PART 31
Pukul 07.30
Di Taman Sekolah"Max. Aku nemuin kuncinya, tapi kenapa baru sekarang aku tahu." Pekik Dinda menelusup dipelukan Maxim yang hangat. Maxim tak memeluk balik Dinda, dia hanya berdiri mematung disana. Dengan perlahan lelaki itu lepaskan tangan Dinda yang melilit dipinggangnya, tak ingin terlalu lama berada dalam pelukan Dinda.
"Maksud kamu apa?"
"Kamu buat naskah ini, tokoh Fajar itu kamu, dan Aruna Lalita itu sosok gadis yang kamu buat sebagai gadis impian kamu. Aku emang bukan Aruna Lalita, tapi aku bisa jadi orang yang nerima kamu apa adanya kaya dia. Aku bakal bilang hal yang sama kaya dia, kamu sakit Hemofilia? bukan masalah buat aku. Aku ga takut sama penyakit kamu, yang aku takut sekarang jauh dari kamu... Aku pengen kita balik kaya dulu, memperbaiki semuanya dari awal."
Maxim menyeringai, ada campuran beberapa emosi dalam seringaian tersebut. Dia membawa naskah yang covernya sudah kotor karena tertimbun tanah dari tangan Dinda, menggulungkannya lalu memukulkannya ke kepala Dinda dengan sangat lembut, tawanya mengudara, begitu lepas dan bebas. "Kamu kebanyakan nonton sinetron. Pertama, Kamu tau kan kalau jarang orang yang ngidap penyakit hemophilia, terus kamu mikir aku yang segar bugar gini punya penyakit semacam itu? Hahaha. Jangan bercanda deh. Kedua, Aku udah ga cinta sama kamu, aku udah ngebuka hati aku buat Inez. Kata Kita itu udah ga ada lagi, dan udah ga bisa diperjuangin lagi. Udah ya, aku mau pulang..." Maxim berbalik dan siap meninggalkan Dinda, seluruh kisah dan perasaannya disana. Kakinya berat tapi toh tetap harus melangkah maju.
"Apa sulitnya ngebagi sakit kamu itu Max??? Aku bukan cewek yang cuman bisa nerima kekulebihan kamu aja, aku bisa nerima semua kekurangan kamu. Aku cuman butuh kamu percaya sama aku. Kasih aku kesempatan lagi."
Maxim berbalik lagi, menatap mata Dinda lekat-lekat. Maxim tersenyum mencibir. "Kepercayaan?" Mendengar kalimat Dinda memintanya untuk hanya memberikannya kepercayaan terdengar lucu ditelinganya. "Aku udah ngasih itu ke kamu dulu tapi kamu ngerusak itu. Cara kamu nyakitin aku udah sangat sempurna pas kamu ngebiarin Rizky cium bibir kamu. Kita punya komitmen buat jujur apapun itu tapi kamu berulang kali ngebohong buat nutupin kedeketan kamu sama Rizky, yang notabene adik aku sendiri. Dan perlu kamu tahu Aku gak sakit, aku ngubur naskah ini disini cuman karena ini semua kenangan kita pertama bertemu sama pas deket, cuman sebatas itu, gak ada makna apapun dari naskah ini. Aku udah mulai buka hati aku buat Inez, Din. Kamu harus terima kenyataan itu."
Tidak ada lagi Maxim yang hangat dan baik yang selalu mengiyakan permintaannya. Lelaki itu pergi dengan cara terdingin nya. Meninggalkan Dinda yang mematung sendiri, bertanya-tanya sendiri dengan apa yang sedang terjadi, apakah kekhawatirannya tentang Maxim mengidap penyakit Hemofilia terlalu berlebihan, atau memang lelaki itu masih enggan membaginya, yang jelas ada ruang hatinya yang mencelos terus mendengar lelaki itu mengatakan bahwa dia sudah membuka hatinya untuk gadis lain-sahabatnya sendiri. Hembusan angis kekosongan mengudara, seperti sepi yang memanjakan jiwa.
***
Maxim masuk kedalam mobilnya, memperhatikan Dinda yang masih berdiri mematung sendirian ditaman sekolah mereka, rasanya luka hatinya sedang dikorek-korek sampai tak berwujud. Dia tak ingin meninggalkan Dinda seperti ini, hatinya sakit, tapi dia harus melakukannya. Tak ada cara dan jalan lain.
Maxim mengambil handphonenya dan langsung mencari kontak Rizky, dia langsung menghubungi lelaki itu dengan terburu-buru.
"Ky, Dinda ada ditaman sekolah, dia lagi sedih. Hibur dia."
Belum sempat Rizky menjawab sepatah katapun Maxim langsung memutuskan sambungan telponnya, lelaki itu memejamkan matanya sejenak, menarik nafas dalam lalu menghelanya, seolah ingin membagi beban dengan sang udara. Kakinya menginjak pedal gas mobilnya kuat-kuat dan seketika itu mobil ferari merah yang dikemudikannya melaju dengan kecepatan angin.

KAMU SEDANG MEMBACA
"JATUH HATI"
FanfictionDunia mereka selalu berkutat antara keduanya. Perlahan berubah ketika sosok baru muncul ditengah cerita. Dinda bertemu dengan sosok baru bernama Rizky. Tak ada pertemuan tanpa sebuah keributan. Mereka lupa bahwa batas benci dan cinta sangat tipis. ...