PART 14

51.6K 3K 31
                                    

Author Pov

"Jadi cewek yang kemarin jalan sama ali tuh mantannya ali? Oh... bukan bukan mantan tapi bisa di bilang orang yang di cintai ali? Bener prill?" Jelas abel yang kesal menatap sahabatnya yang hanya bisa menunduk dan mengangguk kecil.

"Oh astaga prilly !! Dan lo tau semua ini tapi lo belagak tuli dan belagak buta padahal lo tau benar kalo ali masih cinta sama tu cewek dan lo... issh !! Gue gak habis pikir sama lo prill" geram abel dan membanting tubuhnya di sofa samping prilly duduk.

"karna aku cinta sama ali bel..." lirih prilly menahan air mata yang hampir terjatuh.

"Gue tau prill, lo cinta sama ali tapi lo tau gak karna cinta lo itu lo bener bener ngebuang harga diri lo...."

Prilly terdiam sambil terus menunduk, mungkin benar apa yang di katakan sahabatnya ini. Demi cintanya kepada ali dia rela di sakiti terus menerus, di acuhkan dan di suruh suruh. Tapi bukankah cinta butuh pengorbanan?

"Dan gue mau lo sekarang jauhin ali, karna gue tau ali gak bener bener suka sama lo prill"

"Enggak !! Aku cinta sama ali aku sayang sama dia dan aku nyaman bel, aku nyaman dengan perilakunya, aku nyaman dengan cara bicaranya yang kasar dan dingin aku nyamm....."

"Tapi ali nyaman gak sama lo, ali cinta gak sama lo??" Potong abel yang membuat prilly benar benar diam. Diam dengan pertanyaan pertanyaan abel yang bergelayut di otaknya. Apakah ali nyaman dengan ku? Cinta dengan ku?

"Gue tau prill, tau banget perasaan lo tapi kembali lagi ke ali, apa ali nganggep lo pacarnya di depan cewek yang bernama gina tu? Enggak kan prill?" Abel berbicara lembut mengatur rasa kesalnya yang memuncak. Dia tak tega melihat sahabatnya yang sudah berlinangan air mata.

"Aku gak mau kehilangan ali bel, aku cinta. Biar biar hatinya milik orang lain asal raganya masih bisa ku miliki. Dan biarkan aku tersakiti biar hati ku kuat dan juga lama kelamaan kalo udah tebal rasa sakitnya hilang kok..." senyum kecil menyungging di bibir mungil prilly dengan berdarai air mata ia masih bisa tersenyum itu yang membuat abel langsung memeluknya.

"Gue tau lo bakal keras kepala kayak gini. Dan gue juga tau lo bakal ngelakuin apa aja demi orang yang lo cintai dan kalo sudah gini gue gak bisa apa apa prill. Gue hanya support apa yang terbaik menurut lo..."

"Terima kasih abel, kamu sahabat aku yang paling mengerti aku..." ucap prilly yang mengeratkan pelukannya di tubuh abel.

Drrttdrrttt......drrttttt..ddrrrt...

Suara getaran ponsel prilly yang tergeletak di atas meja sampingnya membuat prilly, melirik ke sumber suara dan melepaskan pelukannya pada abel.

ALI KU
Nama itu sudah terpampang jelas di layar depan ponselnya, membuat prilly mengernyitkan kening pasalnya ali tak pernah menghubungi malam malam gini apalagi ini malam senin yang otomatis ali berada di kediaman orang tuanya. Karna memang orang tua ali kalo hari minggu akan di rumah dan membuat ali pulang kerumah untuk melepas kangen pada orang tuanya yang sering bekerja di luar kota.

"Siapa prill??" Tanya abel sambil menyesap minumannya.

"Ali..." prilly melihatkan layar depan ponselnya ke abel.

"Aku angkat tlfonnya dulu yaa..." kata prilly yang di jawab dengan anggukan oleh abel.

Prilly berjalan sedikit menjauh dari abel.
"Halo ali...." jawab prilly setelah ia berdiri di balkon kamarnya.

"..................."

"Iya, ni lagi di kamar. Emang ada apa li??"

"................."

"Loh emangnya kamu gak pulang ke rumah??"

"...................."

"Tapi kan li, ini sudah malem banget....."

"............."

"Yaa sayang lah, yaud yaud nanti aku anterin kesana.."

"................."

"Iyaa... daa byee.."

Prilly mematikan telfonnya, sedikit membuang nafasnya kasar. Ingin rasanya ia menolak keinginan ali tapi lagi lagi fikiran tak sejalan dengan hati dan bibirnya.

Dengan langkah malas ia memasukki kamarnya, dan berjalan ke lemari pakaian untuk berganti baju karna sedari tadi ia memakai baju tidur.

"Lo mau kemana prill??" Tanya abel berjalan menghampiri prilly.

"Ali nyuruh aku buat beli makanan, soalnya dia lapar" kata prilly sambil mengacak acak lemarinya mencari jacket brown keasayangannya yang tak kunjung ketemu.

"Kenapa si ali gak beli sendiri, ini tuh udah jam 10 malam prill.."

"Motor ali lagi di bengkel, jadi dia gak bisa keluar abel..." prilly memakai jaket miliknya dan berjalan ke meja rias untuk sedikit menyisir rambutnya.

"Tapi prill, kenapa lo mau aja ini tuh udah malem prill..." abel duduk di tepi ranjang milik prilly dan memperhatikan sahabatnya yang sedang menyisir rambut.

"Bel...aku kan udah bilang, aku nyaman sama perilakunya abel, ayolah bel, aku bukan anak kecil yang gak boleh keluar malam..." prilly menghentikan kegiatannyaa dan menoleh ke arah sahabatnya.

Abel terlihat membuang nafas kasar. Bukankah prilly memiliki sifat keras kepala?

"Yaudah gue anterin lo...." abel berdiri

"Gak usah abel, kamu tidur aja yaa biar aku di anterin sopir aku..." prilly meraih bahu abel dan mendudukan sahabatnya ke posisi semula.

"Enggak !! Gue anterin lo atau gue telfon randy buat nganterin lo??"

"Enggak enggak jangan randy, kamu tau kan bel randy masih ada rasa sama aku..."

"Yaudah kalo gitu gue anterin lo titik !!!" Ucap abel tak bisa di ganggu gugat.

"Oke oke, yaudah ganti baju kek atau pakek jaket gitu masak iyaa mau ke restoran pakek piayama dan aku tunggu di luar yaa..." kata prilly berlalu dari hadapan abel. Abel mengangguk dan mulai mengganti piayama milik prilly dengan baju milik nya yang tadi di pakek untuk datang ke rumah prilly.

"Jangan lama lama yaa bel gantinya, soalnya ali sudah nelfon mulu nih..." prilly berdiri di ambang pintu kamarnya memperlihatkan ponselnya yang berkedip kedip ke arah abel.

FULL KISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang