.

"Dia akan melanjutkan kuliah di Madinah."

Aku mendongak. Mataku langsung menatap lurus mata Neng Alfi. Allah... . Tak terasa air mata mengalir di pipiku. Vani, ...

"Tahun ini?" Kataku terputus.

"Tidak, tahun depan. Vani akan mengabdi untuk pondok ini dulu Aisy. Menjadi Khadimah selama setahun. Beasiswanya memang untuk tahun depan kebetulan, Bang Adnan yang mencarikan"

Deg. Lama sekali. Lama sekali aku tak mendengar nama itu. Dan entah mengapa ada sesuatu yang mendesir hangat dalam tubuhku. Sesuatu yang aku terbiasa menyebutnya ... Rindu.

"Oh ya sudah tau kabar dari Abangku?"

Sontak aku menoleh. Lantas memasang raut muka seolah olah bertanya "Kabar apa?"

"Ng... Ku harap kamu tidak kecewa" Kata Neng Alfi pelan.

"Ada apa?" Aku menekan suaraku. Sebenarnya ada berjuta kata yang ingin aku tumpahkan disana.

Neng Alfi terdiam bebeapa detik. Lantas menarik nafas panjang.

"Abang akan mengkhitbah seseorang. "Katanya datar.

Aku? Aku tak tau apa yang terjadi dengan tubuh ini. Yang jelas ada bagian tubuh yang sudah tak bekerja sebagaimana mestinya, jantung yang berdetak lebih cepat misalnya, atau mata yang tiba tiba kedatangan rob.

"Maaf..."

Belum selesai Neng Alfi melanjutkan kata katanya, aku sudah berlari menuruni tangga, menyusuri koridor koridor pondok yang lengang, dan menuju taman. __Tempat dulu aku pertama kali memprotes takdir pada kucing hitam pencuri bakwan.

O Allah apalagi ini. Seharusnya dia yang menjadi semangat untukku . Seharusnya dia menepati janji janjinya. Seharusnya ia yang mampu membuat akulebih bangkit dari luka kemarin.

Gus Adnan...

Hatiku benar benar terasa nyeri menyebut namanya, mengingat semua memori tentang dia.

"Biarkan angan yang membasuh rindu ini, bahwasanya di setiap penantian yang tulus akan ada muara yang akan membawa sang adam dan hawa itu menyisir hulu, membawa sedayung harap, sebiduk doa untuk meraih jannahNya"

"Sukses, kejar mimpimu, dan mimpi "kita" "

"Aisy kamu jatuh cinta sama siapa eh?"

LASKAR JM fi Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang