Part 29

6.4K 504 4
                                    

Kiara's POV
Akhirnya, semuanya kembali normal. Lilia sudah sembuh. Sikap Ayah jadi lebih baik. Leganya...

Aku dan Vera berniat jalan-jalan sepulang sekolah nanti. Inilah yang aku butuhkan setalah penat beberapa bulan terakhir. Relaksasi dan jalan-jalan. Awalnya Alex dan Alvin minta ikut. Tapi aku melarangnya. Today is girls time! Aku hanya mau berdua dengan Vera. Sudah lama kayaknya aku jalan berdua sama Vera.

Sebenarnya aku dan Vera sama-sama enggak suka shopping. Jadi kami ke mall hanya untuk main timezone dan makan. Semua permainan, kecuali mainan yang khusus anak kecil, aku mainkan bersama Vera. Tak lupa kami foto-foto juga. Biasalah anak remaja jaman sekarang. Setelah itu kami melepas lelah di foodcourt.

Malam harinya, kami enggak langsung pulang. Vera mengajakku jalan-jalan menyusuri kota. Jalanan tidak terlalu macet. Tapi cukup ramai. Aku dan Vera yang berniat menyeberang harus ekstra waspada. Apalagi ini jalan raya.

"Ra, sebenarnya kamu sama Alex ada hubungan apa sih?" tanya Vera. Huh, enggak ada pertanyaan lainnya emang? Kenapa harus ini lagi?

"Enggak ada apa-apa kok. Cuma temenan aja," jawabku santai.

"Masa sih? Tapi kalian kayaknya dekat banget," tanya Vera lagi.

"Ah, enggak kok. Aku cuma disuruh Bu Ririn mengawasi dia aja. Kamu tahu kan dia itu anaknya bandel," kataku berusaha mengelak.

"Kalau gitu, kamu suka sama dia?" tanya Vera menoleh padaku. Eh, pertanyaan apa ini? Kenapa tiba-tiba Vera bertanya begini?

"Hah? Suka? Hahaha... ya enggaklah," jawabku seenaknya.

"Syukurlah," katanya. Aku bingung.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Aku enggak tahu sebenarnya ini perasaan apa. Kayaknya, aku suka sama Alex," katanya malu-malu. Aku yang mendengarnya terkejut.

"Semenjak deket dengan kita, dia berubah jadi lebih baik dan lembut," lanjutnya.

Seakan ada batu besar yang jatuh menimpa dadaku. Kenapa dadaku terasa sesak mendengarnya?

Aku melamun. Vera, kenapa dia harus suka sama Alex? Kenapa? Dan kenapa aku sedih mendengarnya? Alex, dia selama ini sudah baik denganku. Semenjak itu kita jadi dekat. Dan sekarang sahabatku suka padanya. Ini berarti, aku enggak bisa dekat-dekat lagi dengannya. Harusnya inni kabar bagus. Dia adalah cowok yang sukanya memeluk orang. Jadi, dua enggak akan seenaknya memelukku dan mencium keningku tiap saat. Seharusnya aku senang. Tapi kenapa mataku terasa panas.

"HEI AWAS!" Jerit seseorang di sebelahku. Aku terkejut. Aku melihat kepada Vera. Tapi dia tidak ada di tempat.

BRAK!!!

Terdengar suara klakson mobil diikuti suara benturan yang amat keras. Aku menoleh.

"VERA!" jeritku.

Author's POV

"Ayo, Ra! Sudah sepi," ajak Vera. Dia melangkahkan kakinya. Kiara hanya diam. Dia melamun dan tidak mendengarkan ajakan Vera. Vera juga tidak tahu kalau Kiara masih diam di tempatnya. Tiba-tiba dari arah kiri, muncul mobil dengan kecepatan tinggi. Pengemudi mobil itu juga tidak tahu Vera menyeberang karena dia sedang membalas SMS. Begitu sudah dekat, pengemudi mobil itu sadar. Terlambat, mobil hitam itu menabraknya.

Kiara menjerit kaget. Tangisannya langsung pecah. Orang-orang ikut berkerumunan mengeliligi Vera. Pikiran Kiara kacau balau saat melihat kepala Vera yang berdarah. Pemilik mobil hitam itu turun.

"Ya Allah, mbak! Maafkan saya! Saya terburu-buru, Mbak. Saya yang akan bertanggung jawab. Saya akan membawanya ke rumah sakit," kata pengemudi laki-laki yang masih muda itu. Nafasnya tersenggal-senggal. Kiara menatapnya tajam. Pengemudi itu langsung menggotong Vera.

"Mbak silahkan ikut saya juga," kata pengemudi itu pada Kiara. Kiara menurut namun tatapannya tidak luput dari pengemudi laki-laki itu. Lelaki itu mengusir orang-orang yang menghalangi mobilnya. Baju Kiara ikut terkena darah karena Vera dipangku olehnya. Kiara kembali menangis melihat wajah Vera yang memucat.

"Vera! Kenapa tadi kamu ninggal aku jalannya? Vera, jangan pergi dulu. Aku masih sayang sama kamu. Kamu sahabatku satu-satunya. Jangan pergi," kata Kiara terisak. Pikirannya sudah macam-macam. Pengemudi itu masuk dan mulai menjalankan mobilnya. Pengemudi itu berulang kali meminta maaf pada Kiara. Namun, Kiara hanya diam. Ingin sekali dia memarahi laki-laki ini. Tapi karena dia sudah mau bertanggung jawab, Kiara lebih memilih diam.

"Siapa namamu?" tanyanya.

"Kiara," jawab Kiara dingin.

"Nama saya Ray. Saya benar-benar tidak sengaja. Saya tadi sedang membalas SMS pacar saya," katanya lagi. Kiara mendelik kesal.

"Pacar, huh?!" tanya Kiara kesal. Ray hanya diam. Kemudian terdengaru suara ponsel berbunyi. Ray mengangkat teleponnya.

"Cukup ya! Aku lagi mengantarkan orang yang baru saja kutabrak gara-gara membalas SMS mu itu! Bisakah kamu enggak mengangguku sekarang?!" tanya Ray kesal.

"Putus? Ya sudah kita putus saja! Aku juga sudah muak dengan sikapmu!" seru Ray. Dia mematikan ponselnya dan melemparkan ponselnya ke kursi sebelah kemudi. Ray segera membelokkan mobilnya ke rumah sakit.

Vera langsung di bawa ke ruang ICU. Kiara memaksa untuk masuk. Tapi tidak diperbolehkan masuk oleh suster. Kiara langsung lemas. Dari tadi dia tidak bisa berhenti menangis. Selalu saja ada pikiran negatif yang menghantui dirinya. Ray yang melihat Kiara jadi tidak tega. Tapi dia bingung juga harus berbuat apa. Dipandangnya dari tadi gadis berambut sebahu yang memeluk tas putih yang sudah berlumuran darah. Dia menyumpah-nyumpahi dirinya sendiri yang teledor menyetir. Kalau bukan karena pacarnya yang manja itu, tidak akan jadi seperti ini. Ray menghampiri Kiara.

"Kiara," panggil Ray. Kiara mendongakkan wajah.

"Menjauh kamu!" seru Kiara ganas. Ray terkejut.

"Saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi agar saya bisa dimaafkan," kata Ray. Kiara menatapnya tajam.

"Maaf? Pokoknya sampai sahabat saya tidak bisa tertolong, saya tidak akan memaafkan Anda!" seru Kiara tajam. Ray menghela nafas. Dia hanya bisa pasrah.

Semalaman, Kiara dan Ray di rumah sakit. Jam menunjukkan sudah 10 malam, ayah Kiara sampai khawatir karena telepon Kiara tidak aktif. Hp Kiara sudah mati dari tadi karena baterainya habis. Pak Reno sampai menelepon omnya Alex. Omnya Alex langsung menelepon Alex. Dan, Alex tidak tahu di mana Kiara berada. Alex langsung khawatir. Diteleponnya nomer Kiara, tapi tidak aktif. Alex teringat, bahwa Kiara pergi bersama Vera. Dia langsung menelepon Kiara. Hp Vera yang ada di tas putih yang dipeluk Kiara berbunyi. Kiara membuka tas Vera dan mengambil ponsel Vera. Dia terkejut saat layar ponsel menunjukkan nama Alex.

"Halo," sapa Kiara lirih. Suara Kiara berubah karena kebanyakan menangis.

"Vera? Eh.. ini siapa?" tanya Alex dari sana.

"Kiara," jawab Kiara lemas.

"Kiara?! Ra, lu di mana? Lu dicariin sama ayah lu! Lu kok lemes gitu sih?" tanya Alex.

"Di RS Harapan Bunda," jawab Kiara.

"Hah? Kenapa?!" tanya Alek kaget. Kemudian Kiara menangis lagi. Dia tidak sanggup untuk cerita.

Ray baru saja dari bawah untuk membeli makanan untuknya dan Kiara. Kiara sebenarnya sudah enggak ada nafsu buat makan. Tapi karena dipaksa Ray akhirnya dia makan hanya agar Ray diam.

"Kalian anak SMA?" tanya Ray. Kiara mengangguk.

"Oh sama aku aja. Tapi aku sudah kelas tiga SMA," katanya berusaha mencairkan suasana. Kiara hanya diam menatapnya. Aku enggak peduli mau kamu kelas berapa mau kamu sekolah mana. Kalau sampe Vera kenapa-napa, bakal kulaporkan ke polisi! seru Kiara dalam hati.

"Kiara," panggil seseorang. Kiara menoleh. Seorang pemuda tampan menatap Kiara lembut. Kiara terkejut melihatnya datang ke sini. Detik berikutnya, dia langsung berlari memeluknya.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang