Menyatukan Hati

1.2K 112 5
                                        

PART 18

Setia itu tentang tahu hatinya milik siapa dan mempertahankannya.
Sesederhana bintang yang tak pernah meninggalkan langit malam,
meskipun tau sisi tergelapnya

Di Cottage
Pukul 08.00

     Dinda, Rizky, Alatas, Pinka baru saja selesai makan, karena yang memasak adalah Pinka dan Alatas sekarang giliran Dinda dan Rizky yang kebagian untuk mencuci piring dan membereskan meja makan. Mereka semua memang diajarkan untuk mandiri dan juga bekerja sama di moment Studytour ini, sekolah mereka sengaja membuat anak-anak memenuhi kebutuhan mereka sendiri, sebenarnya kalau mau sekolah mereka bisa saja tidak membuat anak-anaknya repot membagi tugas dan langsung memesankan makanan catering, tapi studytour sekarang punya tujuan lebih dari sekarang membuat siswa mudah.

     Alatas dan Pinka pergi keluar untuk mengambil jadwal mereka hari ini. Rizky bagian membawa piring-piring ke wastafel sementara Dinda sudah siaga disana untuk mencuci piring. Lelaki itu bersandar tembok basin wastafel, tangannya bersidekap sambil memperhatikan Dinda yang sudah sibuk dengan perkejaan mencuci piringnya, rambut gadis itu yang terselip dibelakang telinga terlepas, membuatnya kerepotan karena rambutnya mengganggu aktivitasnya, sementara tangannya sudah penuh dengan busa sabun, tak bisa menyelipkannya kembali kebelakang telinga, alhasil dia hanya bisa mengenyampingkan rambutnya dengan menggerakan kepalanya.

     "Lo lagi clubbing yah, pake geleng-geleng kepala segala." Ledek Rizky.

     "Haha lucu. Udah tau lagi benerin rambut."

     Rizky berjalan kebelakang Dinda, dengan spontan tangannya menyentuh rambut Dinda yang tergerai indah, hitam dan panjang, khas wanita Indonesia. Lelaki itu membawa rambut Dinda kebelakang lalu dengan sangat intim mengikatnya. Pandangan lelaki itu sudah bukan lagi pada rambut Dinda, tapi pada leher Dinda yang jenjang, eksotis dan mulus. Damn, she looks sexy.

     Begitu rambutnya terikat sempurna, hal yang membuat konsentrasinya buyar bukan lagi soal rambutnya, tapi soal nafas rizky yang menerpa kulit leher belakangnya, rasanya hangat dan menggelitik. Terlebih sekarang wajah lelaki itu mendekat, dan terlalu dekat bahkan. Lelaki itu menempelkan bibirnya didekat telinganya dan berbisik. "You look sexy." Membuat Dinda merinding karna terpaan nafas dari bibir Rizky kedaerah telinganya.

     Dinda berbalik, bermaksud menjauhkan lelaki itu dari dekatnya, tapi dia salah perhitungan, lelaki itu justru tersenyum penuh kemenangan, dia itu justru lebih mendekat lagi, terus maju mendesaknya hingga tersudut ditembok basin wastafel, tubuh mereka berhimpitan tanpa jarak, tangan Rizky bertumpu pada tembok wastafel memenjara tubuh Dinda diantara tangannya.

     Ah pikiran Dinda kacau, dia terlalu lemah untuk menolak. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menunduk, dan lelaki itu tak kehabisan akal, dia mengangkat dagu Dinda dengan tangan kanannya, membuat wajahnya menatap wajah lelaki itu.

     Mata Rizky gelap, hilang oleh hasrat, wajahnya bergerak mendekat kearah wajah Dinda yang juga tengah menatapnya. Dekat dan semakin dekat. Deru nafasnya sudah menari nari dikulit wajah Dinda, Tapi berhenti ketika ujung hidungnya menyentuh ujung hidung Dinda. Dia melihat gadis itu yang sudah sepenuhnya hilang, matanya menutup, nafasnya memburu dan yang terpenting bibirnya masih tampak lezat. Kalau tidak ingat Alatas dan Pinka bisa kembali kapan saja ke cottage mereka dia yakin dia sudah tak bisa mengendalikan dirinya.

     "Jangan mikir jorok." Ledek Rizky. Padahal dirinya sendiri sudah ingin melahap bibir Dinda sedari tadi. Dia menggesek hidung Dinda dengan ujung hidungnya, membuat Dinda tersadar dan membuka matanya. Dinda mendorong tubuh Rizky menjauh, lalu berbalik memunggunginya. Meneruskan pekerjaannya untuk mencuci piring, tentu saja dengan wajah yang masih merah padam.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang