Cemburu

1.6K 106 0
                                    

PART 6
Di SMA 36 Jakarta
Pukul 06.45

Maxime menempel beberapa artikel terakhir yang harus ditempelnya dimading hari ini setelah beberapa saat yang lalu dia terganggu karena harus menyelematkan Inez, begitu tugas dan tanggung jawabnya menerbitkan madding hari ini selesai dia langsung berjalan terburu-buru kearah gerbang sekolah, beberapa kali dia melihat jam tangannya. Dia khawatir kalau Dinda tak datang tepat waktu.

BRMMM BRMMM BRMMM

Suara motor itu sedikit mengusik perhatian Maxime, dia tersenyum kearah pengendara motor tersebut, dan senyumannya itu disambut oleh klakson seolah itu merupakan sapaan dari pemilik motor.

Matanya mengernyit begitu sepeda motor itu melewatinya dan dia melihat sosok yang ditunggunya ada dijok belakang, terlebih lagi dengan pegangan erat yang tak lepas, sosok itu asyik dalam tidurnya yang bersandarkan punggung sang pemilik motor. Dinda??!!!

Maxime sama sekali tak mengerti kenapa Dinda bisa berakhir terlelap diboncengan pemilik motor tersebut, meskipun begitu yang terpenting sekarang buatnya adalah Dinda sudah datang kesekolah dengan selamat dan tepat waktu.

Motor itu terparkir dengan baik diantara motor yang lainnya, si pengendara motor sudah mencabut kunci motornya, dan memasukannya kedalam saku dijaketnya. Dia membuka helm perlahan. Maxim bisa melihat dengan jelas siapa pengendara motor itu sekarang.

"Hei Ky..." Sapa Maxim, dia berjalan kearah Rizky.

"Hei Max... Lo ngapain tadi di gerbang?" Meskipun baru kemarin berkenalan tapi tampaknya mereka sudah bisa akrab.

"Nungguin Dinda, gue khawatir soalnya dia tadi bilang mobilnya mogok dan gue ga bisa jemput." Ucap Maxim sambil melihat kearah jok belakang.

Sosok yang dikhawatirkannya masih asyik melingkarkan lengannya dipinggang Rizky dan terlelap dalam tidurnya. Rizky jadi salah tingkah karena pemandangan seperti ini bisa saja membuat Maxim salah paham. dia langsung melepaskan tangan Dinda dari pinggangnya.

"Apaan sih ganggu tidur gue." Dinda mengucek matanya terganggu.

"Udah sampe kali, turun lo..." Rizky menggumam didepan Dinda, berharap Dinda segera menyadari situasi seperti apa ini.

Dinda melihat kesekelilingnya yang ternyata adalah parkiran sekolahannya, kepalanya memutar dari satu objek ke objek lainnya sampai terhenti ketika dia menyadari dia baru saja melewatkan wajah seseorang yang penting baginya.

"Yang..." Ucapnya begitu sadar kalau Maxim berada didepannya. Dia langsung turun dari sepeda motor Rizky diikuti oleh Rizky yang sudah sedari tadi menunggunya untuk turun.

"Syukur deh kamu dateng tepat waktu dan maaf tadi aku ga bisa jemput." Perkataan Maxim itu membuat Dinda jatuh hati untuk keseribukalinya.

Lelaki yang menjadi pacarnya itu begitu pengertian, kebanyakan bila melihat pacarnya dibonceng oleh lelaki lain, seorang lelaki akan salah paham dan meminta penjelasan, tapi Maxim berbeda, tanpa menuntut sebuah penjelasan dia justru menyambut Dinda dengan kata-kata yang setiap wanita inginkan, kata-kata yang membuktikan sebuah kepercayaan didalamnya.

"Iya yang ga papa, Ayo aku mau ngobrol banyak sama kamu... mumpung belum bel..." Tangan Dinda meraih tangan Maxim, dia mengajaknya pergi ketaman sekolah. Rizky mendengus kesal karena merasa keberadaannya tak dianggap. "Sekolah tuh tempat belajar bukan pacaran." Celotehnya.

Maxim dan Dinda berjalan saling bergandengan, mereka memutuskan duduk dikursi taman yang panjang yang berwarna putih, yang ditempatkan tepat dibawah pohon bunga rindang, dan menghadap ke lapangan basket dan tower simulasi panjat tebing.

"JATUH HATI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang