Part 5

11.4K 831 1
                                    

Kiara's POV

Sudah satu minggu lebih sejak pemebentukan kelompok dan penentuan guru pembimbing. Tapi tidak ada satu pun dari kelompokku yang berniat mengerjakan. Bahkan aku belum tahu siapa itu Vera, siapa itu Alvin. Apa harus aku yang menghampiri mereka?

Pelajaran pertama adalah pelajaran biologi. Aku menepuk jidat melihat guru biologi yang masuk adalah guru pembimbing kelompokku. Pasti beliau akan tanya macam-macam padaku.

"Kiara, kelompokmu kok belum mengumpulkan judul karya ilmiah pada saya?" tanya Pak Faiz. Tuh kan bener! Aku yang dari tadi berusaha menutupi wajahku hanya meringis.

"Iya, Pak. Besok saya kasih ke bapak," kataku asal.

"Oke besok bapak tunggu!" katanya tegas.

Aku mendelik. Bicara apa aku barusan?! Besok?! Anggota kelompok saja belum ketemu. Apalagi buat judulnya! Membuat judul KIR (Karya Ilmiah Remaja) enggak semudah menuliskan judul cerpen. Judul cerpen aja juga mikirnya lama.

Ugh!

****

Aku mengorbakan waktu istirahatku demi kelompokku. Jangan salah. Aku bukannya peduli dengan mereka. Aku peduli dengan nilaiku. Aku bisa membuat judul sendiri malam ini. Tapi aku enggak akan seegois itu.

Aku mengunjungi kelas 11 IPA 3. Aku menanyakan anak yang bernama Vera pada salah seorang anak IPA 3. Anak itu menunjuk kepada gadis yang sedang menatap ke luar jendela sambil bertopang dagu. Aku mengamatinya. Rambutnya ikal sebahu. Warnanya sangat coklat saat terkena cahaya sinar. Dia tersenyum manis seperti melihat sesuatu yang indah di luar sana. Aku tertegun melihatnya. Aku cepat-cepat melangkah ke arahnya. Dia kaget melihatku datang.

Tuhan, bagaimana ini?! Aku tidak tahu cara memperkenalkan diri!

Bodohnya, aku hanya terdiam di sampingnya dan menatapnya dingin. Vera menatapku heran. Tapi kemudian dia tersenyum.

"Hai aku Vera," sapanya ramah sambil mengulurkan tangan. Aku menatap tangannya. Memoriku kembali ke masa lalu. Aku ingat saat pertama kali Clara memperkenalkan diri padaku. Dia juga mengulurkan tangan dan kusambut hangat perkenalannya.

Bodoh! bodoh! bodoh! Kenapa jadi keingat hal itu sih?

"Kiara," kataku singkat tanpa membalas uluran tangannya. Vera menurunkan tangannya dan menatapku heran.

Coklat.

Mata yang indah.

Vera menuliskan sesuatu di buku tulis yang ada di mejanya. Kemudian dia menyobeknya dan memberikan kertasnya padaku.

"Aku tahu kamu akan ke sini untuk membahas KIR kelompok kita," katanya. Aku menatap deretan angka di kertas yang dia berikan padaku. Ini anak ada keturunan dukun ya? Kok dia bisa tau? Aku mengucapkan terima kasih dan langsung meninggalkannya. Aku hijrah ke kelas sebelah dan mencari Alvin. Tapi katanya dia sedang di lapangan futsal. Males banget ke lapangan cuma buat nanyain nomer telfon ke dia. Aku memutuskan untuk ke kelas Alex. Aku mengintip ke dalam kelasnya tapi tidak menemukannya. Aku baru ingat, jam istirahat kayak gini pasti dia lagi ke kantin.

Baru saja aku balik badan, tanpa sengaja aku menabrak seseorang sampai terjatuh. Tubuhnya kekar sampai membuat pantatku sakit.

Dasar! Siapa sih?

Aku berniat mengomeli orang yang menabrakku. Tapi mataku membelalak saat aku melihat Alex menatapku sambil menahan tawa.

"Heh sialan! Sial terus kalau ketemu kamu!" seruku kesal. Alex tertawa.

"Hahahahah... kena batunya deh lu," katanya mengejek. Aku berusaha menahan diri sambil memegangi pantatku yang kesakitan.

"Minta nomer hp!" kataku ketus.

"Oh.. jadi akhirnya lo terpikat sama gue," katanya jahil.

HAH?! Terpikat apanya?  Cowok ngesok kayak dia gak ada bagus-bagusnya.

"Aku ke sini mau minta nomermu buat bahas KIR nanti malam," kataku langsung. Aku mengeluarkan ponselku.

"Berapa?" tanyaku.

"Enggak gratis," jawabnya santai. Aku mendelik kesal ke arahnya. Cukup sudah kesabaranku. Tanpa ragu-ragu aku memukulkan ponselku ke hidung nya di tutupi kapas. Mau ponselku rusak juga enggak peduli. Aku sangat kesal padanya. 

"SUMPAH YA! LO CEWEK ASAL MANA SIH?!" 

Aku memungut hpku dan menatap tajamnya sebentar. Kemudian aku meninggalkanya.

Rasakanlah!

****

Malamnya aku memasukan nomer Vera dan otomatis ke daftat teman baru di kontak lineku. Untung dia juga on. Aku langsung menanyakan kontak line Alvin dan Alex. Dia memberikan kontak Alvin dan Alex. Aku menambahkan mereka ke dalam kontak lineku dan membuat grup KIR. Sambil menunggu mereka gabung, aku mendengarkan musik.

Ting!

Ting!

Ting!

"ARGH!"

Suara notif line masuk berbondong-bondong. Aku langsung mengecek line dann ternyata ketiga temanku sudah masuk grup KIR. Aku langsung memulai membahas judul yang cocok.

Alex benar-benar enggak serius membahas judul ini. Aku benar-benar kesal padannya. Dia selalu menolak judul yang aku, Vera, atau Alvin usulkan. Tapi dia tidak memberikan satu pun ide judul. Aku mengabaikannya yang terus protes. Aku memutuskan untuk menggabungkan judul dari Vera dan Alvin. Yaitu Pengaruh Kotoran Ternak Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Mau Alex protes lagi aku juga enggak  peduli! Aku langsung pamit untuk tidur daripada aku harus membaca protes-protes Alex yang enggak jelas. Tak lupa aku menonaktifkan grup KIR.

Aku baru saja menarik selimut saat ada notif line lagi yang masuk. Aku mengerutkan kening. Aku membuka hp dan melihat notif line dari Vera.

Hei, besok bisa ketemuan di rooftop sekolah? Ada yang ingin aku bicarakan.

Aku mengerutkan kening lagi. Memangnya sepenting itu ya? Aku menjawab 'ya' dan langsung mematikan hpku.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang