Part 31

6.1K 572 8
                                    

Terima kasih atas Vote dan Komennya selama ini. Keep reading yaa :))

"Ayo ikut gue!" kata Alex sambil menarik tanganku. Aku berusaha melepaskan tangannya.

"Alex! Lepasin ih!" seruku kesal. Alex hanya diam. Dia tetap berjalan sambil menarik tanganku. Kami berhenti di belakang mobil yang kukenali adalah mobilnya Alex dan diparkir menjauh dari mobil lain. Alex melepaskan tangannya.

"Nyebelin banget sih!" seruku sambil memegang pergelangan tanganku yang panas.

"Lu harus jawab gue jujur," katanya tajam. Aku mengangkat alis.

"Kenapa sih, Ra? Lu kok tiba-tiba menjauh dari gue? Emang gue punya salah apa? Gue enggak suka kalau lu jauh gini tapi enggak ada alasan," serbu Alex padaku dengan berbagai pertanyaan. Sudah kuduga.

"Masa sih aku menjauh? Perasaanmu aja kali. Aku biasa aja kok," kataku berusaha mengelak.

"Lu menolak waktu gue tawarin bareng ke rumah sakit. Lu enggak mau makan makan di kantin lagi bareng gue. Gue telepon, sms, line semuanya lu jawab singkat," kata Alex. Aku terdiam sebentar. Bingung harus menjawab apa.

"Oh, atau kamu sekarang nyamannya sudah sama si Ray? Kaayaknya lu tadi happy banget bareng Ray," kata Alex sewot. Entah kenapa perkataanya membuatku sakit hati. Enggak ada ceritanya aku nyaman sama Ray. Aku nyamannya cuma sama... lupakan!

"Aku sama dia cuma temenan biasa. Dia sudah mau bertanggung jawab pada Vera," timpalku.

"Temenan? Lu temenan sama Alvin enggak sebahagia itu bareng Ray?!" tanya Alex dengan nada yang mulai meninggi. Kok dia jadi ngamuk gini sih? Terserahkan aku mau temenan sama siapa. Bukan urusannya.

"Kenapa sih?! Apa masalahnya buat kamu?!" balasku dengan nada meninggi juga. Alex terdiam.

"Kenapa?" tanya Alex balik dengan nada pelan.

"KARENA GUE CEMBURU!" teriak Alex langsung memelukku. Aku terkejut. Cemburu? Buat apa? Kenapa, jantungku kembali berdetak dengan cepat?

"Gue itu sayang sama lu, Ra! Gue itu cinta! Tapi kenapa lu kok jadi berubah gini?" kata Alex pelan.

Pengakuan Alex membuatku terkejut. Sayang? Cinta? Kalau Vera enggak suka sama Alex, aku akan sangat senang mendengarnya. Iya, Vera...

Aku mendorong Alex mundur. Dia melepaskan pelukannya. Aku berusaha untuk tetap dingin. Padahal aku udah malu berat dan senang.

"Oke, Ra kalau lu emang mau menjauh dari gue, gue tanya alasannya? Kalau itu jelas, gue yang ngalah," kata Alex.

"Aku bosan," jawabku seenaknya. Itu adalah kebohongan terbesar! Hanya Alex satu-satunya cowok selain ayah yang membuatku lebih ceria dan nyaman.

"Boong! Lu bahkan enggak mau natap mata gue," kata Alex. Menatap mata Alex, sama saja membuat detak jantungku kembali cepat. Aku menghela nafas. Baiklah aku akan jujur.

"Vera, dia suka padamu. Dan aku tidak mau membuat Vera cemburu padaku," ceritaku singkat. Suasana hening sebentar.

"Aku hanya menggap Vera sebatas teman. Gue itu sayangnya sama lu, Ra," kata Alex melembut. Jujur, aku yakin selama ini aku juga ada perasaan padanya. Pelukannya, sapaan malamnya, kecupannya di kening, membuatku merasakan perasaan yang berbeda kepada Alex. Tapi maaf perasaanku, aku harus berbohong.

"Aku enggak suka sama kamu!" jawabku ketus. Alex sedikit terkejut mendengarnya.

"Enggak! Lu pasti juga cinta sama gue. Kalau lu menggap gue temenan, lu enggak akan menjauh dari gue. Lu enggak mau kan, suka dengan cowok yang sama dengan sahabat lu?" tanya Alex percaya diri. Iya, Lex! Kamu benar tentang semuanya. Karena itu, biarkan sekarang Vera bahagia.

"Apaan sih, Lex?! Lu bisa langsung move on dariku dan mencintai Vera," kataku asal. Enggak bohong, sakit aku mengatakannya. Alex tertawa menyedihkan.

"Lu pikir melupakan dan mencintai seseorang semudah membalikkan tangan?" tanya Alex.

"Lah, itu mantanmu banyak banget. Pasti kamu sudah ahli dalam hal begituan," jawabku.

"Perasaan gue ke mereka sama ke lu itu berbeda. Baru kali ini, gue merasa sayang banget sama seorang cewek. Gue enggak mau lihat lu sedih. Gue enggak mau lihat lu kenapa-kenapa. Dan gue sangat cemburu saat lu lebih seneng sama cowok lain," jelas Alex. Ah, hatiku berbunga-bunga mendengarnya. Tapi prinsipku masih sama.

"Terserah. Aku capek!" kataku berusaha mengakhiri pembicaraan ini. Aku berniat pergi, tapi tanganku kembali ditarik Alex.

"Oke, Ra. Karena alasan lu itu, gue enggak akan nyerah buat balikin lu lagi ke gue. Tapi untuk kali ini, lu dengerin gue, dan pikirkan!" kata Alex. Aku diam.

"Gue cintanya sama lu. Meskipun lu menjauh, Vera yang mendekat, gue enggak akan memberikan cinta gue sebesar kayak cinta gue ke lu. Mencintai seseorang itu enggak bisa dipesan. Dia akan datang dengan sendirinya. Dan Vera pasti akan sakit hati," katanya.

"Kedua, gue juga bakal sakit hati karena sikap lu yang berubah jadi kayak gini. Ketiga, Alvin. Lu enggak pernah tau, kan, Alvin suka sama Vera? Yang terkahir, lu menyakiti diri lu sendiri. Gue tahu sebenernya lu sayang sama gue," lanjutnya. Aku tertegun mendengarnya.

"Ra, sekarang gue tanya, siapa yang bahagia?" tanya Alex. Aku hanya diam.



AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang