Keesokan harinya, Dokter Hadi datang pagi-pagi. Dia mengecek keadaan Lilia yang masih tidur.
"Keadannya sudah mulai pulih. Tapi dia masih butuh istirahat yang cukup," kata Doket Hadi. Aku dan Alex menghela nafas. Doker Hadi memandang kami heran.
"Kalian pacaran? Kelihatannya dekat sekali," tanya Doket Hadi. Aku menggeleng. Kenapa sih banyak orang yang mengira aku dan Alex pacaran? Ya emang sih kelakukan Alex kelihatan pedulinya. Tapi bukan berarti kita pacaran.
"Aku sudah menganggap Lilia seperti adikku," jawabku. Dokter Hadi tersenyum. Dia segera pamit karena harus segera membuka prakteknya. Aku mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter Hadi. Apalagi Alex. Dia sudah sangat ketakutan akan terjadi hal buruk pada Lilia. Rencanya dia akan meminta orang untuk memfogging rumahnya. Baguslah kalau begitu.
Setelah kepergian Dokter Hadi, aku sarapan bersama Alex seperti biasanya. Setelah itu aku meminta Alex untuk mengantarkan sarapan dan menjaganya. Aku berniat membuatkan kue untuknya.
"Lilia suka apa?" tanyaku pada Alex sebelum dia naik ke kamar Lilia.
"Hmmm... dia paling suka sama cheese cake. Lu mau dibantu sama pelayan gue?" tanya Alex.
"Boleh deh. Aku juga enggak tahu di mana tempat bahan dan alatnya," kataku. Alex memanggil beberapa pelayannya. Setelah itu dia pamit menuju kamar Lilia.
"Wah, Non Kiara mau buat kue ya?" tanya seorang pelayan. Aku tersenyum. Aku mengajak mereka kenalan dulu. Kalau aku enggak kenalan sama mereka bakal susah manggilnya. Sebenarnya, bagiku wajah mereka kok mirip-mirip ya. Mereka adalah Bi Ijah, Bi Ipeh, dan Bi Sari. Aku menunjukkan daftar alat dan bahannya pada mereka.
"Oh, ini bahannya ada semua di sini," kata Bi Ipeh. Aku bernafas lega. Seengaknya enggak harus beli dulu. Kami mulai membuat mini cheesecake. Aku ingat saat dulu kecil, saat aku sakit, ibu sering membuatkanku ini. Karena itu cheesecake jadi kue favoritku. Ternyata Lilia juga. Bagus deh, aku bisa membuat kue yang sudah sering aku buat di rumah.
"Non Kiara baik banget ya mau bikin kue buat Non Lilia," komentar Bi Ijah sambil bekerja.
"Biasa aja kok. Waktu itu Lilia juga udah pernah buatin saya cupcake. Jadi saya ingin membalas kebaikannya," kataku.
"Ha? Biasanya kalau Non Lilia buat cupcake minta bantuin kami. Tapi sepertinya Non Lilia belum pernah bikin cupcake lagi," kata Bi Ipeh heran. Aku jadi bingung.
"Oh, cupcake minion itu ya, Non? itu buatan Den Alex, Non Kiara. Saya waktu itu bantuin nyiapin bahan sama peralatannya. Den Alex waktu itu minta bantuin Non Lilia. Akhirnya setelah 3 jam di dapur, Den Alex bisa bikin cupcake yang enak. Saya dengar itu buat Non Kiara," cerita Bi Sari. Aku yang sedang mengocok adonan terkejut. Jadi waktu itu Alex berbohong padaku? Waahh, dasar anak itu! Tapi, aku seneng mendengarnya. Heheheheh....
"Non Kiara kenapa enggak pacaran sama Den Alex? Saya kira Non Kiara dan Den Alex pacaran. Kata Bi inem Non Kiara enggak pacaran," tanya Bi Ipeh. Nah, pertanyaan kayak gini nih yang aku enggak suka. Berapa kali sih aku ditanyai pertanyaan yang sama kayak gini.
"Iya. Den Alex itu ganteng loh, jadi idaman para gadis. Tapi baru kali ini Den Alex bawa gadis yang enggak mau pacaran sama Den Alex," tambah Bi Sari. Aku bingung harus jawab apa.
"Enggaklah, masa Alex cocok sih sama saya?" kataku akhirnya sambil tertawa. Habisnya bingung mau jawab apa.
"Cocok banget, Non! Saya enggak suka kalau Den Alex bawa cewek ke sini kecuali Non Kiara," seru Bi Ijah. Kemudian diiyakan oleh Bi Ipeh dan Bi Sari. Kayaknya aku salah bicara deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Teen Fiction[Beberapa part hanya bisa dibaca oleh followers] Kiara tidak pernah ingin jatuh di lubang yang sama. Tidak untuk kesekian kalinya merasakan sakit hati. Baginya hidup sendiri itu lebih menyenangkan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan mereka, yang me...