Kiara mengayuh sepedanya dengan kencang. Ujian telah berlalu. Bye books!
Kiara berhasil mendapatkan nilai 100 di 3 bidang pelajaran dan enggak ada yang remidi. Dia yakin Kimia tadi juga enggak remidi. Karena itu, dia langsung pulang ke rumah. Usaha kerasnya terbayar sudah. Saking lelahnya, Kiara masuk ke rumah dan membiarkan pagarnya terbuka.Karena ujian sudah selesai, Kiara tidak belajar lagi seperti biasanya. Dia tahu kapan waktunya belajar dan kapan waktunya istirahat. Seperti saat ini, Kiara sedang asyik menonton televisi. Tanpa menyadari dua orang preman telah mengincar rumahnya sejak dia pulang sekolah tadi.
*****
Alex mengendarai ninjanya menuju rumah Kiara. Kalau dia enggak remed Kimia, dia sudah ke rumah Kiara dari tadi. Dia harus pulang dulu untuk megecek keadaan Lilia dan memastikanya tidak curiga kenapa dia pulang larut. Dia tidak mau Lilia menganggunya lagi dengan Kiara. Malamnya, Alex pamit pada Lilia untuk kepentingan. Awalnya Lilia memaksa ikut. Tapi Alex langsung melarangnya dengan tegas. Lilia menurut. Daripada kakaknya marah, lebih baik Lilia tinggal di rumah saja.
Alex sampai di rumah Kiara lebih cepat daripada biasanya. Dia menatap heran sebuah mobil pick up hitam terparkir di depan pagar rumah Kiara dan pagarnya terbuka lebar. Tapi rumah Kiara gelap. Firasat Alex jadi tidak enak. Dia masuk dan berhenti di depan pintu masuk rumah Kiara saat mendengar suara orang di dalamnya.
"Hmmffhhh." terdengar suara orang tertahan dari dalam.
"Diam kau, Bocah! Jika kau bergerak atau melawan sekali lagi, kau akan kita perkosa disini!" seru seorang lelaki dengan suara berat. Alex yang mendengarnya langsung terkejut. Jantungnya berdetak kencang. Kiara sedang dalam bahaya. Otaknya langsung memberi sinyal. Diambilnya ponsel yang ada di saku celananya dan menelepon seseorang.
"Hahahah... akhirnya, Bos, rumah yang kita incar berhasil juga," kata seorang yang lain dengan suara keras.
"Ssstt! Diam kau, bodoh! Bisa-bisa rencana kita gagal hanya karena suara jelekmu itu!" seru lelaki bersuara berat. Mendengar hal itu, Alex tidak sabar lagi. Dia mendobrak pintu rumah Kiara dengan keras.Dua orang lelaki dan seorang gadis terkejut mendengar dobrakan tersebut. Dua orang lelaki itu berbadan besar dan berotot. Sedangkan gadis itu terduduk lemah di antara dua lelaki itu dengan mulut dilakban dan tangannya yang diikat. Kelegaan langsung menghampiri gadis itu saat melihat pemuda yang mendobrak pintu itu.
Alex memandang dengan tajam kepada dua lelaki yang tidak bisa ia lihat dengan jelas wajahnya karena gelap.
"Siapa kamu?!" tanya lelaki yang berbadan besar.
"Gue? Sepertinya kalian akan takut kalau kalian tau siapa gue," katfa Alex santai.
"Diam, Bocah Ingusan! Yon, hajar dia! Aku yang akan menjaga gadis ini!" serunya. Lelaki lainnya yang bernama Yono langsung mengambil ancang-ancang untuk meninjunya. Namun tangannya dengan cepat di tahan Alex. Walau tubuh Alex lebih kecil, tapi dia sudah sering berlatih bela diri. Sejak dia kecil, bersama ayahnya sampai dia SMA sekarang.
Dengan mudahnya dia memelintirkan tangan Preman Yono dan meninju perutnya sehingga membuat preman itu terjatuh. Si Bos yang menatap anak buahnya jatuh bingung. Akhirnya dia memutuskan untuk melawan Alex karena lelaki itu sudah berniat menghajarnya.
Terjadi baku hantam antara Alex dan Si Bos cukup lama karena keduanya cukup kuat. Dua-duanya sama terluka. Mulut Alex berdarah. Tapi Si Bos lebih parah lagi. Tenaganya sudah habis untuk melawan Alex. Kiara memandang mereka dengan ngeri. Tiba-tiba sebuah siluet di balik Alex mengejutkan Kiara yang membuatnya memekik dengan mulut di tutup lakban. Alex melihat Kiara dan menyadari pandangan Kiara yang ketakutan melihat sesuatu di belakangnya.
PRANG! Vas bunga yang dilemparkan Preman Yono melesat kepada si Bos saat Alex tiba-tiba saja menghindar.
"SIALAN KAU, BODOH!" pekik si Bos marah sambil menahan sakit.
"Ayo kita pergi dari sini! Sebelum orang lain mendengar kita! Bantu aku!" seru si Bos. Baru saja saat Preman Yono membantu si Bos berdiri, terdengar suara sirine mobil.
"Waw! Sepertinya mobil jemputan kalian datang," kata Alex penuh kemenangan. Dia menyalakan lampu dan terlihatlah dua preman itu sudah babak belur. Tak lama kemudian, muncullah beberapa polisi bersenjata masuk dan mengepung dua preman itu. Alex langsung berlari menuju Kiara dan melepaskan ikatan dan lakbannya. Kiara bernafas lega. Alex bisa melihat mata Kiara yang bengkak dan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana," kata Alex lembut. Kiara hanya mengangguk lemah. Alex keluar menemui salah seorang polisi.
"Terima kasih atas laporan Anda, Tuan Alex. Ada salam dari Tuan Reza untuk Anda," kata polisi tersebut. Alex tersenyum. Om Reza memang paling cekatan dan selalu ada saat dia butuh. Dalam hati, dia bersyukur memiliki seorang om yang juga kepala polisi.
"Sampaikan salam saya balik padanya. Terima kasih juga telah membantu," kata Alex. Polisi itu mengangguk dan memberi hormat. Alex melihat tetangga-tetangga Kiara muncul satu per satu dari rumah. Untungnya para polisi bisa mengatasinya dengan baik. Setelah Alex yakin semuanya aman dia kembali masuk ke rumah.
Kiara masih terduduk lemas di tempat semula. Pandangannya entah ke mana. Rambutnya acak-acakan. Alex menatapnya kasihan. Dia berjalan menuju Kiara. Melewati darah-darah berceceran dan pecahan vas bunga di lantai. Alex duduk di depan Kiara dan ditatapnya lembut gadis itu. Alex tahu, pasti kejadian tadi meninggalkan trauma pada Kiara.
"Ra, lu enggak apa-apa, kan?" tanya Alex pelan. Kiara mengangkat kepalanya dan menatap Alex. Matanya masih merah dan bengkak. Mata Kiara beralih ke darah kering yang tadinya mengalir dari mulut Alex. Jari-jari Kiara menyentuh wajah yang berdarah itu sehingga membuat Alex meringis. Tiba-tiba Kiara langsung memeluk Alex dan membuatnya kaget.
"Seharusnya aku yang tanya, Lex. Kamu enggak apa-apa, kan? Maafin aku," kata Kiara terisak dalam pelukannya. Alex membalas pelukan Kiara lebih erat.
"Berapa kali gue bilang ke lu, Ra. Gue enggak akan ninggalin lu. Gue udah janji sama ayah lu buat jagain lu. Lu enggak usah khawatirin keadaan gue. Lu yang harus khawatir diri lu sendiri," kata Alex.
"Sumpah, Lex, aku enggak tahu kalau kamu enggak datang mungkin aku..." perkataan Kiara di potong oleh Alex.
"Shh... udah, Ra. Enggak usah bayangin hal yang enggak terjadi. Tapi gue bersyukur untuk kali ini lu kabur dari gue selama UAS. Gue udah kangen banget sama lu, Ra. Gue pengen banget ketemu sama lu, makanya gue ke sini," lanjut Alex membelai kepala Kiara. Alex merasa senang bisa sedekat ini dengan Kiara pada akhirnya. Bukan karena dia yang menarik Kiara dalam pelukannya. Tapi akhirnya Kiara telah menyadari kehadirannya.
Malam ini, Kiara menyadari satu hal tentang Alex. Alex memang tidak main-main dengannya. Selama ini, Kiara selalu cuek padanya dan menganggap Alex tidak serius berteman dengannya. Padahal Alex sudah menyelamatkannya pada saat LDKS, menghiburnya saat ayahnya melukainya, dan malam ini menyelematkannya dari perampok. Kiara sadar, Alex yang sekarang bukanlah Alex yang dulu saat mereka bertemu pertama kali. Untuk pertama kalinya, dia bersyukur mengenal Alex.
"Maafkan kelakukanku selama ini," kata Kiara pelan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen Fiction[Beberapa part hanya bisa dibaca oleh followers] Kiara tidak pernah ingin jatuh di lubang yang sama. Tidak untuk kesekian kalinya merasakan sakit hati. Baginya hidup sendiri itu lebih menyenangkan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan mereka, yang me...