Part 1

34.8K 1.3K 34
                                    

[Beberapa Part hanya bisa dibaca oleh followers]

Bisa dilihat trailer storynya sebelum membaca 😊😊😊

*****************************

"Pokoknya Mama minta cerai!" seru mama.

"Ya sudah kalau itu keputusan mama, papa akan terima! Besok kita akan mulai urus. Malam ini, Papa akan tidur di ruang tamu!" seru papa dengan nada tinggi. Setelah itu keduanya berbalik badan, tak menyadari seorang gadis kecil ketakutan yang mendengarnya dari pintu balik kamar tidur .

Gadis kecil itu adalah aku, Mutia Kiara Zafira. Umurku saat itu adalah 8 tahun. Malam itu, aku mendengarkan sendiri permintaan cerai dari mama. Dan yang bisa kulakukan saat itu hanyalan terdiam. Saat itu, yang kutakutkan bukanlah perceraiannya. Tapi nada bicara orangtuaku yang tinggi. Aku tidak terlalu mengerti soal perceraian. Aku pernah mendengar tentang perceraian. Saat dua orang, lelaki dan wanita yang menikah, mereka bisa memutus ikatan pernikahan mereka yang disebut dengan cerai. Setelah itu lelaki dan wanita itu berpisah menjalani hidup sendiri-sendiri seperti sebelum mereka menikah. Lalu bagaimana dengan anaknya? Aku tidak pernah mendengarnya.

Keesokan paginya, semua tampak normal. Seolah pertengkaran kemarin itu hanyalah mimpi buruk bagiku saja. Keduanya masih sarapan bersamaku. Mama membuatkan roti bakar selai coklat untuk kami bertiga. Bedanya, saat itu suasana sangat sunyi, tidak seperti biasanya.

"Kalau cerai, Kiara gimana yah?" tanyaku polos. Mama dan papa langsung menoleh padaku. Sedikit terkejut dengan pertanyaanku.

"Apa maksudmu, Nak?" tanya mama sambil tersenyum. Aku memandang mama heran.

"Bukannya, mama mau berpisah dengan Papa? Kenapa mama tetap tersenyum begitu?" tanyaku yang saat itu masih duduk di kelas 3 SD. Suasana hening. Aku bingung. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Mama memandangku sebentar, namun kembali kepada lagi pada pekerjannya. Sedangkan papa kembali sibuk membaca koran. Akhirnya, aku ikut diam.

Sampai akhirnya, aku beranjak dewasa.

Bodohnya diriku menanyakan sesuatu yang tidak jelas saat itu! Setelah aku masuk SMP, aku mulai sadar status 'cerai' itu seperti apa. Hak asuhku berada di tangan Papa. Aku tidak tahu mengapa keadilan memutuskan seperti itu. Tapi Papa selalu melarangku untuk bertemu dengan Mama. Dan Mama tidak pernah mengunjungiku sama sekali. Aku benci kepada mereka. Saat teman-teman bertanya padaku tentang orangtuaku, aku hanya menjawab 'orangtuaku telah bercerai'. Dan kemudian mereka menatapku dengan tatapan kasihan. Aku bukanlah orang yang butuh dikasihani!

Aku rindu saat-saat bersama Mama dan Papa dulu. Saat berekreasi ke suatu tempat. Saat aku merayakan ulang tahun bersama Mama dan Papa. Saat aku tidur bersama Mama dan Papa. Aku tidak tahu, bahwa semuanya hanya tinggal kenangan. Kenangan yang tidak akan pernah terulang lagi.

Kefrustasianku terhadap keluargaku membuatku terpacu di kelas. Aku tidak mau kalah, aku tidak mau hanya karena masalah keluargaku, membuat nilaiku turun. Di rumah, kerjaanku hanya belajar. Tidak ada waktu lagi santai dengan orangtua. Hasilnya, nilai-nilai ulangan harianku tidak pernah di bawah 90. Aku sangat bersyukur saat tahu menjadi peringkat satu satu jenjang saat kelas 7 di ujian semester 1. Semenjak itu banyak anak yang takjub padaku dan sering menanyakan banyak hal padaku. Aku dengan senang menjawabnya. Tapi itu tidak berlangsung lama, sampai aku bertemu dengan Clara.

Clara, bisa dibilang dia adalah sahabatku. Sebelum aku tahu niat busuknya padaku. Dia selalu memintaku mengajarinya. Padahal nilainya hampir seimbang denganku. Tapi aku tetap dengan senang hati mengajarinya. Hampir setiap Sabtu aku mengunjungi rumahnya.

Sampai hari itu tiba...

Suatu saat, saat aku ada UH IPS, dan Clara menanyakan satu soal padaku. Kata lain yang lebih singkat adalah mencontek. Tentu saja aku menolak. Aku mengabaikannya. Sekitar 10 menit kemudian, aku baru akan mengerjakan esai dam Clara tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Bu Ratih, Kiara menanyakan soal padaku!" seru Clara yang berada di sebelahku. Aku yang mendengarnya kaget.

"Iya, Bu. Saya lihat Kiara menyerahkan kertas kecil pada Clara," dukung Reyna yang duduk di belakangku. Aku yang mendengarnya kaget.

"Tidak, Bu! Mereka berbohong!" seruku. Aku menatap Clara tidak percaya. Tapi Clara pura-pura tidak melihat padaku. Bu Ratih menghampiri meja Clara dan Clara memberikan kertas kecil. Kemudian Bu Ratih membacanya.

"Ini keterlaluan Kiara!" seru Bu Ratih sambil memukul mejaku. Aku melihat kertas putih kecil di atas mejaku. Aku kaget saat membacanya. Dan tulisannya persis seperti tulisanku.

"Tapi saya tidak mencontek, Bu," kataku lemah. Aku tidak berani menghadapi Bu Ratih yang dikenal disiplin. Tiba-tiba Bu Ratih menyobek kertas ulanganku. Aku kaget. Mataku berkaca-kaca.

"KELUAR! NILAI UHMU 0!" seru Bu Ratih. Ces! Setetes air mata jatuh di pipiku.

"Maafkan saya menganggu, Bu Ratih. Tapi biarlah Kiara mengikuti ulangan susulan sekali lagi. Saya melaporkannya pada Bu Ratih karena saya tidak mau jadi sahabat yang menyelimuti sahabat saya yang salah," kata Clara manis.

APAA???!!! Sahabat pendusta! Telingaku panas mendengarnya.

"Baiklah, Clara. Karena ini permintaan darimu sebagai orang yang dicontek Kiara, Ibu akan menerimanya. Tapi sekarang Ibu akan tetap meminta Kiara untuk keluar dari kelas ini!" seru Bu Ratih melihatku. Tanpa mengatakan apa pun aku keluar.

Setelah ulangan itu berlalu, Clara menghiburku. Atau lebih tepatnya sok menghiburku. Tentu saja aku marah padanya. Dan itu malah membuat teman sekelasku berpikir buruk tentangku.

"Masih ada Clara yang mau bersahabat denganmu! Memangnya kamu pikir kita mau berteman denganmu?" tanya salah satu dari mereka.

"Iya! Tapi untung saja kamu tidak mau menerima Clara. Biar Clara tidak jadi anak sepertimu!" kata yang lain.

Kemudian, Clara meninggalkanku dengan senyumannya. Senyumannya yang pertama kali kulihat. Yang tidak pernah kulihat selama ini. Senyuman licik yang selalu kuingat.

AKU BENCI DENGANNYA!

Itu semua telah berlalu. Hal-hal itu membuatku sadar. Percaya pada orang lain, berharap pada orang lain, pada akhirnya hanya akan membuat sakit hati. Kenangan itu telah berlalu. Dan beginilah aku. Meskipun di keramaian, aku tetap mengurung diri di penjara kesepian dan kesendirian.

[Beberapa part hanya bisa dibaca oleh followers]

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang