Alex's POV
Siapa cewek sialan itu? Kata Bram, namanya Kiara. Dia sukses membuat gue gagal keren dihadapan fans-fans gue di sekolah. Kok ada sih cewek yang enggak tertarik pada gue? Padahal gue sudah terkenal dengan Pangeran Sekolah yang tampan, kaya, dan gaul. Mungkin dianya emang kudet.
Gue memegangi hidung gue yang berdarah. Gue takut kalau hidung ini ternyata patah. Tapi Bram mengejek lebay. Katanya enggak mungkin cewek bisa sekuat itu sampai bisa matahin hidung. Beneran deh, tadi itu sakit banget.
Setidaknya ada alasan untuk tidak ikut jam matematika. Yes!
Sesampainya di UKS, gue duduk di salah satu kursi dan Bram mondar-mandir enggak jelas.
"Heh! Lu cari obat atau cari kucing sih? Mondar-mandir enggak jelas," kata gue sambil terus memegangi hidungku.
"Gue enggak pernah ke UKS, Lex. Mana gue tahu tempat obatnya," kata Bram.
"Yaelah, gue sih juga enggak tahu di mana tempatnya. Jadi enggak bisa diobatin nih? Yang bener aja. Bisa-bisa gue kehabisan darah bentar lagi," gerutuku.
Tiba-tiba seseorang masuk ke UKS. Gue terkejut saat melihat cewek yang tadi melempar gue dengan bola juga ke UKS. Dengan baju dan badan yang basah kuyup. Jangan-jangan dia habis buat onar lagi. Dia sepertinya juga kaget melihat gue dan Bram di sini. Tapi dia langsung berjalan melewatiku dan menuju tempat kunci-kunci bergelantungan.
"Hei, siapa nama lu?" tanya gue padanya. Dia menghiraukan. Dia mengambil beberapa kunci dan melihatnya satu per satu. Gue benci diabaikan. Gue memukul meja. Dia menoleh. Dia melihat gue tanpa wajah bersalah sedikit pun.
"Kamu bertanya padaku?" tanyanya polos.
"Lu pikir siapa lagi, bodoh!" seru gue kasar.
Dia mengerutkan dahi. "Kupikir aku cukup terkenal dengan sebutan Gadis Dingin," katanya kembali memilih kunci.
"Gue tanya nama lu" seru gue marah. Dia tidak segera menjawab. Kemudian dia membalik badan dan menatapku lekat-lekat.
"Siapa yang mulai melemparkan bola ke arahku dan menumpahkan jus alpukat padaku. Karenamu, fans mu itu juga marah padaku dan melakukan hal ini padaku," katanya.
"Ya mana gue peduli!" kata gue ketus.
Siapa suruh cari masalah dengan gue.
Dia menghiraukan gue lagi dan masuk ke salah satu ruangan. Gue menatapnya kesal. Bram bolak-balik menyuruh gue untuk sabar. Gue terus mengeluh kesakitan. Gue melihat Gadis Dingin itu sudah keluar dari ruangan tadi sambil membawa satu stel seragam
"Aduh, Bro gimana nih? Gue juga enggak tahu cara ngobatin lu. Kalo lu makin parah, gue yang disalahin," kata Bram. Ya memang sih kalau gue tambah parah, Bram yang gue suruh tanggung jawab. Dan tentunya Gadis Dingin itu tadi.
Tiba-tiba gadis itu melemparkan sebuah buku pada gue. Gue berniat protes. Kagak ada baik-baiknya ya nih anak!
Eh, tapi begitu melihat judulnya gue langsung diam.
Cara-cara mengobati luka.
"Tuh baca! Aku orangnya tanggung jawab!" serunya setelah melemparkan buku panduannya pada gue. Tadi dia marah-marah pada gue. Sekarang dia membantu gue.
Cewek macam apa sih dia?
Gadis itu keluar dengan langkah cepat. Gue segera menyuruh Bram mengobatiku lewat buku panduan ini. Dan akhirnya hidung bisa terobati.
Siapa cewek tadi? Kiara? Mungkin dia tidak sepenuhnya menyebalkan.
Kiara's POV
Memang sial benar hariku ini. Sudah kena jus alpukat, diguyur air, terlambat pelajaran fisika, dan sepedaku bannya gembos tidak bisa digunakan. Padahal hari ini aku sudah sangat lelah dan langsung ingin pulang ke rumah. Tapi kalau aku tidak membawanya langsung hari ini ke bengkel, aku besok naik apa? Bareng Ayah, jelas sekali enggak mungkin. Lelaki itu sukanya pulang pagi, berangkat pagi. Iri deh kalau lihat teman-temanku di jemput oleh ayahnya. Kalau ada yang bilang "Ayahku besok mau nganterin..." atau "Hari ini aku diajak ayahku pergi..." dan hal lainnya. Ingin kembali rasanya berada di samping Ayah. Menceritakan semua kejadianku hari ini. Tapi jangankan satu hari, satu jam saja aku tidak melihat Ayah.
Ces!
Setetes air mata mengenaik pipiku. Aduh, ini masih diarea sekolah! Enggak boleh nangis! Aku segera menghapus air mataku dan menuntun sepedaku menuju bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen Fiction[Beberapa part hanya bisa dibaca oleh followers] Kiara tidak pernah ingin jatuh di lubang yang sama. Tidak untuk kesekian kalinya merasakan sakit hati. Baginya hidup sendiri itu lebih menyenangkan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan mereka, yang me...